Naya berbalik dan melangkah masuk ke dalam kamar mandi, sambil membawa baju yang tadi dilemparkan Rendra.
Dia membanting pintu, dan menguncinya, lalu dia terduduk lemas dengan masih berurai air mata. Selama lima tahun pernikahannya, dia belum pernah dibeginikan oleh Rendra, dan ini pertama kalinya.
"Bunda Sakit" Bukan pipi yang dia pegang, namun dadanya, dipukul pukul kecil karena rasa sesaknya yang begitu menyeruak.
Setelah puas meluapkan tangisnya, dan dia sudah tenang dia keluar dengan mata sembab, tapi isaknya sudah tidak ada.
Dia mengabaikan Rendra yang sudah ada ditempat tidur, dia naik ke sana dan membelakangi Rendra suaminya.
Namun baru beberapa detik dia merasa sebuah tangan sudah melingkar pada perutnya, dia sempat terperanjat kaget, namun dia kembali acuh tak acuh dan mengabaikan apa yang suaminya itu lakukan.
"Naya, maafkan aku, aku khilaf sungguh" Rendra berbisik ditelinga Naya, secara mengecup pipi Naya, berharap Naya memaafkannya.
Ya dia memang merasa bersalah pada Naya, dia sendiri pun benar benar tak menyangka akan melakukan itu, namun ucapan Naya tadi membuat emosinya meledak, padahal dia benar benar sedang lelah.
Naya masih mengabaikan suaminya itu, rasa sakit dipipinya tak seberapa dibanding rasa sakit dalam hatinya yang begitu menusuk.
"Sayang, sungguh aku minta maaf, tolong maafkan aku. Dan kamu jangan berpikir yang macam macam tentang aku, bukan aku tidak tergoda dengan yang kamu lakukan, dan bukan juga aku tak berg*Ir*h saat melihat tubuhmu, namun sungguh aku sedang lelah, badan aku sangat lemas, Sayang. Aku harap kamu akan mengerti"
panjang lebar Rendra menjelaskan perihal tadi, namun tetap saja itu membuat Naya sakit hati.
"Begini aja sayang, nanti kalau urusan dikantor sudah selesai, ayo kita pergi berdua ke suatu tempat, kamu pilih aja kemana yang kamu mau, kita habiskan waktu kita berdua ok. Dan kita mulai kembali untuk memprogram untuk punya bayi, kamu mau kan ?"
Rendra mencoba merayu Naya dengan begitu, dia sudah berjanji akan membuat waktu supaya mereka bisa berduaan lebih banyak, dia juga meminta maaf karena sering mengabaikan Naya karena sibuk mengurus kantor.
Naya masih bergeming, tak menjawab namun dia mendengar apa yang Rendra katakan, tiba tiba hatinya kembali luluh dengan tawaran yang Rendra berikan tadi.
Lalu Rendra membalikan tubuh Naya, hingga kini Naya berhadapan dengan suaminya dan mereka saling tatap. Tangan Rendra mengelus pipi Naya.
"Maafin aku ya" lirihnya pada Naya dan Naya mengangguk begitu saja, lalu Rendra mengecup kening Naya lama.
Naya memejamkan matanya meresapi kecupan yang Rendra berikan, hatinya berdesir hangat, ini yang dia rindukan selama ini. Dilanjut Rendra memeluk Naya.
"Nay, aku minta kamu jangan hiraukan apa yang sering Mama katakan soal dia ingin segera punya cucu, jangan kamu ambil hati omongannya, jangan juga kamu jadikan itu sebuah beban. Aku tidak akan menuntut apapun dari kamu, kita serahkan saja pada Tuhan"
Naya semakin merasa hangat kala Rendra mengatakan itu, beruntung suaminya itu mendukungnya dan tak menuntutnya sama sekali.
"Kamu mengantuk, hmm ?" Tanya Rendra, dia meregangkan pelukannya dan menatap Naya.
Lalu sebuah kecupan dia berikan dibibir mungil Naya, kedua kali kembali mengecup, dan ketiga kalinya berubah menjadi sebuah cumbuan. Namun tak berlanjut lagi, Rendra menghentikannya namun Naya tidak kecewa.
"Masih ada kerjaan yang harus lanjutkan, Nay" ujar Rendra masih menatap Naya.
"Iya Mas pergilah, tapi aku mengantuk, tak apa aku duluan tidur" Naya membiarkan Rendra menyelesaikan pekerjaannya.
Dan Rendra mengangguk, lalu dia kembali mengecup kening Naya, dan dia turun dari tempat tidur lalu keluar kamar.
Naya menatap suaminya sampai hilang dari pandangannya, dia berdoa semoga hubungannya dengan Rendra bisa seperti dulu lagi, setidaknya tadi sedikit membuatnya bahagia.
Terlebih yang Rendra lakukan sebelumnya padanya, dia tak kembali mempermasalahkannya, yang akan dia lakukan, hanya bisa menguatkan hatinya saja.
***
"Mas, Naya ijin keluar ya mau ketemu sama temen SMA, apakah boleh ?"
"Ya, pulanglah sebelum aku pulang"
"Iya Mas, terima kasih dan selamat bekerja"
Naya menyimpan ponselnya setelah menutup panggilan teleponnya bersama Rendra.
Setelah dapat ijin, dia pun bersiap siap untuk segera pergi bertemu janji dengan teman SMA nya dulu. Pagi tadi dia dihubungi oleh temannya itu lewat IG, katanya ingin bertemu, hingga Naya pun setuju.
Mereka janji temu disebuah cafe yang letaknya tak jauh dari rumah Naya.
"Naya !!" Temannya memanggil dan melambaikan tangannya pada Naya, Naya pun menghampiri temannya itu.
"Cindy, ah kangen" Naya memeluk Cindy, dan Cindy juga membalasnya.
"Sama kangen banget, kita hilang kontak lama, dan aku baru nemuin kamu di IG, kemana aja sih kamu ? udah nikah langsung ngilang aja" Omel Cindy pada Naya.
"Maaf, waktu itu hp aku ilang, jadi aku kehilangan semua yang ada di dalam hp itu" Naya duduk, dengan raut wajah sedih dia menceritakan perihal dulu.
"Pantesan aja. Eh, kamu makin cantik aja, Nay ?" goda Cindy.
"Kamu juga tambah cantik aja, eh kalau Nira gimana kabarnya ?"
"Nira ada diluar negeri, Nay. ikut sama suaminya, dan kemungkinan akan menetap disana" terang Cindy, menceritakan teman mereka satu lagi
"Wah, gak nyangka ya, kamu punya kontaknya kan, aku boleh minta ?"
"Boleh dong, nanti aku kirim ya", "Nay, udah punya anak belum ?"
Pertanyaan Cindy, membuat Naya terdiam lama, namun akhirnya dia menjawab "Belum Cin, Tuhan belum kasih kami rezeki"
Cindy merasa bersalah, dia tak enak akan pertanyaannya sendiri "Naya, maaf aku gak tau, aku menyinggung kamu ya ?" Cindy jadi panik,
Tapi Naya tersenyum "Gak Cindy, kamu gak menyinggung aku, eh kalau anak kamu mana ? gak kamu bawa ?sekarang udah lima tahun mungkin ya?" Naya pun mengalihkan pembicaraannya dengan menanyakan balik anak Cindy.
"Ada sama Mama aku, Nay. Gak aku bawa ribet soalnya" Cindy menjawabnya tanpa beban.
"Ribet ? anak sendiri loh itu, harusnya kamu seneng dong adanya anak, Cin" Naya tak habis pikir dengan jawaban Cindy tadi.
"Nay, kamu gak tau aja. Udah hamilnya sakit, melahirkan juga sakit, ditambah setelah melahirkan itu aku jadi kurang tidur, tubuh aku tiba tiba jadi melar, belum lagi harus memikirkan banyak tumbuh kembangnya, kalau BB nya gak naik, tiba tiba aku jadi panik, mikirin cara gimana bisa naikin BB nya lagi"
"Belum lagi, suami aku jadi jarang perhatian sama aku, pulang kerja yang dia cari anaknya bukan aku lagi, moment berdua juga jadi hilang. Harusnya kamu yang bersyukur, kamu masih bisa menikmati waktu kamu bersama suami kamu, tanpa ada yang ganggu, tidur juga masih enak nyenyak, jadi nikmatilah waktu itu, selagi masih bisa, Nay"
panjang lebar Cindy memberikan pernyataan tentang bagaimana dia menjalani hidupnya, yang dibilang Cindy di akhir memang ada benarnya juga, namun ada salahnya. Setiap orang yang memutuskan untuk menikah dan berrumah tangga, pasti tujuan selanjutnya adalah memprogram untuk punya anak kan ? jadi Naya tidak setuju yang Cindy ceritakan tadi.
Dan juga dia tak setuju dengan sikap Cindy, yang menganggap kalau punya anak itu adalah beban. Padahal dia yang sangat ingin segera merasakan itu begitu sangat antusias.
Naya pun tak menyampaikan pendapatnya, dia pun menanggapinya dengan biasa saja.
" Ya deh, semoga kamu cepat hamil ya, aku doakan banyak banyak" pada akhirnya Cindy memberi dukungan pada Naya.
"Aamiin" Naya mengaamiinkan doanya Cindy.
Mereka pun berlanjut mengobrol, Cindy juga menawarkan Naya untuk bekerja ditoko bunganya, Cindy sangat ingat kalau dulu Naya suka merangkai bunga bunga. Dan kebetulan dia sedang membutuhkan tambahan ditoko bunganya.
juga dari pada Naya diam saja dirumah kan, mending cari kegiatan diluar sampai nanti Naya hamil.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments
Yuliana Tunru
smoga z rendra bener2 cm cape kerja tp aneh z secape2 x laki2 malah rilex dgn sex klo dgn istri cape pasti tuh cspe di srlingkuhan x..ayo kerja z naya ada kesibukan di rmh kyk neraka dgn nertua suami pun sdh jenuh dgn mu..
2023-12-27
0