Naya mengawali pagi hari dengan hati sedih, sejak semalam hingga sampai saat pagi ini, Naya dan Rendra tidak saling sapa.
Bahkan Naya lebih banyak diam, dia juga tidak menyiapkan sarapan pagi untuk suaminya dia hanya menyiapkan untuk sendiri saja. Hatinya sedang lelah, dia tak mau ditambah lagi.
Namun Naya tidak bisa dibuat tenang, Mama mertuanya marah marah lagi karena tidak disiapkan sarapan. Naya mendesih kala mengingat, dimana dia memasak tapi suami dan mertuanya tak menyentuhnya sama sekali.
Tapi Naya sekali melakukan kesalahan, suami dan mertuanya mencaci makinya seperti itu.
"Lihat, Mama kan sudah bilang, dia itu tidak becus jadi istri kamu, nyiapin makan aja ogah ogahan, gimana sih !!" Rutuk Mama Feli pada Naya.
Ingin rasanya Naya memberontak dan membalikkan fakta yang ada, namun itu hanya tertahan dibibirnya saja.
Rendra yang akan pergi bekerja, memijit kepalanya karena lagi harinya dibuat bete seperti itu "Nay, kenapa kamu gak siapin sarapan ?"
"Kenapa ?" ingin rasanya dia mengatakan itu, namun tetap saja itu lidahnya terasa kelu.
"Maaf Mas, aku kesiangan jadi gak sempat nyiapin sarapan" hanya itu yang bisa Naya jawab.
"Maaf, maaf. Kamu itu udah lalai, malam tidak menyiapkan makan dan sekarang pagi tidak menyiapkan sarapan, saya jadi tidak bisa sarapan" Mama Feli kembali merutuk.
Naya menghembuskan nafasnya kasar, dia benar benar ingin melawan, tapi tidak bisa.
"Udah, udah Ma. Mama beli aja sarapannya, Rendra juga mau sarapan dikantor aja" Rendra pun menengahi antara Mamanya dan Naya istrinya.
Mama Feli mencebik pada Naya, lalu melengos pergi, begitu dengan Rendra yang pergi begitu saja, tanpa mengatakan apa apa lagi.
***
"Makasih ya, kamu udah siapin sarapan buat aku, masakan kamu enak"
Rendra sedang menikmati sarapan paginya dikantor, biasanya dia sering melewati sarapan paginya, tapi pagi itu dia sedang butuh asupan yang bergizi.
"Sama sama loh, untung aku bekalnya banyak jadi aku bisa berbagi sama kamu" Aeri bersuara dengan riang kala Rendra memakan masakannya dengan lahap.
Ada perasaan bahagia tentunya, dan dia merasa mendapat angin segar.
Rendra makan dengan lahap, sampai makanan itu habis dan dia terus memuji masakannya yang dibawa Aeri itu.
Padahal selama ini Naya selalu berusaha menyiapkan sarapan paginya untuk dia, tapi dia selalu menolaknya dan melewatkannya begitu saja. Tapi giliran Naya tidak memasak, Rendra meminta itu.
"Mau, kapan kapan aku masakin lagi ?"
"Boleh, masakin makanan kesukaan aku ya"
"Ok,ok nanti aku masakin spesial buat kamu"
"Makasih loh"
"Sama sama"
Aeri senang kala dirinya disambut dengan positif, senyumnya yang penuh arti itu muncul dari bibirnya.
***
Naya disibukkan dengan banyaknya pesanan masuk ke toko bunga itu, jadi dia bisa mengalihkan runyamnya masalah dirumahnya.
Dia dengan giat dan telaten menyiapkan beberapa orang yang memesan buket bunga, ada yang untuk ulang tahun, untuk pernikahan, atau untuk sekedar ucapan pada seseorang.
Naya senang melakukan itu, karena hal itu adalah hal yang sangat Naya sukai.
"Ah, selesai juga ya" Yuli meregangkan tubuhnya, saat pekerjaan mereka sudah selesai.
Semua pesanan sudah siap untuk diambil maupun akan diantarkan pada pemiliknya.
"Makan siang dulu yuk, Mbak" Perut Yuli sudah memanggil manggil untuk minta makan, begitu juga dengan Naya.
Naya mengangguk, dan dia segera membuka kotak makan, tadi dia masak sedikit untuk dirinya sendiri. Yuli juga sama membekal makan, meski rumahnya hanya beberapa langkah, namun tetap saja dia membawa bekal langsung.
Keduanya type orang yang malas jajan keluar, jadi mereka lebih suka tetap berada ditempat, tapi masih bisa menikmati makan.
"Kamu mau, Yul ?" Naya menawarkan bekalnya pada Yuli, karena sedari tadi Yuli menatap makanan Naya.
"Boleh minta, Mbak ?" Yuli meminta sambil menyengir, makanan yang Naya bawa sedikit membuatnya tergiur.
"Boleh dong, lagian aku bawanya kebanyakan, kita makan berdua ya" Naya memberikan beberapa potong makanannya dan Yuli berseru senang.
"Wah, makanannya enak banget, Mbak. Ini Mbak masak sendiri ?" Yuli berkata sambil mengunyah makanan dimulutnya.
"Awas keselek loh, makan dulu itu baru bicara" Naya terkekeh saat melihat Yuli.
Yuli hanya tertawa, lalu dia mengunyah dan menelan makanannya, setelah itu minum.
"Mbak, asli ini enak banget. Kaya makan direstoran, Mbak pinter banget masak deh" Yuli kembali berseru dan memuji makanannya Naya.
"Jangan berlebihan gitu deh, Yul" Naya hanya menanggapinya dengan biasa saja.
"Serius Mbak, ini enak banget. Pasti suami Mbak suka banget ditambah pasti betah selalu ingin makan dirumah"
Pernyataan Yuli membuat Naya terdiam mengunyah, ingatannya menerawang saat beberapa waktu ini Rendra suaminya tidak pernah makan dirumah. Dia selalu melewatkan makannya.
"Mungkin" Naya hanya menjawab singkat, dia tidak mau menceritakan aib keluarga pada Yuli.
Yuli kembali memuji makanannya Naya, sampai kedua menghabiskannya. Mereka berdua mengobrol, dan Yuli kembali membahas perihal kemarin.
Dia bertanya mengenai Fano, karena saat kemarin Yuli jelas jelas lihat interaksi antara Fano dan Naya. Naya pun hanya menjelaskan, kalau Fano adalah mantan kekasihnya dulu, kemarin mereka hanya terbawa suasana saja. Yuli pun tidak memperpanjang itu.
Tring
"Permisi" suara seseorang menginterupsi Naya dan Yuli.
"Iya Selamat siang, ada yang bisa saya bantu ?" Yuli yang menyambut tamunya.
"Selamat siang, betul dengan 'Laucy Florist' ?" Tanya orang itu.
"Benar Pak, ada yang bisa dibantu ?" Yuli kembali bertanya.
"Dengan Ibu Nayarra Tara Khalisa ?" orang itu bertanya akan Naya, Yuli menatap Naya apakah dia mengenalnya.
Naya berdiri " Saya dengan Naya, Pak" Naya pun menyahut.
"Oh ini Bu, ada kiriman paket buat Ibu" Orang itu ternyata pengirim paket, dia menyerahkan paket itu pada Naya.
"Paket ? Maaf Pak, tapi saya tidak memesan paket" Naya menolak, karena merasa tidak memesan paket apapun.
"Ini ada yang kirim, Bu. Pengirimnya (Menyebutkan salah satu toko)"
Naya mengerutkan kening, ragu untuk menerima itu, namun pihak pengirim paket, lebih baik terima saja dulu, mungkin dari seseorang yang ingin memberinya kejutan.
Benar, Naya pun menerima paket itu "Tolong tanda tangani disini ya, Bu" pengirim paket meminta Naya untuk tanda tangan sebagai bukti sudah diterima. Lalu dia permisi pergi.
Naya menatap paket itu, yang Naya tau dari paper bagnya dari salah satu toko terkenal. Naya pun membukanya perlahan.
Dan disana terdapat sebuah Tas yang modelnya hampir sama dengan Tas Naya yang talinya putus kemarin.
"Kok bisa sama" gumamnya.
"Dari siapa Mbak ?" Yuli bertanya penasaran.
Naya menggeleng, karena memang dia belum tau itu dari siapa. Lalu dia kembali menemukan tas kecil di dalamnya dan berisi beberapa obat obatan luka luar. Lalu ada sebuah Note.
"Jangan terluka, karena itu akan bikin aku sedih, obati sampai sembuh" isi note itu.
Tiba tiba Naya tersenyum, yang tau dia terluka kan hanya suaminya Rendra, jadi Naya pikir itu dari Rendra. Yuli pun meledek Naya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments
Uthie
emang si Rendra tau apa sama kamu Nay 😏
2024-01-27
0