"Aku pulang larut, jadi jangan menunggu aku"
Sebuah pesan singkat Naya terima dari suaminya Rendra, malam itu dia berpesan untuk tidak menunggunya pulang.
Naya menghela nafas panjang dan menatap makan malam yang sudah terhidang banyak di meja makan, dia sengaja memasak makanan itu untuk suaminya, namun ternyata tidak pulang cepat.
ART nya Naya menatap sendu pada Naya, dia tau dengan raut wajah Naya yang sedih pasti terjadi sesuatu.
"Mbak Nuri ini bungkus aja ya makanannya, terus kita bagikan lagi ya ke jalanan" Naya tidak nafsu makan, dia pun meminta ART nya untuk membungkusnya dan membagikannya dari pada mubazir akhirnya dan itu tak baik.
Nuri sang ART mengangguk paham, namun sebelum itu Mama mertuanya Naya datang, Naya kira Mama mertuanya itu tidak dirumah.
"Saya mau makan, tolong siapkan" titahnya pada Naya dengan tatapan yang tak ramah.
Nuri menoleh pada Naya dan Naya memintanya untuk pergi dulu ke dapur, Nuri pun mengangguk.
Naya dengan telaten menyiapkan makan untuk mertuanya itu, meski di sikapi dengan tak ramah, namun Naya tak ambil pusing dia akan tetap memperlakukan Mama Feli dengan baik.
Tanpa mengucapkan terima kasih atau apapun Feli langsung melahap makannya itu dan mengacuhkan Naya.
Naya pun memilih untuk tidak diam disana, dia berbalik hendak akan ke dapur, namun perkataan Mama mertuanya membuat dia terdiam dengan menahan rasa sesak.
"Kayanya aku bakalan punya mantu baru, dan tentu dia akan memberikan aku cucu yang lucu lucu" ucap Feli tanpa menghiraukan Naya yang masih ada disana.
Naya pun berbalik menoleh pada Feli yang ternyata sedang menerima telepon dari temannya.
"Apa kamu ? sana pergi" Feli yang merasa sedang ditatap Naya, menyuruh Naya untuk pergi.
Naya pun menurut, namun perkataan Mama mertuanya tak bisa dia abaikan begitu saja, hatinya menjadi gundah dan gelisah.
***
"Kamu pulang sama siapa ?" Rendra baru saja menyelesaikan pekerjaannya di jam 8 malam.
Aeri pun terpaksa menemani Rendra, karena dia merasa masih menjadi pegawai baru disana.
"Saya pulang sendiri, Pak" jawab Aeri formal.
"Non formal aja Ae, kita sedang berdua sekarang"
"Ah iya, aku mau pesan taksi online aja, Ren" Aeri kembali berkata dengan biasa, karena merasa mereka sedang tidak dalam situasi sedang bekerja.
Rendra menatap jam ditangannya "Jangan, aku akan antar kamu, Ae. Aku bertanggung jawab sebagai atasan kamu dan kamu pegawai aku, jadi harus aku pastikan kamu pulang dengan selamat"
Rendra meminta Aeri untuk ikut dengannya, karena dalam pikirannya waktu sudah malam dan Aeri adalah bawahannya saat itu.
"Gak usah, Ren. Kita beda jalur loh, nanti malah ngerepotin kamu lagi" Aeri menolak halus permintaanya Rendra, namun Rendra masih bersikeras untuk tetap mengantarnya pulang.
Akhirnya Aeri pun tak bisa lagi menolak, namun segaris senyum muncul dari bibirnya.
"Aku lapar, makan dulu ya, gak papa kan ?" Rendra membelokkan dahulu mobilnya kesebuah restoran malam yang masih buka.
Aeri hanya mengiyakan apa yang Rendra mau, karena bagaimanapun juga ada hati yang bahagia saat itu.
Rendra memilih tempat yang tak jauh dari pintu masuk, dia pun bergegas memesan makanan.
"Mau pesan apa, Ae ? masih suka itu ?" Rendra menanyakan apa yang ingin Aeri pesan.
"Iya, aku masih suka itu, jadi aku pesan itu saja"
Rendra mengangguk " Saya pesan Rawonnya dua, dan jus alpukat juga dua ya" Dia pun memesan pesanannya dengan Aeri.
"Kamu masih ingat aja makanan kesukaan aku, Ren. Makasih ya" Hatinya kembali berbunga, kala Rendra memesankannya makanan yang dia suka.
"Masih lah, kita kan sama sama suka makanan itu, jadi enggak lupa"
"Istri kamu gak akan marah, Ren ? apa dia tau kalau aku jadi sekretaris kamu ?" Pertanyaan Aeri membuat Rendra yang sedang mengutak atik ponselnya menoleh pada Aeri.
"Ngapain dia marah, dan untuk apa aku kasih tau, lagian ini kerjaan aku kan, jadi dia gak perlu tau tentang pekerjaan aku, yang penting aku kasih dia uang"
Jawaban Rendra sungguh sulit untuk dimengerti, namun itu justru membuat Aeri tersenyum senang.
"Iish kamu jangan gitu kali, Ren. Bagaimanapun dia istri kamu dan harusnya kalian saling terbuka kan ?"
"Kita punya cara sendiri sendiri dalam melewati rumah tangga kita, jadi gak perlu lah hal hal seperti ini harus diberitahukan dia"
Kalau Naya mendengar ini jelas Naya akan merasa sangat sakit hati. Rendra begitu enteng menjawab itu semua, seakan akan rumah tangga mereka berjalan tanpa beban. Karena justru dengan begitu itu akan membuat salah paham diantara mereka kelak.
"Kamu takut dia marahkan ? kalau tau kita berkerja dikantor yang sama"
Rendra terdiam, sejujurnya iya. Dia takut Naya marah kalau mendengar Aeri mantannya bekerja dengan dia, apalagi menjadi sekretarisnya.
"Ren, bagaimana pun Naya harus tau"
"Nantilah Ae, kamu baru satu hari ini bekerja dengan aku" Rendra hanya menjawab seadanya saja.
Makanan pun datang dan mereka mulai melahap makanan itu dengan nikmat dengan diselingi obrolan tentang mereka dulu.
Setelah mengisi perut mereka, Rendra bergegas mengantarkan Aeri pulang tepat di depan rumahnya yang masih dia hapal.
"Aku pulang ya, dan terima kasih sudah memberi aku tumpangan bahkan udah beri aku makan" Aeri tertawa kecil, lalu dia turun dari dalam mobil.
Rendra ikut turun " Sama sama, Ae. Masuklah, titip salam pada Tante Nurma ya"
"Ok, nanti aku sampaikan salam kamu" Aeri melangkah untuk masuk ke dalam pekarangan rumahnya, namun dia tak melihat adanya batu hingga membuat dia hampir terjungkal ke depan kalau Rendra tidak segera menahan tubuhnya.
Hingga kini Aeri berada dalam pelukannya Rendra, mata keduanya saling menatap satu sama lain. Sampai keduanya pun terdiam.
"Hati hati, Ae" Rendra yang sadar lebih dulu, segera melepaskan pelukannya dan kembali berdiri tegak.
"Ah, iya Maaf Ren dan terima kasih ya" Jantungnya berdebar sangat kencang, dan dia menjadi agak gugup ketika itu.
"Ya sudah masuk sana" Rendra kembali menitah Aeri untuk masuk. Aeri pun mengangguk dan dia segera masuk dengan perasaan hati yang berbunga.
Rendra pun memilih untuk kembali ke mobil dan mulai melajukannya untuk segera sampai ke rumah.
Naya tertidur disofa ruang tengah, walau Rendra menyuruhnya untuk tidak menunggunya namun Naya tetaplah Naya, dia tetap menunggu kedatangan suaminya walau harus ketiduran di sofa.
"Naya..." Rendra yang sudah sampai, menatap kesal pada Naya yang tertidur di sofa. Lalu dia membangunkan istrinya itu.
Naya bangun perlahan, lalu dia tersenyum ceria kala melihat suaminya sudah pulang, tepat dipukul 10 malam.
"Baru pulang Mas" Dia menyalami tangan Rendra dan mengambil tas yang dibawa suaminya itu.
"Aku kan udah bilang untuk jangan nunggu aku, kenapa ngeyel banget sih !!" Sentak Rendra pada Naya.
"Jangan marah, Mas. Aku hanya ingin menunggu kamu saja, gak salah kan ?"
Rendra hanya tak acuh sambil melangkah menuju kamar mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments
Yuliana Tunru
naya buat apa bakti.pd syami yg kulai tak peduli toh rendra tak peduli kau tunggu dia pulang apa tdk bls dgn sikap acuh lah tdk lelah apa tuh hati tak dipandang lg
2023-12-29
0