Tok tok
"Masuk"
Rendra memberi ijin pada bawahannya untuk masuk, dan muncullah bagian HRD dikantornya. Rendra sempat menatap sekilas padanya, lalu bagian HRD yang bernama Santi itu segera mengatakan apa yang akan dia katakan.
"Selamat pagi Pak, saya sudah menseleksi Sekretaris baru dan saya merasa dia cocok untuk berada di posisi itu" Ujar Santi sambil menjabarkan lebih jelas.
Rendra menghentikan aktifitasnya yang sedang meneliti laporan perusahaan, dan atensinya bertuju pada Santi.
"Sudah dapat ? baiklah, ajarkan dia hal harus dia lakukan sampai Andika datang" ujar Rendra sambil masih menatap Santi.
Santi mengangguk "Baik Pak, apa perlu dia mengenalkan dirinya sama Bapak ?" Ada Santi bertanya dengan hati hati.
"Tak perlu, langsung saja kamu ajarkan, termasuk untuk makan siang nanti, biasa saya harus bagaimana" tegas Rendra, lalu dia kembali fokus pada pekerjaannya.
Rendra seorang pimpinan disalah satu perusahaan makanan milik Ayahnya, Ayahnya berpesan agar Rendra bisa melanjutkan perusahaan itu, dan saat inilah Rendra berada dan berjuang mempertahankan amanah Ayahnya.
Santi pun kembali mengangguk, lantas dia permisi untuk keluar. Dan dia segera mengajari Sekretaris baru atasannya itu.
Sedangkan Rendra masih saja fokus pada pekerjaan, Andika asisten pribadinya belum bisa datang, jadi dia masih merasa kewalahan.
***
"Naya !!" Naya menoleh pada sumber suara, lantas dia tersenyum saat melihat kedatangan Cindy sahabatnya itu.
"Udah lama ?" seru Cindy, sambil menyambut salam dengan Naya.
"Gak terlalu lama kok, tapi lumayan sedikit pegal juga menunggu" canda Naya, dan mereka tertawa.
"Maaf sedikit lama, biasa drama pagi hari"
"Oh iya, udah lihat lihat belum ?" Cindy bertanya perihal apakah Naya sudah melihat lokasi toko bunganya itu.
Naya menggeleng, seraya menjawab " Belum, tadi sama pegawai kamu langsung disuruh nunggu disini, sangat lancang kalau aku berkeliaran sendiri"
"Ya ampun Naya, ya gak apalah. Inget ya Naya, aku bawa kamu kesini bukan menjadikan kamu sebagai pekerja disini, tapi kita bekerja sama loh. Selain menjual bunga bunga, aku juga sering kali mendapat job untuk menjadikan bunga sebagai dekor diberbagai acara"
"Nah, kebetulan sekali aku ketemu sama kamu, jadi aku ingin bekerja sama dengan kamu untuk mengembangkan bisnis ini, karena kamu dulu sangat pintar merangkai berbagai bunga, jadi aku ingin kamu lakukan itu disini dan membantu aku, jadi bukan sebagai pekerja ya, ingat loh !!" Cindy menjelaskan apa maksud dari dirinya yang membawa Naya masuk ke dalam bisnisnya.
Dia sangat percaya kalau Naya bisa membantunya untuk semakin mengembangkan usahanya karena keterampilan yang Naya miliki.
"Cin, aku terima kerjasama ini. Aku pun mau terima ini dan kemarin aku bilang kalau aku ingin bekerja itu bukan semata mata karena aku butuh uang, yang dari suamiku masih lebih dari cukup, aku hanya ingin lebih banyak diluar rumah, dengan kamu menawarkan ini, aku sangat bahagia. Rasanya seperti aku mendapatkan sebuah undian"
"Tunggu, kamu baik baik saja kan sama suami kamu, Nay ?" Cindy melihat aura bahagia terpancar dari wajah Naya, saat dia mengatakan kalau dia ingin punya waktu banyak diluar rumah, Cindy pun merasa aneh pastinya.
"Aku baik baik saja Cindy" Singkat saja jawaban Naya.
"Yakin ? gak mau cerita sama aku, Nay ?" Cindy masih berusaha mendesak Naya untuk cerita.
Naya menggeleng "Maaf Cin, itu suatu rahasia keluarga aku, gak baik orang lain tau perihal itu" Ya, Naya tak perlu repot repot harus menceritakan perihal masalah dalam rumah tangganya, karena itu adalah sebuah aib, meski pada sahabat ataupun keluarga terdekatnya.
"Baiklah, semoga kamu selalu bahagia ya, Nay. Doa terbaik dariku selalu menyertaimu ya"
***
Di sisi lain waktu jam makan siang sudah datang, Rendra masih berkutat dengan pekerjaannya, dan suara ketukan pintu membuatnya harus terdiam.
"Permisi Pak, jam makan siang sudah tiba, dan saya sudah pesankan makan siang Bapak siang ini" Aeri sekretaris barunya memberitahu dan memberikan makan siang untuk Rendra.
Rendra menatap jam dimejanya, dan iya waktu sudah menunjukan makan siang.
"Ya letakan disana" tunjuknya pada Meja yang ada di depan, tanpa melihat ke arah sekretaris barunya itu. Dan dia sedang menunduk.
Aeri pun meletakan kotak makanan itu dimeja yang Rendra tunjuk.
"Kalau begitu saya pamit keluar, Pak" Aeri pun berpamitan pada Rendra, tapi sesaat dia memegang handle pintu Rendra berucap yang membuatnya kembali berbalik.
Rendra menatap pada Sekretarisnya itu yang sudah berbalik arah tadi, begitupun dengan Aeri yang kini bisa menatap wajah atasannya itu dengan jelas, setelah tadi dia merasa kenal dengan Rendra. Benar saja keduanya sama sama kaget.
"Aeri ?"
"Rendra ?"
Keduanya bersahutan bersamaan, Rendra pun berdiri dan melangkah menghampiri Aeri. Lalu dia menitah Aeri untuk duduk dikursi yang ada di depan.
"Ini perusahaan punya kamu, Ren ?" tanya Aeri, karena dia masih agak sedikit kaget saat melihat Rendra.
"Iya, kamu sengaja melamar kesini ?" Rendra juga sama kagetnya saat bertemu Aeri, mantan kekasihnya dulu.
"Iya, karena disini sedang membutuhkan sekretaris baru, jadi aku melamar kesini, tidak ada unsur ketidaksengajaan juga. Aku baru tau tadi kalau ini perusahaan kamu yang pegang" jelas Aeri.
Meski Rendra masih ragu, namun dia mencoba percaya pada Aeri. Karena dalam benaknya, dia berpikir beberapa waktu lalu Mamanya bercerita tentang Aeri, dan mungkin saja kan Mamanya itu bilang kalau dirinya sedang membutuhkan sekretaris baru, dia merasa ada unsur ketersengajaan antara Mamanya dan Aeri.
"Apa kabar, Ae ?" Rendra pun bertanya itu, setelah sekian lama mereka dipertemukan.
"Aku selalu baik, Ren. Bahkan setelah putus dari kamu" Aeri sengaja berkata seperti itu, karena perpisahan mereka dulu sedikit membuatnya sakit hati.
Rendra menunduk merasa bersalah, namun kini bukan saatnya membahas akan masa lalu.
"Selamat datang disini, dan selamat bekerja sama dengan aku, lusa Andika akan segera datang, dan dia yang akan bantu kamu untuk apa saja yang harus dilakukan nanti"
Aeri mendengkus sedikit kesal, kala Rendra tak menanggapinya tadi, dan Rendra malah membahas akan pekerjaan.
"Baik Pak, saya akan berusaha untuk menjadi sekretaris Bapak Rendra Gunawan dengan baik" bahasa mereka menjadi formal, Rendra pun tak mau menanggapinya lagi.
Aeri pun keluar dari ruangannya Rendra, setelah Aeri pergi, barulah Rendra termenung sambil menatap jendela kaca dengan pemandangan kota dari atas.
Kehadiran Aeri di dekatnya, membuatnya gelisah. Dia takut suatu saat hatinya akan kembali goyah, mengingat bagaimana ia dan Aeri begitu saling mencintai satu sama lain.
Dan terlebih rasa bersalah yang sangat kental diarasakan, dia menghembuskan nafasnya panjang. Bagaimanapun juga dia tidak bisa memutuskan untuk memecat Aeri begitu saja.
Mau tak mau dia harus menjalani hari hari kedepannya dengan banyak bertemu dengan Aeri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments
Djuniati 123
wah bau2... pelakor
2023-12-28
0
Yuliana Tunru
awal2 perselingkuhan dgn mantan terindah...naya saat x kau hrs lbh sabar lg..
2023-12-28
0