Bab.11

Langit langsung saja berlari menuju ruangan guru dimana Liona tengah menunggu untuk di jemput.

"Liona," seru Langit saat melihat putrinya tengah duduk di sebuah kursi yang ada di depan ruangan guru.

"Papa," seru balik Liona.

Gadis kecil itu langsung berlari ke arah Langit. Dengan mata yang berkaca kaca, Liona langsung menabrak kan tubuh nya ke tubuh kekar Langit setelah mereka sudah cukup dekat.

"Papa, Lili takut," lirih gadis kecil itu sembari memeluk tubuh Langit dengan begitu erat nya.

"Sudah, tidak apa apa. Papa sudah di sini, kamu akan baik baik saja," bujuk Langit.

Tangan kekar pria itu terulur untuk membelai pucuk kepala dan juga punggung putrinya yang tampak ketakutan karena tidak kunjung di jemput oleh ibunya, Selia.

Padahal jam pulang sekolah sudah berlalu hampir dua jam yang lalu. Liona yang masih duduk di bungkus kelas satu sekolah dasar itu pun tentu merasa ketakutan karena tak kunjung di jemput oleh sang ibu.

"Alhamdulillah, akhirnya Liona bisa pulang juga."

Seketika Langit di buat kaget dengan suara lembut seseorang. Terlalu panik akan kondisi putrinya, membuat Langit sampai tidak menyadari jika sejak tadi ada seseorang yang menemani Liona.

"Set.... Deg..."

Jantung Langit berdebar saat melihat seorang wanita dengan pakaian dinas lengkap dengan hijab yang membingkai wajahnya tengah tersenyum ke arah Langit yang sedang memeluk Liona.

"Maaf, anda...?" ucap Langit sembari melepaskan pelukan mya dari tubuh Liona.

"Selamat siang Pak. Saya Mentari, wali kelas nya Liona," jawab wanita muda itu dengan lembut dan sopan.

"Ah, iya. Maaf, saya terlalu panik sampai sampai tidak menyadari ada orang yang menemani putri saya. Perkenalkan juga, saya Langit. Papa nya Liona," Langit pun segera mengulurkan tangan nya, tapi di tolak secara halus oleh Mentari.

Gadis itu mengatupkan kedua tangan saat Langit mengulurkan tangan nya untuk bersalaman. Sebagai tanda perkenalan diantara keduanya.

"Maaf." lirih Mentari menundukkan kepalanya.

Mentari merasa tidak enak hati pada Langit karena menolak uluran tangan pria itu. Namun, Mentari juga sudah di ajarkan sejak dini jika haram untuknya untuk bersentuhan dengan yang bukan mahram untuknya.

"Tidak apa apa, Bu. Saya paham, seharusnya saya yang minta maaf. Oh iya, saya ucapkan banyak banyak terima kasih karena Ibu Mentari sudah berkenan menemani putri saya. Padahal, ini sudah waktunya Ibu beristirahat di rumah. Maaf, saya benar benar menyesalkan atas kejadian hari ini." lanjut Langit yang benar benar merasa bersalah, baik pada putrinya maupun pada wali kelas dari Liona.

Karena istrinya yang tak kunjung datang menjemput. Entah karena ada urusan apa sampai sampai Selia lupa untuk menjemput putrinya sendiri di sekolah.

"Tidak apa apa, Pak. Ini adalah salah satu kewajiban saya sebagai wali murid di kelasnya Liona. Liona, sekarang sudah tenangkan? Sudah ada Papa dan Liona bisa segera pulang ke rumah," jawab Bu guru Mentari.

"Iya, Bu. Terima kasih sudah menemani Lili selama menunggu Papa," ucap Liona pada guru nya, Bu Mentari.

"Iya, Liona. Sama sama, kalau begitu Ibu pamit ya, sampai jumpa besok. Berhubung Bapak sudah di sini, maka saya izin pamit ya, Pak," pamit Bu Mentari.

"Tunggu, anda pulang naik apa?" tanya Langit saat Mentari akan beranjak.

"Naik ojol paling Pak. Kebetulan motor saya lagi di servis, jadi terpaksa saya naik ojol dulu sampai motor saya selesai di servis," jawab Mentari.

"Oh, begitu. Kalau tidak keberatan, bagaimana kalau saya antar Ibu pulang. Ya, hitung sebagai balas budi saya karena Ibu sudah berkenan menemani putri saya,"

"Tidak usah, Pak. Saya tidak mau merepotkan. Lagi pula saya sudah biasa pulang naik ojol,"

"Tidak Kok, saya sama sekali tidak merasa direpotkan. Mari, Bu sekalian saya juga mau jalan pulang,"

"Tapi..."

"Tidak apa apa, Bu. Ikut Papa aja," sela Liona saat Mentari mencoba menolak ajakan dari Langit.

"Baiklah kalau begitu. Maaf ya Pak, sudah merepotkan,"

"Tidak kok, Bu. Kan sekalian saya juga mau pulang, mari Bu. Mobil saya ada di depan,"

"Iya, Pak. Mari."

Mentari pun akhirnya pasrah menerima tawaran Langit yang akan mengantarkan nya pulang untuk membalas jada Mentari karena sudah menemani putrinya selama menunggu dirinya datang.

Ketiga nya pun berjalan beriringan menuju ke halaman sekolah. Dimana mobil Langit terparkir di sana.

"Mari, Bu. Silahkan masuk," ucap Langit sembari membuka kan pintu mobilnya di bagian depan.

"Maaf, Pak. Saya duduk di belakang saja agar tidak menimbulkan fitnah," tolak Mentari lagi saat Langit membukakan pintu mobil bagian depan untuknya.

"Oh, maaf. Baiklah, silahkan Bu," jawab Langit bergegas menutup pintu bagian depan lalu membuka kan pintu bagian belakang mobilnya untuk Mentari.

"Baik, Pak. Terima kasih,"

"Sama sama."

Mentari pun akhirnya masuk dan duduk di bagian belakang mobil milik Langit. Setelah memastikan Mentari duduk dengan nyaman, Langit pun bergegas ikut masuk ke dalam mobil bersama dengan putrinya, Liona yang duduk di samping nya.

Langit pun segera melajukan mobilnya menuju ke alamat rumah Mentari untuk mengantarkan guru dari putrinya itu pulang lebih dulu. Baru setelahnya, Langit akan kembali ke rumah sakit untuk menggantikan sang Mama yang saat ini menjaga Senja.

*

*

Sementara itu di rumah sakit.

Senja dan Bumi sama sama di buat kaget dengan suara seseorang yang tiba tiba saja masuk kedalam kamar rawatnya.

"Mama?" ucap Senja yang kenal betul siapa pemilik suara tadi.

"Mama? Kamu, yakin kalau itu Mama?" tanya Bumi segera memberi jarak lalu menoleh ke arah pintu yang sudah kembali tertutup.

"Tentu saja aku yakin. Aku kenal betul suara itu," jawab Senja.

"Kalau itu benar Mama. Lalu, kenapa tidak masuk saja? Kenapa keluar lagi?" tanya Bumi bingung.

"Mas sih," jawab Senja dengan semburan merah di wajah cantiknya mengingat kejadian beberapa saat yang lalu, antara dirinya dan juga Bumi.

"Loh, kok Mas sih? Memang nya Mas ngapain?" tanya Bumi lagi berpura pura tidak tahu apa yang senja ucapkan.

"Tadi, memang nya Mas mau ngapain?" jawab Senja dengan nada sedikit kesal karena merasa malu sendiri karena mungkin, bisa saja Senja sudah salah mengira.

Apalagi setelah melihat sikap Bumi yang seolah olah tidak tahu apa yang Senja katakan.

Terpopuler

Comments

Brama ary

Brama ary

jodohnya kak langit nich

2024-04-23

0

Anisatul Azizah

Anisatul Azizah

semoga berjodoh dg bu Mentari🥰🥰🥰

2024-04-20

0

Hana Roichati

Hana Roichati

serujuk kak, wanita sholehah 👍👍

2024-03-31

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!