Pagi ini seperti biasanya Naya menyiapkan sarapan paginya untuk suami dan Mama mertuanya. Dia menyiapkan makanan kesukaannya Rendra suaminya, karena dia pikir sejak semalam sikap Rendra akan kembali seperti dulu.
Iya pagi itu Rendra memperlakukan Naya dengan hangat, dan Naya mengakui kalau dia sesenang itu. Dia akan terus berusaha memperbaiki sesuatu yang pernah hilang sebelumnya.
"Mas, sini aku bantu" setelah menyiapkan sarapan paginya, Naya kembali ke kamar dan menghampiri Rendra.
Dia berniat membantu memasangkan dasinya Rendra, Rendra mengangguk dan membiarkan Naya melakukan itu.
"Tumben cantik begini ? mau kemana, mau pergi lagi ?" Rendra menatap Naya yang agak berbeda pagi itu, Naya agak sedikit memakai make up di pagi itu, karena biasanya tidak, hanya menempel bedak saja.
Naya tersenyum, lalu mengecup pipi Rendra tanpa malu malu "Aku cantik buat kamu kan, Mas. Emang gak boleh ya ?"
Pagi itu Naya bersikap manja pada Rendra, dia mengalungkan tangannya ditengkuk leher Rendra.
"Kamu sedang menggodaku, hmm ?" Rendra langsung merangkul pinggang Naya,hingga kini mereka berdempetan.
Naya tersenyum, lalu dia mengetuk etukkan jarinya pada dada Rendra.
"Pasti ada maunya deh, iyakan ?" Rendra bisa menebak kalau sikap Naya yang begini, pasti dia sedang meminta sesuatu.
Naya menyengir menampilkan deretan giginya pada Rendra, lalu Rendra mengetuk kening Naya.
"Apa yang kamu mau ?" tanya Rendra lembut.
"Aku jenuh kalau terus diam dirumah Mas, aku pengen punya aktifitas diluar rumah, boleh gak kalau aku kerja ?" Naya bertanya dengan hati hati, takut kalau suaminya tidak setuju dengan apa yang dia minta.
Rendra mentautkan kedua alisnya, raut wajah bingung kentara disana "Kerja ? kenapa harus kerja, uang yang aku kasih kurang buat kamu ?" nada bicara Rendra sudah berubah, tak selembut tadi.
Tapi Naya sudah mempersiapkan itu "Cindy butuh bantuan pekerja ditoko bunganya, jadi dia meminta aku untuk membantunya disana, boleh ya Mas ? aku janji gak akan lalai dengan tugas rumah tangga kita"
"Bukan, bukan karena uang yang kamu kasih ke aku kurang, itu jauh lebih cukup Mas. Malah aku gak pernah memakai semua uang itu, aku masih simpan sebagai tabungan masa depan kita. Aku hanya ingin berbaur dengan dunia luar, Mas. Jujur dirumah aku merasa tertekan, maaf, sama Mama" Naya menunduk ketika alasan yang paling utama dia ingin bekerja, karena Mama mertuanya itu.
Rendra melepaskan rangkulannya pada pinggang Naya, dan dia berbalik tanpa mengatakan apa pun.
Naya menghembuskan nafasnya sejenak "Salah satu yang bisa membuat Naya bisa hamil, itu jangan stress. Maaf Mas, setiap waktu dan setiap hari saat Mama membahas soal anak, aku jadi kepikiran terus, selama dirumah aku selalu menghabiskan waktu dikamar, hanya untuk merenung" wajah Naya kembali sendu, bahkan ia mau menangis.
Tapi Rendra tetap tak menjawab, dia malah melangkah pergi keluar kamar dan turun menuju ke ruang makan. Lagi lagi Naya menghembuskan nafasnya panjang.
Ya sudahlah kalau memang tidak boleh, dia hanya bisa pasrah saja. Dia pun mengikuti Suaminya sampai diruang makan.
Rendra duduk tanpa berkata apapun, disana sudah ada Mama mertuanya sedang menatap Naya dengan tak suka.
Naya dengan telaten menyiapkan makan untuk suami dan Mama mertuanya itu. Mereka makan dengan tanpa suara, hanya suara dentingan sendok garpu dan piring.
Rendra beranjak berdiri, dan Naya mengerti itu lalu dia membawa tas kerja Rendra, dan menyiapkan sepatunya.
Rendra bersiap akan pergi, saat di depan pintu dia berbalik dan menghampiri Naya.
"Aku ijinkan kamu kerja, tapi ingat jangan lupa dengan tugas kamu dirumah, aku pulang kamu harus sudah ada disini, Naya"
Pernyataan Rendra tadi membuat Naya tak percaya, namun dia langsung tersenyum cerah. Ternyata suaminya sudah memberinya ijin.
"Apa kerja ? ngapain kamu kerja ? gaji suami kamu kurang ? kurang bersyukur banget sih. Jadi istri itu gak usah kerja kerja, ngapain sih kamu pake kasih ijin dia, Ren !!" sungut Mama Feli pada Naya dan Rendra.
Naya terdiam saat mendengar ocehannya Mama Feli.
"Mama pengen cepet Naya hamil kan ? salah satunya dia gak boleh stress, jadi biarkan dia melakukan apa yang dia suka, selagi dia tak lupa akan tugas dia sebagai istri dirumah ini" tegas Rendra pada Mamanya
Naya kembali tersenyum, suaminya ini begitu pengertian padanya. Naya lantas mendekat pada Rendra, dan mengandengan tangan Rendra.
"Terima kasih, Mas" ucap Naya, tanpa banyak kata lagi.
Rendra tersenyum, lalu mengecup kening Naya "Aku pergi ya, kabari aku kalau kamu akan pergi dan sedang bekerja disana" ucapnya kemudian.
Naya mengangguk, lalu dia menyalami tangan suaminya itu.
Sedangkan Mama Feli terdiam saat tadi Rendra berbicara seperti itu. Lalu dia mendelik pada Naya setelah Rendra pergi.
***
"Aku kesana sekarang ya, udah dapat ijin dari suami"
Naya segera menelepon Cindy untuk memberitahu kalau dia sudah diberi ijin oleh Rendra suaminya. Cindy menyambutnya dengan senang hati dan dia akan datang ke toko bunga itu untuk menemui Naya disana.
"Ok, aku otw ya" Naya pun mengakhiri teleponnya, dan dia bersiap bersiap untuk pergi.
Mama Feli menatap Naya lagi lagi dengan tatapan tak sukanya. Namun Naya mengabaikan hal itu, tapi meski begitu dia tetap berpamitan pada Mama mertuanya itu, walau tidak ada tanggapan sama sekali yang ada delikan.
Naya pergi kesana dengan memesan taksi online, meski ada kendaraan motor disana, namun Naya tidak bisa menggunakannya, ada trauma yang mendalam tentang itu.
Naya merasa beban dipundaknya sedikit memudar, saat dia berpikir kalau tiap hari nanti dia akan menghabiskan waktunya di luar, tidak di dalam rumah yang begitu menyesakkan dan penuh tekanan.
Naya tersenyum kala melihat toko bunga sahabat lamanya itu "Laucy Florist" Nama toko bunga itu.
"Selamat datang, ada yang bisa kami bantu ?" seorang pelayan toko menyapa Naya.
"Saya Naya, yang akan bekerja disini" terang Naya pada pelayan itu.
"Oh mbak Naya ya ? iya, tadi Mbak Cindy sudah beritahu perihal Mbak Naya, mari Mbak ikut saya masuk"
Pegawai wanita itu menuntun Naya untuk masuk ke dalam ruangan yang bisa Naya tau kalau ruangan itu khusus untuk atasan.
"Tunggu disini ya Mbak, nanti sebentar lagi Mbak Cindy datang" pelayan itu meminta ijin permisi dan meninggalkan Naya sendiri.
Naya mengangguk, dan setelah pelayan itu pergi. Naya berdiri dan melihat lihat ruangan itu, tidak besar namun tidak juga terlalu kecil.
Dia ingat dulu saat masih SMA, sering merangkai bunga bareng sama Cindy, tapi bedanya Cindy mampu mengembangkan bakatnya dengan membuka toko bunga.
Sedangkan dirinya tidak pernah terpikirkan untuk itu, karena Rendra suaminya alergi akan bunga, itu sebabnya dia tidak bisa mengembangkan hal itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments
Uthie
sy lanjut 💪
2024-01-26
0