Zefano memapah tubuh Naya lemas disalah satu sofa yang ada diruangannya Cindy, dan kebetulan Yuli sudah kembali.
"Kalau kamu tidak mau ke rumah sakit, istirahatkan dulu disini, dan ini minum obatnya ya"
Fano pun mengambil bantal yang memang ada disana untuk Naya kenakan.
"Tidurkan Nay, tubuh kamu sangat lemas, kamu butuh istirahat" titah Fano lagi.
Tapi Naya masih bergeming "Makasih Fano, tap..."
Fano mendorong tubuh Naya, hingga kini berbaring di sofa "Kamu tidak boleh nolak, jangan buat aku khawatir sama kamu"
Naya terdiam mendapatkan perhatian itu dari Fano kekasihnya dulu
"Makasih Fan, aku akan istirahat sebentar disini" Naya pun tidak lagi menolak, dia menurut saja karena memang tubuhnya sangat lemas. Lalu dia meminum obat Dan dia memejamkan matanya.
Jemari Fano secara langsung mengelus rambut Naya tanpa perintah. Ditatapnya Naya yang sudah memejamkan matanya itu, wajah polos Naya yang dia rindukan selama ini. Nalurinya langsung bergerak ingin mencium kening Naya, namun tertahan.
Fano sadar kalau wanita yang ada di depannya itu adalah milik orang lain.
Tangannya masih mengelus rambut Naya dengan lembut "Naya, apakah saat ini kamu sungguh bahagia ? apakah dia membahagiakanmu ? kamu tidak menyesal kan meninggalkan aku dan memilihnya ?"
Mengingat itu Fano jadi sangat kecewa dan marah, di kepalkan tangan satunya. Dia berdiri sejenak untuk mengatur hatinya yang sedang marah.
Namun seketika dia mengingat saat Naya menangis dan mengatakan hal tadi. Fano sangat yakin kalau Naya sedang tidak bahagia. Dan rumah tangganya sedang ada masalah.
"Fan.." Naya bangun dan menahan Fano untuk pergi.
Ternyata Naya tidak benar benar tidur, dia mendengar apa yang dikatakan Fano tadi. Dia pun membuka matanya.
"Kenapa bangun ?" Fano bertanya dengan panik dan kembali menghampiri Naya.
"Maafkan aku,, maafkan aku Fano" dengan terisak Naya mengatakan itu.
"Maaf untuk apa, Nay ?"
"Maaf aku udah meninggalkan kamu dan jahat sama kamu.. Maafkan aku Fano" Naya kembali terisak dengan menggenggam tangan Fano.
"Aku sangat bersalah sama kamu Fano, aku bersalah. Aku melupakan janji aku, janji kita. Aku melupakannya, dan aku mengkhianati kamu. Aku jahat Fan, aku jahat"
Naya semakin terisak, tangisnya semakin banyak dan tangannya menepuk nepuk dadanya. Fano memegangi bahu Naya Lalu dipeluklah Naya, meski itu salah, namun dia tetap ingin melakukannya.
Tidak ada penolakan dari Naya, dia hirup aroma wangi dari rambutnya Naya.
"Tidak Naya, aku sama sekali tidak menyalahkan kamu, aku yakin kamu punya alasan di balik ini, asal kamu bahagia, aku pun akan ikut bahagia dan kamu tidak salah, ok"
Mendengar itu membuat Naya semakin terisak, rasa bersalahnya semakin menyeruak dan dia sangat menyesal. Rumah tangganya yang dia bina sebaik mungkin itu tidak sebahagia sebagaimana mestinya.
"Tapi Fan, janji yang kita bangun dulu aku melupakannya begitu saja"
Fano menghapus air mata Naya yang berurai deras, mengelus pipinya saat dia melepaskan pelukannya.
Fano menggeleng "Aku tau, akupun sempat marah Nay. Tapi mau bagaimana lagi kamu sudah menikah dengan dia. Asal kamu bahagia, aku juga akan bahagia kok"
Naya hanya mampu terdiam tanpa berkata, dia menatap pilu pria yang dulu dia cintai itu.
"Jangan nangis lagi, senyum ya. Senyum kaya gini nih" Fano menarik lekuk bibir Naya membentuk senyuman, Naya lantas memukul dada Fano sambil tersenyum.
"Nah kan cantik kalau begini" Fano tertawa.
"Mau pulang ? aku antarkan kamu" Fano pun menawarkan untuk mengantar Naya pulang.
Naya menggeleng "Gak usah Fan, aku masih mau disini" tolaknya.
Fano pun tidak bisa memaksa lagi, hatinya merasa hangat hari itu. Tapi belum merasa lega, karena belum tau apakah Naya bahagia atau tidak dengan suaminya.
***
Fano harus segera pergi karena ada telepon dadakan dan mengharuskan dia segera ke kantornya, meski berat tapi dia harus segera pergi.
"Aku pergi dulu ya, jangan lupa minum obat, kalau sampai kamu sakit lagi, aku akan paksa kamu ke rumah sakit" omel Fano pada Naya.
"Fano aku bukan anak kecil" Rutuk Naya.
"Tidak Naya, kalau kamu sakit aku juga ikut sakit"
Fano hendak menyentuh pipi Naya, tapi Naya dalam keadaan sadar dan diapun menghindar.
Fano agak kecewa dan seketika tangannya jadi diam mengudara. Lalu dia menjatuhkannya dan mengepalkan tangannya itu.
"Maaf Fan, aku punya suami" tegas Naya.
Meski dia merasa bersalah pada Fano, tapi situasinya sangat sulit, dia dia sudah menikah dan itu adalah suatu kesalahan, saat dia berpelukan tadi saja itu sudah sangat salah.
Fano menghela nafasnya kasar, bagaimanapun juga dia harus tau diri, dan sadar akan kenyataannya kalau Naya memang sudah menikah.
Dalam lubuk hatinya, ingin dia mencuri Naya dari suaminya dan membawanya kabur, tak apa jika dia dijadikan kedua oleh Naya. Asal dia tetap bersama dengan Naya.
"Nay, jadikan aku yang kedua, aku tak apa jadi yang kedua asal itu sama kamu"
Naya membulatkan matanya "Jangan ngawur kamu Fan, dan mana bisa begitu"
"Bisa, ayo kita kabur. Aku akan membawa kamu jauh dari sini, dan akan aku jadikan kamu ratu dalam hatiku dan istanaku"
Kali ini Naya menatap nanar, baru saja dia menangis banyak, masa iya dia kembali menangis.
"Fano, udah deh jangan bicara yang aneh aneh, agar aku tak lagi merasa bersalah sama kamu. Lebih baik kamu segera menikah dan hidup bahagia juga, itu akan lebih baik buat aku"
Fano menggeleng "Aku akan menikah kalau itu dengan kamu Naya. Kamu ingat apa yang pernah aku katakan dulu ? kalaupun kamu menikah dengan orang lain, maka aku akan kembali merebut kamu"
"Akan aku pastikan kamu menjadi milik aku lagi, Nayarra" Fano meraih dagu Naya dan mendongkakkanya hingga Naya menatap Fano.
Lidah Naya menjadi kelu, saat Fano menatapnya begitu dalam, bahkan Fano sampai mengikis jarak diantara mereka. Perlahan Fano semakin mendekat dan mendekat.
Ibu jarinya menyentuh bibir Naya, dan dia semakin mendekati Naya, tapi..
Plak
Naya tersadar, lantas dia menampar Fano seketika itu. Fano yang kaget, menatap Naya nanar. Tapi dia tau dia yang salah.
Naya menatap tangannya yang sudah menampar Fano.
"Fan.." lirihnya.
Fano mengabaikan panggilan itu, dan dia memilih segera pergi keluar dari sana.. Lalu dia merogoh ponselnya dan menelepon asistennya untuk menyuruhnya mencari tau perihal siapa suaminya Naya.
"Cari tau secara detail siapa suami Nayarra, ingat dengan detail, semuanya tentang dia"
"Baik pak"
Fano kembali menyimpan ponselnya, dia tatap jalanan ibu kota yang ramai tapi hatinya merasa sepi. Dia tidak marah akan tamparan tadi, tapi dia marah pada diri sendiri, kenapa tidak sejak dulu dia menemukan Naya. Sebelum Naya dimiliki orang lain.
"Hah !!"
"Nay, ingat kalau kamu tidak benar benar bahagia, akan aku ambil kamu kembali" gumamnya sendiri.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments
Uthie
Good Fano 👍😡
2024-01-27
0