Naya masih menatap takjub pada apa yang dilihatnya di depan mata, ternyata Cindy bukan hanya punya toko bunganya saja, namun sekalian dengan kebun bunganya.
Dibelakang bangunan toko bunganya, tersembunyi kebun bunga itu, disana sudah terdapat banyak bermacam macam bunga.
"Aku tinggal dulu ya Nay, kamu tinggal disini lebih lama aja sesuka hati kamu"
Setelah mengajak Naya berkeliling kebun bunganya, Cincy berpamitan untuk pergi karena dia seorang wanita karir, maka dia harus segera bergegas untuk menuju kantornya.
"Ok, hati hati ya Cin"
Naya menatap kepergian Cindy sampai hilang dibalik matanya. Dia beralih kembali pada kebun bunga itu, dia masih menatap takjub padanya. Rasa ingin memilik kebun bunga seperti itu adalah impiannya sejak dulu.
Bahkan dirumahnya yang dulu sejak ia kecil, Ayah dan Bundanya sudah menyiapkan kebun bunga seperti itu, karena mereka tau kalau itu adalah kesukaannya Naya.
Namun semua berubah sejak mengenal Rendra, Naya harus mengubur dalam dalam rasa sukanya pada bunga, bahkan dia tidak bisa memilikinya seperti dulu.
Naya kembali berjalan jalan menelusuri kebun bunganya Cindy, banyak bunga yang sedang bermekaran disana, ada pula yang baru akan muncul.
"Bunga Daisy" pekiknya pelan, saat melihat adanya bunga Daisy disalah satu bunga disana.
Naya berjongkok dan memegang bunga Daisy itu, bunga yang berarti melambangkan arti sebuah persahabatan abadi, dia jadi teringat akan Suci sahabat sejak kecilnya dulu.
"Apa kabar ya Suci sekarang ?" gumamnya sendiri.
Dulu jika Suci sedang sedih, Naya selalu membawakan bunga daisy itu, agar Suci tidak merasa sedih lagi, dan Naya selalu bisa menghibur sahabat kecilnya itu.
Naya menghela nafasnya panjang, masa lalunya masih banyak membekas dalam hatinya, meski seharusnya dia jangan memikirkan itu lagi.
Dia kembali berjalan jalan lagi, sambil memahami situasi dan tempat itu, agar dia bisa mengurusnya dengan benar.
Setelah puas, dia pun akan berbalik untuk kembali ke toko bunga, namun atensinya tiba tiba teralihkan dan bahkan dia berdiam mematung saat melihat salah satu bunga lagi.
Bunga yang begitu banyak arti baginya, bahkan kenangan dalam hatinya juga. Naya masih berdiri mematung dengan tatapannya masih tertuju pada bunga itu.
"Nayarra, aku persembahkan bunga ini untuk kamu"
"Wah, kamu dapat dari mana bunga ini, Fan ?"
"Di sungai sana, ada banyak"
"Ayo antar aku kesana"
Naya dan Fano sampai disebuah tepi sungai yang ada di gunung di desa mereka dulu.
"Mana Fan, bunganya ?"
"Sedikit lagi sampai, ayo !!"
"Masya Allah Fan, bunganya banyak banget, bagus bagus lagi"
"Iya bagus kan, ini namanya bunga Primrose kan ? yang katanya bunga ini punya arti "Kasih sayang dan kesetiaan"
"Kok kamu tau ?"
"Iya dong, sejak aku kenal kamu yang penyuka bunga, aku jadi tau beberapa bunga dan artinya, termasuk bunga ini, kamu tau gak, arti bunga ini mengartikan diri aku buat kamu"
"Maksud kamu ?"
"Ya seperti arti bunga ini 'Kasih sayang dan kesetiaan' itulah hati aku saat ini sama kamu, Nay. Kasih sayang dan cinta aku sama aku takkan pupus sampai kapanpun, begitu juga dengan kesetiaan yang aku jaga sampai kelak kita akan bersatu selama lamanya, karena itu harapan aku"
"Fan..."
"Nay, kamu tau kalau cinta aku begitu tulus sama kamu, meski sekarang kita masih SMA, tapi harapan aku untuk tetap bisa bersama kamu selama lamanya itu besar. Aku gak akan menikah, kalau enggak sama kamu"
"Jikalau nanti kita tiba tiba berpisah, tapi aku akan tetap berusaha menunggu kamu dengan setia sampai kita bisa bertemu kembali, dan jikalau suatu hari nanti kamu menikah dengan orang lain, maka akan aku rebut kembali kamu darinya"
"Fano !! gak seperti itu, jangan bicara seperti itu, omongan adalah do'a Fano"
"Justru karena itu, itu janji aku Naya. Aku sangat yakin kalau kita itu akan berjodoh, dan suatu saat nanti kamu akan jadi milik aku, dan aku akan jadi milik kamu, jadi tunggu aku sukses, ok !!"
"Fano, kita gak boleh melawan takdir Tuhan, gimana kalau apa yang kamu mau itu berbeda dengan apa yang Tuhan takdirkan untuk kita, ralat kembali ucapan kamu itu, Fan"
"Dengar Naya, tidak ada penolakan, ok. Seperti bunga ini, aku akan setia menunggu kamu"
Naya tersentak dan kembali menyadarkan dirinya, tanpa dia minta air mata sudah muncul dari pelupuk matanya, namun dia segera menghapusnya.
"Enggak Naya, ini salah. Harusnya kamu jangan mikirin masa lalu lagi" Naya menggeleng geleng kan kepalanya, dan dia sadar kalau apa yang sedang dia lamunkan tadi itu salah.
"Kamu sudah punya Mas Rendra, gak baik mikirin masa lalu lagi" Dia kembali menegaskan dirinya, agar tak ingat ingat lagi akan masa itu.
"Mbak, mbak Naya kenapa ?"
Naya kembali tersentak kaget kala Yuli pegawainya Cindy menepuk bahunya Naya.
"Eh, maaf Mbak kaget ya ?" Yuli merasa bersalah, karena sudah mengagetkan Naya.
Naya masih memegang dadanya, karena rasa kaget tadi "Gak papa, aku yang salah udah melamun sembarangan" ucap Naya.
Yuli tersenyum "Aku mau ngambil bunga pesanan, Mbak" ucap Yuli sambil memetik beberapa bunga Primrose.
"Orang ini tuh tiap seminggu sekali pasti pesan bunga ini, dia itu saudaranya Mbak Cindy. Dulu Mbak Cindy gak menanam bunga ini,karena bunga ini tumbuh jika suhunya lembab, tapi karena permintaanya orang itu, Mbak Cindy jadi nurut deh, katanya dia akan membeli bunga itu satu Minggu sekali, setiap hari Rabu" tanpa Naya pinta, Yuli bercerocos bercerita tentang pemesan bunga itu.
"Aneh gak sih menurut Mbak ? aku tuh penasara alasan orang itu, tapi gak berani nanya" Yuli tertawa kecil.
"Aneh juga sih, tapi mungkin orang itu punya suatu kenangan akan bunga itu" Naya menanggapinya dengan besar kemungkinannya.
"Mungkin kali ya, Mbak. Pasti bunganya punya kenangan tersendiri bagi orang itu" Yuli berdiri, saat dia sudah selesai mengambil bunga itu.
Dia pun mengajak Naya untuk ke depan, di depan Naya banyak bertanya mengenai toko bunga itu, dan apa saja yang harus dia lakukan, belum lagi Yuli banyak cerita berbagai hal pada Naya.
Hingga waktu sudah menunjukan sore hari, dan toko bunga akan segera tutup, Cindy pun memberitahu Naya lewat Chat, kalau Naya sudah boleh pulang.
Namun Yuli masih menunggu pelanggan yang akan mengambil bunga Primrose tadi, Naya pun tak segan untuk meninggalkan Yuli begitu saja.
"Gak papa Mbak, aku tunggu sendiri saja udah biasa" Yuli tetap kekeuh untuk meminta Naya pulang saja.
Naya pun juga tetap kekeuh untuk tetap tinggal, dan Yuli menyerah untuk berdebat, hingga mereka kembali mengobrol kecil.
Tring
Suara lonceng yang ada di pasang depan pintu berbunyi pertanda ada pelanggan masuk ke dalam toko, Yuli tersenyum ramah saat melihat siapa yang datang.
Naya pun akan melakukan hal yang sama, namun suara handphonenya bunyi membuatnya berpaling dan mengangkat telepon itu dibelakang Yuli.
Seorang pria bertubuh tegap dan tinggi dengan setelan jas kantoran masih melekat pada tubuhnya masuk perlahan ke dalam toko bunga.
"Maaf saya telat datang" Pria gagah itu berucap maaf pada Yuli.
Yuli menanggapinya dengan tersenyum "Gak Papa Pak, saya juga belum mau pulang kok, ini bunganya Pak" Yuli memberikan seikat Bunga Primrose pada pria itu.
Pria itu mengambilnya, namun atensinya terus tertuju pada Naya yang dibelakang Yuli, sejak masuk tadi dia sempat melihat Naya dari pinggir dan dia merasa sangat mengenal Naya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments
Yuliana Tunru
mantan yg selalu kau tunggu hingfa ke janda x itu lho fano...
2023-12-29
0