Aku tak pantas

Naya berangkat kerja dengan langkah yang gontai, dia merasa pundaknya terasa berat, kepalanya pusing karena kurangnya tidur, belum terpikirkan omongan ibu ibu tadi dan lebih ditambah terik panasnya matahari yang membuatnya semakin merasa lemas.

Kini Naya berjalan pelan untuk menyebrang menuju toko bunga tempat dia bekerja. Ketika lampu hijau muncul untuk pejalan kaki. Dia mulai melangkah berjalan, namun tiba tiba ada mobil yang melaju dengan cepat, Naya belum sempat menghindar, hingga dia hampir saja tertabrak.

Kalau tidak ada seseorang yang menariknya dan menolongnya. Dan kini dia berada dalam pelukan seorang pria dan dia bahkan bersandar pada dada bidang pria itu.

Naya merasa syok, dia memejamkan matanya dan tubuhnya bertegar hebat.

"Naya"

Suara lembut itu tak asing ditelinganya, akhirnya dia membuka matanya dan menoleh pada pria di depannya itu, jelas Dia kenal siapa dia.

"Fano !!" Naya segera melepaskan pelukannya, lalu sedikit mendorong Fano.

Fano tersenyum kecut, dulu dia begitu dekat dengan Naya, tapi kini dia merasa seperti orang asing.

"Terima kasih" lirih Naya mengucapkan itu, bagaimanapun juga Fano sudah menolongnya.

"Kamu baik baik saja kan ? tidak ada yang terluka" Fano mengabaikan ucapan terima kasih Naya, dia malah memegang megang tubuh Naya dan melihat apakah ada yang luka.

"Lepas Fan, aku gak papa. Aku juga gak ada yang luka, sekali lagi terima kasih" Naya kembali menghindar dan Naya mengucapkan terima kasih sekali lagi.

Fano menghela nafas kasar "Aku gak butuh ucapan terima kasih itu saja" ucapnya kemudian.

"Maksud kamu ?"

"Aku udah nolongin nyawa kamu, kalau tadi aku tidak ada disana, kamu bisa saja mati tertabrak" sengit Fano.

"Terus kamu mau aku bagaimana ? aku udah ucapin makasih loh"

"Aku mau kamu masakin aku makanan"

"Hah !?"

"Iya, aku ingin makan masakan kamu lagi, aku rindu itu"

"Jangan aneh aneh Fano, jangan minta yang diluar batas"

"Tapi aku inginnya itu, aku gak akan terima ucapan makasih kamu, kalau kamu gak mau ikutin apa yang aku mau"

"Pemaksa"

"Kamu tau itu, jadi kamu harus nurut"

Naya menatap Fano dengan sedikit kesal "Baiklah, besok aku bawa makanan itu, tapi kamu hanya bisa makan ditoko" Naya pun menyerah, karena kalau tadi Fano tidak menolonya, mungkin dia sudah mati.

Fano tersenyum senang "Ok, besok makan siang aku datang kesini"

Naya memutar bola matanya malas.

"Selamat bekerja Nayarra" Fano pun undur diri dan melangkah pergi masuk ke dalam mobilnya.

"Kok dia bisa ada disini ? gak mungkin kebetulan kan ?" Naya bergumam dengan memikirkan suatu yang aneh

***

Naya merasa tak semangat dalam bekerja, kebetulan hari itu pesanan bunga tak terlalu banyak, jadi dia bisa banyak mengistirahatkan tubuhnya.

"Mbak Naya, lagi sakit ? pucat gitu wajahnya" Yuli bisa melihat raut wajah Naya yang terlihat sakit.

"Iya agak gak enak juga badan ini, Yul" Naya menjawab dengan kenyataannya.

"Pulang aja kalau gitu, gak papa aku sendiri" Yuli meminta Naya untuk pulang saja.

"Gak papa Yuli, aku masih kuat kok" Naya menolak untuk pulang.

Tring

Suara lonceng berbunyi, Cindy masuk ke dalam toko dan Naya juga Yuli menyambut Cindy.

"Badan kamu angetan, kamu sakit Nay ?" Cindy duduk disebelah Naya dan memegang dahi Naya yang agak hangat.

"Cuma dikit Cin, tumben kesini"

"Iya, mau Nanya sesuatu sama kamu, Nay"

"Nanya apa ?"

"Kamu kenal sama Zefano ?"

Naya menoleh cepat pada Cindy, kenapa bertanya itu, tapi seketika dia ingat saat Fano memesan bunga, Yuli bilang kalau pemesan itu adalah saudaranya Cindy.

"Iya aku kenal dia, Cin. Kenapa ?" Naya pun mengatakan apa adanya.

"Kamu mantan kekasihnya ? kenapa kamu gak pernah cerita sih, kalau dia mantan kamu dulu"

"Bukan gak mau cerita, tapi itu hanya masa lalu saja Cindy. Tapi darimana kamu tau ?"

"Fano tersendiri yang bilang sama aku, dia masih bucin sama kamu loh, tapi kamunya sudah nikah"

Naya tak menanggapi itu "Dia juga kasih kamu Tas kan ? segitunya dia masih peduli sama kamu, karena tas yang kamu pakai talinya lepas"

Pernyataan Cindy kali ini tidak bisa dia abaikan, bahkan dia sampai membulatkan matanya.

"Dia yang ngasih aku tas itu ?" Ada rasa tak percaya tapi itu mungkin.

"Iya, kemarin suami aku bilang, Fano mesan tas branded dan katanya mau dia masih untuk mantannya, nah aku jadi tau kalau dia ngasih untuk kamu"

Naya menyendu, dia senang namun ada perasaan yang berkecamuk, harusnya dia lebih senang kala yang memberi tas itu adalah suaminya, tapi malah mantannya.

"Nay, Nay.. aku salah bicara ya ?" Cindy menyadarkan Naya.

"Boleh aku tau alamat kantornya dia gak, Cin ?" Naya pun bertanya perihal dimana kantornya Fano.

Meski bingung, namun Cindy memberitahu dimana itu "Aku pamit sebentar ya, nanti aku kembali" Naya melangkah pergi keluar dari toko dan akan menemui Fano kesana.

Cindy mencoba memanggil manggil Naya, namun Naya tidak mendengar, dia terus melangkah pergi dengan membawa paperbag berisi tas itu yang kemarin dia lupa bawa.

Selama perjalanan Naya terisak menangis, bagaimana bisa ini terjadi. Beberapa saat kemudian dia sampai di depan sebuah perusahaan yang besar nan tinggi.

Naya sampai mendongkak melihat itu, bahkan dia juga sampai menelan ludah. Benar ini kantor tempat Fano bekerja ? gumamnya.

"Selamat siang" dikantor Naya disambut resepsionist perusahaan.

"Selamat siang, ada yang bisa dibantu" sahut resepsionis itu.

"Saya ingin bertemu dengan Pak Zefano" Naya langsung keintinya.

"Apakah sudah membuat janji ?"

Naya menggeleng "Belum, tapi saya ada perlu dengan beliau ini penting"

"Baik, dengan ibu siapa, biar saya sampaikan dahulu" Resepsionis itu mencoba menelepon sekretarisnya Zefano.

"Ibu Naya, silahkan naik lift disana dan naik ke lantai 12 ya" Resepsionis mengarahkan kemana Naya harus berjalan setelah menelepon tadi.

Naya mengucapkan terima kasih, lalu dia bergerak melangkahkan kakinya, hingga sampai di tempat tujuan lantai 12.

"Dengan Ibu Naya ?" sapa sekretaris Fano dan Naya bilang iya.

Pintu terbuka, Fano segera menyambut kedatangan Naya, dia tersenyum ceria.

"Naya" serunya senang.

Tapi tidak dengan Naya, dia segera menaruh paperbag yang berisi tas itu, dan Fano melihatnya, lalu menatap bingung pada Naya.

"Aku gak bisa terima ini, aku kembalikan ini. Terima kasih sebelumnya dan aku pamit undur diri" Naya berbalik hendak pergi, tapi Fano menahan tangannya.

"Tunggu Naya" tahannya pada Naya.

"Kenapa kaya gini ? aku khawatir sama kamu, apa itu salah, Nay ?" Dia lalu membalikkan badan Naya, hingga ini mereka saling bertatap.

"Salah Fan, ini salah dan jelas ini salah" Naya menjawab sambil terisak, air matanya sudah turun tidak tertahankan. "Aku gak pantas dapatin perlakuan baik ini dari kamu" lanjutnya dengan suara serak.

"Naya" Fano meraih bahu Naya "Kamu nangis ? apa aku sudah keterlaluan, hmm ?" Fano berkata dengan lembut.

Naya hanya bisa menundukkan kepalanya dan tak berani menatap Fano yang ada di depannya "Fano, kamu gak salah, aku yang salah yang sudah mendapatkan itu dari kamu. Kenapa kamu lakuin itu, seharusnya jangan Fano !!"

Fano menghapus air mata yang ada dipipi Naya, lalu meraih dagu Naya dan mendongkakkanya hingga menatap dirinya dan tersenyum.

"Kamu pantas Naya, karena bagiku kamu sangat spesial dari dulu sampai saat ini dan itu tidak akan berubah sedikitpun"

Naya memalingkan mukanya "Tidak lagi Fano, aku sudah tidak berhak lagi. Aku bukan Naya yang dulu lagi, Kenapa kamu tidak membenciku saja, aku udah jahat sama kamu, Harusnya kamu benci aku, jangan kaya gini" Naya semakin terisak, dia bahkan sampai menutup wajahnya dengan kedua tangannya.

"Enggak Naya" Fano memeluk Naya "Aku gak bisa"

"Kenapa gak bisa ? aku udah jahat sama kamu kan Fano ? bahkan aku tidak menunggu kamu sama sekali, aku jahat kan !!"

Fano menggelengkan kepalanya " Naya, karena aku.."

"Enggak Fano, kamu gak boleh gini, aku udah milik orang lain, aku udah menikah Fano" sarkasnya keras.

"Tapi Nay"

"Ingat Fano, aku udah jadi milik orang lain. Kamu harus tau itu dan sekali lagi aku tidak pantas mendapatkan ini dari kamu. Jadi ambillah lagi " Naya menyerahkan tas itu lagi pada Fano.

"Nay, kamu harus terima ini" desak Fano.

"Enggak Fano aku gak bisa.Aku undur diri Fan"

Naya segera berbalik dan segera buru buru pergi dari ruangan Fano. Dia segera masuk ke toilet yang ada dikantor Fano.

Dia menguyur wajahnya, dia menangis lagi, kenapa begini kenapa harus begini.

Hiksss

***

Episodes
1 Berbeda
2 Penolakan
3 Menguatkan hati
4 Meminta ijin
5 Sekretaris baru
6 Primrose
7 Pulang bersama
8 Bertemu kembali
9 Parfum
10 Tas
11 Lalu siapa ?
12 Aku tak pantas
13 Sakit
14 Perlakuan yang beda
15 Janji yang dilupakan
16 Goresan luka
17 Disingkirkan perlahan
18 Fakta
19 Kenapa harus kamu ?
20 Berbohong
21 Pesta
22 Terbaik
23 Jangan curiga
24 Tidak akan berubah
25 Ancaman
26 Mertua jahara
27 Masihkah mencintai aku?
28 Rasa itu masih sama
29 Aku lelah
30 Luar kota
31 Bencana
32 Fakta sesungguhnya
33 Kamu harus siap
34 Tempat kenangan
35 Hamil
36 Kabar tidak enak
37 Merindukanmu
38 Kamu buatku hancur
39 Tempat bersandar
40 Harus yakin
41 Mencari
42 Memohon ampun
43 Berpisah lebih baik
44 Aku pergi
45 Menata hati
46 Kemana kamu pergi ?
47 Tidak Rela
48 Hari itu tiba
49 Aku menemukanmu
50 Nyaman bersamamu
51 Meminta restu
52 Pesan Bunda
53 Kencan pertama
54 Taman Bunga
55 Apartement
56 Aku mencintainya
57 Jangan pernah pergi
58 Bertahan
59 Terbongkar
60 Tidak terselamatkan
61 Penyesalan
62 Tidak akan ada yang berubah
63 Kencan lagi
64 Sesuai yang dia rasakan
65 Dilema
66 Ayo kita menikah
67 Menikah
68 Gugup
69 Kembali
70 Murka
71 Selalu terbaik
72 Malam yang....
73 Candu
74 Terancam
75 Hamil ?
76 Kabar baik
77 Meminta Restu 2
78 Direstui
79 Disayang Mertua
80 Balasan
81 Rencana
82 Setuju
83 Konferensi pers
84 Resepsi
85 Kejutan
86 Rendra 1
87 Rendra 2
88 Rendra 3
89 Rendra 4
90 Rendra 5
91 End
92 Info
93 Info Karya baru
Episodes

Updated 93 Episodes

1
Berbeda
2
Penolakan
3
Menguatkan hati
4
Meminta ijin
5
Sekretaris baru
6
Primrose
7
Pulang bersama
8
Bertemu kembali
9
Parfum
10
Tas
11
Lalu siapa ?
12
Aku tak pantas
13
Sakit
14
Perlakuan yang beda
15
Janji yang dilupakan
16
Goresan luka
17
Disingkirkan perlahan
18
Fakta
19
Kenapa harus kamu ?
20
Berbohong
21
Pesta
22
Terbaik
23
Jangan curiga
24
Tidak akan berubah
25
Ancaman
26
Mertua jahara
27
Masihkah mencintai aku?
28
Rasa itu masih sama
29
Aku lelah
30
Luar kota
31
Bencana
32
Fakta sesungguhnya
33
Kamu harus siap
34
Tempat kenangan
35
Hamil
36
Kabar tidak enak
37
Merindukanmu
38
Kamu buatku hancur
39
Tempat bersandar
40
Harus yakin
41
Mencari
42
Memohon ampun
43
Berpisah lebih baik
44
Aku pergi
45
Menata hati
46
Kemana kamu pergi ?
47
Tidak Rela
48
Hari itu tiba
49
Aku menemukanmu
50
Nyaman bersamamu
51
Meminta restu
52
Pesan Bunda
53
Kencan pertama
54
Taman Bunga
55
Apartement
56
Aku mencintainya
57
Jangan pernah pergi
58
Bertahan
59
Terbongkar
60
Tidak terselamatkan
61
Penyesalan
62
Tidak akan ada yang berubah
63
Kencan lagi
64
Sesuai yang dia rasakan
65
Dilema
66
Ayo kita menikah
67
Menikah
68
Gugup
69
Kembali
70
Murka
71
Selalu terbaik
72
Malam yang....
73
Candu
74
Terancam
75
Hamil ?
76
Kabar baik
77
Meminta Restu 2
78
Direstui
79
Disayang Mertua
80
Balasan
81
Rencana
82
Setuju
83
Konferensi pers
84
Resepsi
85
Kejutan
86
Rendra 1
87
Rendra 2
88
Rendra 3
89
Rendra 4
90
Rendra 5
91
End
92
Info
93
Info Karya baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!