Sejak kejadian itu Fano tidak pernah menampakan dirinya di depan Naya. Dan itu sudah berlangsung dua pekan ini.
Entahlah Naya seperti merasa ada yang hilang, Naya pikir mungkin saja Fano marah padanya setelah dia tampar waktu itu.
Naya hanya takut kedekatan mereka malah menjadi malapetaka untuk rumah tangganya, dan salah paham lah akan terjadi nanti.
Naya menelengkupkan kepalanya diatas kedua tangan diatas meja, nafasnya dia hembuskan sangat panjang.
"Mbak, kenapa ? sakit lagi ?" Yuli bertanya dengan khawatir.
Diberi pertanyaan begitu, Naya langsung mendongkakkan kepalanya dan menoleh pada Yuli yang sedang menatapnya khawatir.
Naya lagi tersenyum "Enggak kok, aku gak papa. Cuma ngantuk aja, Yul" jawabnya tak sepenuhnya berbohong.
"Oh ya syukur kalau begitu, terusin aja Mbak. Aku kira pusing atau sakit gitu"
"Yul ? kemarin kamu mendengar percakapan kami ?" Naya agak khawatir pada Yuli, sedangkan Yuli tau kalau Naya itu sudah punya suami.
"Enggak Mbak tenang aja, kemarin aku pulang kerumah kok, jadi aku gak denger Mbak sama dia. Mbak Naya jangan takut, aku ngerti situasi Mbak saat ini"
Naya bernafas lega kala Yuli mengatakan itu, lantas dia mengucapkan terima kasih pada Yuli.
***
Siang hari Cindy datang ke toko bunga dengan membawa dua paperbag.
"Nih buat kamu, aku mau minta bantuan sama kamu, Nay"
Cindy meletakkan paperbag itu di atas meja, dan Naya menatapnya bingung.
"Ini apa ? kenapa untuk aku ?" dia pun bertanya, agar tidak kembali bingung.
"Buka aja dulu" Cindy memintanya untuk membuka itu, dan Naya pun melakukan apa yang Cindy perintahkan.
Naya buka satu persatu paperbag itu, dan ada kotak di dalamnya, dia kembali membukanya. Terdapat sebuah dres dibawah lutut berwarna Salem dengan tampilan yang elegan.
Paperbag kedua isinya sebuah sepatu berwarna yang sama, keduanya tampak mewah dan Naya tau itu termasuk barang branded.
"Bagus banget, ini punya kamu ?" Naya malah bertanya begitu, sudah jelas tadi Cindy bilang itu untuknya.
"Bukan punya aku, tapi ini punya kamu Nayarra" Cindy menekankan kata katanya.
"Hah, untuk aku ? untuk apa aku pake itu ?" Naya masih bingung.
"Naya, aku kasih kamu baju ini, agar kamu bisa nemenin aku akhir pekan ini, salah satu saudara aku mau ngadain pesta, aku males kalau sendiri, jadi tolong ya temenin aku disana"
Cindy meminta Naya untuk menemaninya datang kesebuah pesta. Naya sempat menolak, karena tidak biasa datang ke pesta seperti itu. Tapi Cindy sangat memaksa bahkan sampai memelas. Alhasil Naya pun mengiyakan saja.
***
drtdrtdrtdrt
Suara ponsel berdering, Naya segera mengangkatnya saat terpangpang nama suaminya.
"Iya Mas, ada apa ?"
"Pulang sekarang ya, aku juga lagi dalam perjalanan pulang"
"Kenapa Mas, ada apa ?"
"Naya, jangan banyak tanya, pulang dan segera siap siap pakai baju rapi"
Naya yang masih bingung mau ada apa dan mau kemana, tapi Rendra langsung menutupnya begitu saja.
Kebetulan masih ada Cindy, dia pun pamit pulang pada Cindy dan Cindy mengijinkan itu. Naya pun pulang dengan memesan taksi online, agar lebih cepat.
Sampai rumah sudah disuguhi tatapan tak sedap dari Mertuanya yang sudah tampil cantik. Dia berusaha untuk tetap ramah dan menyapa Feli, tapi tak ada balasan darinya. Naya pun bergegas pergi saja ke kamarnya.
Rendra bilang, dirinya harus tampil rapi, tapi mau kemana ? dia harus tau, agar bisa menyesuaikan pakaian yang akan dia pakai nanti.
Sebari menunggu Rendra, dia pun memilih untuk mandi dulu saja, baru saja selesai dan keluar kamar mandi, Rendra masuk ke kamar.
"Mas, tumben bisa pulang cepet ?"
"Kenapa emangnya kalau aku pulang cepet, kamu gak suka ?"
"Bukan gitu, aneh aja kan. Akhir akhir ini kan kamu selalu sibuk, dan sekarang pulang cepat kek begini. Emang kita mau kemana sih ? mau ngajak aku ngedate ya"
"Jangan ngawur kamu !! aku tuh heran sama kamu, pulang cepat salah, pulang telat lebih salah lagi. Udah kamu siap siap aja, anaknya adik Mama baru pulang dari Malaysia dan mereka mengadakan acara makan malam"
Rendra pergi ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya, sedangkan Naya masih berdiri membeku disana.
Jawaban Rendra tadi membuatnya tak nyaman, suaminya itu menjadi suka emosian. Naya pun memilih berganti pakaian dan berdandan natural saja.
Rendra dan Naya sudah siap, begitu juga mertuanya yang sama sama siap, lalu mereka bergegas pergi kerumah adiknya Mama Feli mertuanya.
***
Dirumah adiknya Mama Feli sudah kumpul, keluarga besar mertuanya ada disana.
Dan semua menyambut Naya dengan hangat, dan memperlakukan Naya dengan baik. Naya merasa nyaman ada disana, karena ada Leni menantunya adik dari Mama Feli.
Setidaknya ada teman mengobrol dia, disaat semua fokus sama Aldi, anak bungsu dari adiknya mertuanya itu.
"Nay, sini duduk sama aku" sambut Leni yang sedang menggendong anaknya.
Naya pun menghampiri dan ikut duduk disana "Ya ampun lucu banget, cantik banget lagi" ucap Naya sambil mencubit pipi anaknya Leni " Dedenya udah berapa bulan Mbak sekarang ?"
"Satu tahun lebih Nay. Kamu mau menggendongnya ?" tawar Leni pada Naya.
"Boleh Mbak ?" sahut Naya dan dapat anggukkan dari Leni " Sini sama Tante, duh lucu gemoynya dan gemas banget"
Naya menggendong anak itu, memberikan candaan padanya.
"Naya masih belum hamil ?" pertanyaan itu muncul dari Ranti adiknya Mama Feli.
Naya menoleh pada Rendra, tapi Rendra malah cuek dan malah fokus pada ponselnya.
"Belum Tante, belum dikasih rezeki sama Tuhan" mendengar jawaban dari Naya, Mama Feli kembali menatap sinis padanya.
"Iya ya, kalian nikmati aja waktu berduaan dulu, biar makin serasi dan langgeng" Tante Ranti menjawab dengan lembut.
Berbeda dengan Feli dia menatap Naya dengan tajam dan jijik "Pasti sangat beruntung ya kamu Ranti, sudah punya cucu. Mana lucu banget lagi. Tidak seperti aku, aku juga pengen punya cucu, bisa menggendongnya dan bermain dengannya" Ucap Feli pada Ranti, seraya untuk menyindir Naya menantunya.
"Tapi dia belum juga kunjung hamil dan kasih aku cucu, kesel banget gak sih !!" Tanpa memikirkan bagaiman perasan Naya ketika itu, Feli berbicara dengan seenak jidat.
Leni menatap Naya, dia bisa merasakan apa saat ini Naya rasakan.
"Tante, Insya Allah nanti Naya juga pasti hamil kok, dan diberi rezeki itu sama Tuhan, seperti aku dan Mas Surya. Jadi Tante gak perlu banyak khawatir, ya"
"Haduh diberi apanya Len, kalau ternyata anak Tante menikahi wanita mandul"
Semua orang termasuk Naya menatap Feli bersamaan ,sedangkan Feli hanya memutarkan bola matanya saja.
"Mandul ? udah diperiksa ?" itu Ranti yang bertanya seraya menatap Naya dengan iba.
Naya menatap mertuanya dengan tatapan nanar, tidak menyangka kalau beliau akan mengatakan itu di depan banyak orang. dan terlebih mereka keluarga "Belum Tante, tapi kayanya iya Naya emang mandul" Naya mempertegas itu, supaya Mama mertuanya puas padanya.
Naya menatap lagi Rendra yang masih saja bermain ponsel sebari senyam senyum sendiri. Dia berharap Rendra membantunya ketika itu, namun nihil.
"Udah jelas dia mandul Ranti, makanya dia gak pernah mau kalau diperiksakan ke dokter" dengan sengit dan menggebu gebu Feli mengatakan itu.
Leni menatap lagi Naya, dan mengambil anaknya yang masih berada digendongannya Naya. Lalu mengelus elus punggung Naya, untuk menenangkan Naya.
Goresan luka itu mama mertuanya sematkan lagi padanya, bahkan dia mengatakan itu di depan keluarga besarnya. Tatapan jijik pun Naya dapatkan. Rasa sesak mulai menguar dalam dadanya.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments
Uthie
Jahatnya 😡😡
2024-01-27
0