Bab.15

"Betul itu, jangan remehkan pekerjaan yang tidak memakai seragam bro. Meski pekerjaan gue nggak sekeren loe, loe pada, tapi percaya deh. Dari ini semua, gue bisa beli gedung rumah sakit yang loe tempati buat kerja." sela Awan yang tiba tiba masuk ke dalam ruangan kerjanya dengan membawa sebuah nampan di tangan nya.

Awan pum segera beranjak menuju ke arah sofa di ikuti oleh Langit dan juga Bumi. Ketiganya pun akhirnya duduk berhadapan di sofa tersebut. Sebelum memulai pembicaraan, Awan menyajikan makanan dan minuman terlebih dahulu untuk kedua sahabatnya itu.

"Tumben loe berdua kemari? Ada apa? Apa ada yang bisa gue bantu?" tanya Awan setelah selesai menata makanan dan minuman di atas meja yang ada di depan sofa.

"Ada yang harus loe lakukan buat gue, Bro," jawab Langit mulai membuka suaranya perihal kedatangannya ke apartemen sahabatnya itu.

"Tumben loe, serius amat. Ada apa?" lanjut Awan yang merasa ada yang aneh pada teman nya itu.

"Tolong, bantu gue selidiki Adam dan juga Selia. Jangan sampai loe melewatkan sedikitpun informasi tentang mereka berdua," jelas Langit yang membuat dahi awan mengerut.

"Selia dan Adam? Memangnya kenapa dengan mereka?" tanya Awan dengan wajah yang penuh dengan tanya.

"Sepertinya pertanyaan ini tidak perlu gue jawab. Karena seiring berjalannya waktu, saat loe menyelidiki semuanya loe akan tahu jawaban dari pertanyaan loe ini," jawab Langit yang semakin membuat dahi Awan mengerut.

Pria masih terheran-heran dengan sikap aneh Langit saat ini. Namun, Awan tahu jika saat ini bukan waktunya dia meminta penjelasan dari calon klien nya. Yang harus Awan lakukan saat ini adalah, melakukan apa yang di perintahkan oleh Langit kepadanya.

"Oke, gue nggak akan bertanya lagi, kalau loe nggak mau jelasin sekarang apa masalah yang sebenarnya. By the way gue harus mulai dari mana? Dan dari siapa?" lanjut Awan.

"Selia. Mungkin titik awal semua ini terjadi berasal dari Selia. Jadi, sebaiknya loe selidiki Selia terlebih dahulu," jawab Langit dengan penuh keyakinan.

"Oke, tidak masalah. Kasih gue 3 hari dalam waktu 3 hari semua informasi tentang istri lo itu sudah ada di tangan gue,"

"Oke, gue percaya sama loe,"

"Thank, gue akan langsung hubungi loe setelah semua beres dan semua informasinya ada di tangan gue,"

"Oke, gue tunggu kabar dari loe secepatnya."

*

*

Ditempat lain.

Seorang wanita tampak berlari menelusuri lorong rumah sakit agar bisa segera sampai di ruangan yang saat ini tengah dia tuju.

"Braakkk...."

Seketika, ketiga orang yang ada di ruangan itu di buat kaget dengan suara pintu yang di buka dengan sangat keras.

"Selia? Kenapa buka pintu nya keras sekali? Kamu mau pintu itu rusak?" tanya Mama Elda yang kaget setengah mati oleh suara pintu yang di buka dengan sangat keras oleh menantunya, Selia.

"Ya ampun Lili, kamu kenapa bisa ada di sini? Mama cari cari kamu, loh." ucap Selia mengabaikan pertanyaan dari mertuanya.

Dengan wajah yang merah padam, Selia menghampiri putrinya. Seandainya saja tidak ada mertuanya, mungkin wanita itu akan sangat marah karena Liona menghilang dari sekolah dan membuatnya kebingungan mencari putrinya itu.

"Seharusnya yang tanya itu kami. Kamu dari mana saja? Kenapa kamu biarkan Liona menunggu hampir 2 jam lamanya di sekolahan? Kamu tahu kan, kalau jaman sekarang itu sangat rawan kejahatan dan penculikan? Kenapa kamu malah tega membuat anak kamu yang masih kecil menunggu selama berjam jam di sekolah," lanjut Mama Elda yang tidak bisa lagi menahan emosinya saat melihat Selia hendak memarahi Liona.

"Maaf, Ma. Tadi aku ada urusan yang tidak bisa aku tinggalkan." kilah Selia yang akhirnya mengurungkan niatnya untuk memarahi Liona.

Sementara Liona sendiri, hanya bisa terdiam dengan tubuh yang sedikit gemetar ketakutan karena melihat sorot mata Selia yang menyorotnya sangat tajam.

Hal itu membuat Senja segera memeluk tubuh Liona yang ketakutan, untuk membuat gadis kecil itu merasa tenang dan tidak lagi ketakutan.

"Sudah, jangan takut. Ada Aunty di sini, ada Oma juga. Kamu aman di sini." bisik Senja mencoba menenangkan Liona.

Gadis kecil itu bungkam, tapi kepalanya mengangguk tanda kalau dia mengerti dengan bisikkan dari Senja.

"Pulang lah, Liona akan tetap di sini bersama Mama dan untuk malam ini, Liona akan menginap di rumah Mama," lanjut Mama Elda yang membuat Selia tersentak kaget.

"Tapi, Ma Li____"

"Besok dia akan pergi sekolah dari rumah dengan Papa nya. Kamu, pulang lah. Istirahatlah, wajahmu terlihat sangat pucat dan kamu kelihatan lelah sekali," sela Mama Elda yang membuat Selia bungkam.

"Baiklah kalau begitu, Selia pamit dulu Ma, Senja. Maaf ya, Kakak tidak bisa menemani kamu. Kakak merasa kurang enak badan," jawab Selia yang akhirnya mengalah dan membiarkan putrinya tetap bersama mertuanya.

"Tidak apa apa Kak. Kakak istirahatlah, jangan sampai sakit ya, wajah Kakak pucat sekali soalnya," jawab Senja memasang senyum paling manis yang dia punya.

"Ah, be_benarkah? Baiklah kalau begitu, Kakak pamit ya. Ma, Selia pamit ya, Assalamualaikum," lanjut Selia yang tiba tiba merasa gugup saat Mama Elda dan juga Senja menyinggung wajahnya yang terlihat pucat.

"Eemm, pergilah. Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh." jawab Mama Elda yang kembali fokus pada ponsel di tangan nya.

Sementara Selia sendiri, langsung saja pergi meninggalkan ruangan rawat Senja. Wanita itu segera pergi keluar dari rumah sakit untuk kembali ke rumahnya.

Saat mobil yang di bawa oleh Selia keluar dari kawasan rumah sakit. Bertepatan dengan mobil langit yang memasuki area rumah sakit.

"Apa loe baik baik saja?" tanya Bumi saat Langit memarkirkan mobilnya tepat di halaman parkir rumah sakit.

"Entahlah, gue bingung menggambarkan perasaan gue saat ini. Jujur, gue ga tahu apa yang harus gue lakukan pada Selia. Di satu sisi, gue marah dan kecewa jika kecurigaan gue tentang dia ternyata benar adanya. Gue juga ga mungkin maafin dia setelah apa yang sudah dia lakukan pada Senja. Namun, gue juga bingung. Setelah gue tahu semua itu, apa yang harus gue lakukan Mi? Bagaimana pun, Selia adalah ibu dari anak gue." jawab Langit tampak menghela nafas panjang dan berat saat harus di hadapkan dengan masalah yang rumit antara keluarganya dan juga istrinya.

langit tidak mungkin dengan mudah begitu saja memaafkan orang yang sudah menyakiti dan hampir saja membuat keluarganya hancur berantakan. Namun, akan kah Langit tega menyeret ibu dari anaknya itu ke dalam jeruji besi seandainya saja semua kecurigaan nya itu terbukti dan Selia terbukti bersalah?

Sungguh, saat ini Langit benar-benar dilanda kegalauan yang teramat sangat berat. Langit berada diantara dua pilihan. Keluarganya atau istrinya?

Terpopuler

Comments

Nurlaela

Nurlaela

kenapa tidak tes DNA gitu,,, langit liona bukan anaknya

2024-01-28

2

Tria Hartanto

Tria Hartanto

keluarga nomor satu langit lagi pula anak itu bukan darah dagingmu kamu hanya di perdaya sama selia dan bram,coba berfikir jernih langit kamu apa tidak curiga sedikitpun dengan putrimu ngga kepikiran untuk melakukan tes DNA gitu,itu anaknya adam dan selia jd kamu itu hanya di jebak aja

2024-01-27

0

Defi

Defi

seret saja Langit, karena Liona bukan putri kandungmu

2024-01-26

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!