Pagi menyapa dua orang pria yang tertidur pada rerumputan. Ayam berkokok beberapa kali berusaha membangunkan tiap makhluk yang terlelap
Kean bangun lalu mendorong bahu Young yang begitu lelap bergemulung dengan tanah.
''Hah?''
''cepet bangun!!''
Young terduduk dengan tatapan bingung.
''Kita mau cari makan, sama kayu bakar. Ini pedalaman, percuma kartu isi ratusan juta gak guna.''
Young ber-oh ria lalu menatap sekelilingnya. Terdengar bunyi monyet dimana-mana, bulu kuduk Young merinding seketika.
Kean sudah melangkah jauh meninggalkan Young yang masih belum sadar sepenuhnya.
''Young!!!'' teriak Kean.
Tersadar, Young segera bangun mengejar Kean. ''Kean!!!! Tunggu!''
Young bersembunyi dibelakang Kean layaknya anak kecil.
''Apaan, sih! Udah gede!'' ledek Kean.
Young tidak peduli, Kean memang lebih tua darinya. Lagi pula dari kecil Kean yang mengurusinya.
...
Dengan keadaan seadanya Fatimah melaksanakan sholat shubuh yang sudah terlambat. Suara gemersik yang aneh membuatnya was-was berada di tempat asing.
''Kean?'' panggil Fatimah.
Tubuhnya terlalu lemah untuk bangun. Luka-lukanya menjadi lebam, bila dibiarkan tanpa penanganan ... Cepat atau lambat akan infeksi.
Suaranya bergema. Fatimah meremas ranjang lusuh yang ia tempati. Tidak ada siapapun di rumah. Kamar yang hanya diterangi cahaya matahari, rumah lama yang usang dan hanya ia seorang diri di tempat yang ia tak kenali.
Fatimah menelan ludahnya berat.
'Aku takut.''
...
Rain memantau rumah dengan Winter. Mereka yakin rumah itu rumah yang dikatakan Young melalui pesan singkatnya. Buktinya ada bekas perapian disana. Merasa aman, mereka masuk kedalam rumah.
DUKH.
Degh.
Fatimah memegang jantungnya yang berdetak kencang. Ia memaksakan dirinya bangun keluar mengecek pintu utama.
Degh.
Set.
Pria berbaju hitam dengan senjata di tangannya menelisik setiap sudut rumah. Fatimah melangkah pelan untuk bersembunyi.
Drrrrreeeeeeetttttttt.
Bunyi kayu tua berdesir. Fatimah menautkan tangannya berdoa.
''Bu dokter?''
Fatimah berbalik lalu keluar secara perlahan.
Rain membuka maskernya lalu tersenyum cengigiran sambil menyembunyikan senjatanya dibelakang punggungnya, namun Fatimah tetap melihatnya dengan jelas.
''Saya Rain ... Dokter ingat?''
Fatimah berkedip dua kali hingga ia ingat. Fatimah tersenyum lalu menghela napas lega. Ia memegang tembok untuk kembali ke kamar yang di tempatinya.
DOR!
Tembakan dari luar menggores pipi Rain.
''Darah?'' Rain memegang pipinya. Sedetik kemudian ia berlari ke arah Fatimah melindunginya dari tembakan beruntun. Rain menarik Fatimah kebawah ranjang. Winter berguling ketika tembakan pertama lalu menutup pintu kamar saat Rain dan Fatimah masuk.
''Apapun yang terjadi jangan keluat sampai Kean datang, Paham?!''
Fatimah mengangguk lalu ia memeluk lututnya. Dibawah ranjang begitu sempit dan berdebu hingga harus ditahannya agar tidak terlihat.
Rain memantau dari luar jendela.
Dor!
'Kya!'
Fatimah menutup telinganya mendengar suara tembakan. Ia menangkup kedua tangannya, mengigit bibir bawahnya menahan rasa yang memuncak di hatinya.
Gresekk.
Tembakan Rain mengenai musuh. Winter memegang ganggang pintu sambil berdiam diri sejenak.
''Winter ... ''
''Gak ada pilihan, peluru tidak menjamin membunuh semua musuh. Bisa jadi ... Yang kita hadapi lima ratus mafia.''
''Jangan mati.''
Winter tersenyum lebar.
Cklek.
DOR.
DOR.
TAK.
TAK.
Winter menghalau peluru dengan pedangnya, ia berlari keluar menebas tiap musuh yang ditemuinya
DOR!
Peluru mengenai pipinya. Bila ia tidak menghindar, kepalanya yang akan tertembak. Mereka ingin menangkapnya hidup-hidup. Bila mereka ingin ia mati, bidikannya pasti di jantungnya.
''MIMPI!!!''
TAK.
seorang pria maju dengan pedang dua mata di kedua tangannya.
CRESSS.
Darah mengalir dari lengan Winter.
TRANG.
CRAS.
Pedang dua mata miliknya selalu menggores Winter.
Trak.
Dia memutar pedangnya lalu menendang pedang Winter dari bawah.
CRESS.
Winter menahan pedang yang menusuknya, aliran panas membuat matanya berkunang-kunang.
Cres.
Rathow menarik pedangnya dari tubuh Winter.
HUGHH.
darah mengalir dari mulutnya. Winter tersenyum penuh kemenangan. Rathow mengerutkan keningnya.
BUGH.
sebuah benturan keras di belakang kepalanya hingga kesadarannya hilang sesaat.
Kean mengulurkan tangannya pada Winter. Winter menerima uluran tangan Kean.
Dhuk.
Kean mendorong Winter menjauh dan mundur beberapa langkah.
SSRINGG.
Ayunan pedang hampir mengenai meraka. Rathow mengayunkan pedangnya ke arah Kean lalu berucap sinis, ''Aku akan menangkapmu hidup-hidup ... Mafia pengkhianat!!''
Kean tidak mengubrisinya ia berlari ke arah Rathow, begitu juga dengannya.
SRINGG.
rathow mengayunkan pedangnya secara vertikal. Kean menghindar kesamping lalu memukul lengan Rathow dengan sikunya. Pedang Rathow tergelincir, Kean segera mengenggam tangan kanan Rathow lalu mematahkannya. Kean menarik pedang Rathow ke arah kanan lalu menyikut kepalanya.
SRINGG.
Kean mengayunkan pedangnya ke arah kiri, memberikan luka sayat di lengan Rathow.
Sring.
Rathow mengayunkan satu pedangnya yang tersisa menahan pedang Kean. Tangannya bergetar menahan dorongan pedang Kean. Darah mengalir deres dari lengannya.
''Aku tidak akan kalah!!''
Kean tersenyum sumringan mendengarnya. Kean mendorong pedangnya hingga menyayat dada Rathow. Rathow jatuh tak sadarkan diri. Kean tersenyum pada Young yang memegang sembilan jarum suntik yang tersisa.
''Semoga kau cepat sadar ... '' ucap Young menendang lengan Rathow, meski sang empu tak lagi berkutik.
Kean menghampiri Winter lalu menariknya berdiri.
Srut.
Suara helikopter mengalihkan perhatian mereka. Di saat bersamaan Rain keluar dari rumah bersama Fatimah.
''Kean ... Meski kita di jalur yang berbeda ... Kita tetap sahabat. Tujuan kita tetap satu ... Meski kami menempuh jalan gelap dan kau terang. Jangan lupa akan selalu ada kami untukmu,'' ucap Young menatap Kean.
Kean langsung memeluk Young yang diiringi Winter dan Rain.
''Bajuku penuh darah Winter,'' ucap Young masih dalam posisi yang sama.
''Bodo amat! Jangan banyak gerak! nanti gw mati kehabisan darah, gw gentayangin loh!!''
''Pfttt ... Hahaha!!''
Mereka tertawa terbahak-bahak dengan ekspresi tanpa beban.
Fatimah menatap mereka lalu menatap sekitar yang penuh pria berbaju hitam yang tumbang. Jelas mereka bukan sosok yang biasa saja. Penjahat? Tidak, sepertinya mereka lebih dari itu. Dasar motif mereka adalah Kean bukan uang ... Siapa kau sebenarnya.
Fatimah memandang Kean yang masih berbicara riang dengan sahabatnya. Wajahnya begitu riang menampakkan kebahagiaan yang tak pernah dilihatnya.
Helikopter mendarat disana Rain memapah Winter dengan Young yang memegang tangannya. Mereka naik ke helikopter tersebut. Didalam sana terlihat seseorang dengan penampilan gelap menyeramkan.
Kini Fatimah sadar mereka selama ini juga tak terlihat baik ... Siapa mereka?
SYUUUUUTTTT.
Helikopter lain tiba setelah helikopter itu tidak terlihat. Ia terbang rendah lalu menurunkan anak tanga. Kean naik lebih dulu lalu mengulurkan tangan pada Fatimah.
''Kali ini aja,'' ucap Kean pelan.
Fatimah menghela napas berat lalu berjalan mendekat, menerima uluran tangan Kean. Ia tak akan berani naik dengan ketinggian seperti itu, apalagi kondisi kesehatannya tidak baik.
''Maaf.''
Kean menarik Fatimah ke dekapannya lalu memberi kode agar tangganya dinaikkan. Fatimah memalingkan wajahnya sambil menahan napas.
'Terlalu dekat. Deru napasnya, aromanya, detak jantungnya. Kean ... '
Blus.
Fatimah berusaha keras menyembunyikan wajahnya yang memerah. Tapi Kean melihat segalanya dengan jelas. Fatimah adalah kegilaannya juga obat darinya. Semakin ia menatapnya semakin ia terjatuh kedalam jurang.
Kukurung saja ia dalam sangkar. Hingga hanya aku yang melihatnya.
Thuk.
Anak tangga berhenti naik.
Kean tersadar, ia tersenyum masam pada dirinya. Ia tidak boleh membuat Fatimah membencinya hingga hancur.
Kean menaiki anak tangga yang tersisa lalu menurunkan Fatimah. Ketika kakinya menginjakkan kakinya tim medis langsung memeriksa Fatimah. Mereka memasangkan infus dan menyuntikkan beberapa obat di lengannya.
Fatimah menatap orang-orang yang ada di helikopter. Seorang pria dengan senjata lengkap serta wajah tertutupi topi, lambang burung garuda dengan tanda keamanan di samping pintu helikopter yang bertuliskan ILL.
Tim medis yang juga memiliki senjata. Ia sebenarnya dimana ... Perlahan kesadaranku menghilang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments