Sakit.

''Kuharap kamu melupakan apa yang terjadi.''

Fatimah tergiang-giang akan ucapannya. Mana bisa yang melupakannya begitu mudah, tapi yang ia ucapkan itu demi kebaikannya.

Malam semakin larut mendatangkan sang mentari, tapi ia tak kunjung tertidur. Pikiran Fatimah berkelana kemana-mana.

Kringgg.

Alarmnya berbunyi, Fatimah bangun dengan kepala yang terasa berat. Ia mematikan alarmnya kemudian menghubungi sahabatnya.

''Assalamualaikum.''

''Waalaikumussalam.''

''Nia-ana, aku izin hari ini. Badanku kurang sehat.''

''Baiklah, jaga kesehatan dengan baik.''

......................

Hari semakin terik panas terasa menyengat. Fatimah membuka matanya yang terasa berat. Sepertinya bukan panas matahari yang membuatnya gerah, tapi panas tubuhnya naik begitu tinggi.

Fatimah berusaha bangun, tubuhnya terasa lemas juga berat. Ia menarik laci dibawah meja. Ia membuka satu kapsul lalu menelannya tanpa air.

'Pahit.'

Fatimah kembali merebahkan tubuhnya.

'Dia benar, lebih baik melupakannya. Tapi bagaimana caranya? Melupakan hal yang menyakitkan itu sulit tapi diriku tak bisa berdamai ... Buktinya panasku kian naik tiap jam. Beban paling berat adalah mengingat hal yang menyakitkan.'

Tanpa Fatimah sadari efek obatnya telah bekerja membuatnya tertidur pulas.

Nyutttttt.

Nyeri menghampiri Fatimah, Ia terbangun kemudian berlari kekamar mandi.

Huekkk!

Fatimah terus menahan nyeri diperutnya. Ia tidak makan apa-apa seharian dan minum obat tanpa air. Kondisinya kian parah dengan asam lambung serta maagnya yang kambuh.

Dari kejauhan Kean menatap rumah Fatimah, seharian ia tidak keluar dan tidak memiliki pergerakan.

Dengan lincah ia mengirim pesan kepada tangan kanannya.

Tak lama kemudian Young datang dengan berbagai makanan juga obat berbagai macam.

''Tuan tidak a-'' Belum selesai Young menyelesaikan ucapannya Kean telah mengambilnya lalu menyuruh salah satu anak buahnya berpakaian layaknya seorang dermawan.

Tok, tok.

Beberapa kali ketukan tak ada jawaban. bawahannya melihat bosnya yang menatapnya dengan sangar.

'ngeri!'

Ia kembali mengetuk dari pada dimakan.

Setelah ketukan yang kepuluhan kalinya pintu terbuka memperlihatkan perempuan dengan penampilan berantakan. Kerudung yang dipasang seadanya dengan baju yang entah seperti apa modelnya itu.

''Ya?''

Ia langsung tersadar lalu tersenyum ramah.

''Saya tetangga depan, lagi ada acara. Ini saya berikan makanan, anda juga seorang dokter, kan? Kemarin anak saya pesen obat kebanyakan gak tau buat apa obatnya. Jadi buat ibu dokter aja.''

Fatimah menerimanya lalu mengangguk pelan. ''Terima kasih.''

Fatimah menutup pintu lalu terjatuh kelantai.

Brak.

Degh.

Mereka bertiga terkejut, tapi tak berani berbuat karna Kean tidak bereaksi apapun.

''Dia baik-baik saja,'' ucap Kean pelan.

Tak lama kemudian Fatimah bangun dengan membawa makanan juga obatnya kekamarnya. Ia makan dengan perlahan.

Terima kasih padamu yang telah mengirimkan utusan untuk hamba yang sakit.

Air mata Fatimah terjatuh, seharian ia tidur melewatkan sholatnya tapi rezeki dari tak putus sama sekali.

''Semuanya terasa pahit.''

Melihat bubur hambar terasa pahit, ia benar-benar yakin sakitnya cukup parah.

Fatimah mengirim pesan pada sahabatnya untuk datang. Ia harus kerumah sakit bila tidak ingin semakin parah, di rumah tidak ada yang mengurusnya. Bila di rumah sakit akan ada suster yang tiap jam memeriksanya.

Detik jam berganti, tanpa Fatimah sadari efek obatnya membuatnya terlelap. Sedangkan sahabatnya telah memencet bel berkali-kali tapi tak ada jawaban.

''Astagfirullah! Nih anak gak pingsan karna demamkan!''

Niana yang mulai khawatir mulai mencoba membuka pintu rumahnya namun terkunci. Telponnya pun tidak diangkat. Antara kesal dan khawatir bercampur.

''Ada apa?''

Niana berbalik lalu tersenyum canggung.

''Teman saya sakit, tapi ia tidak menjawab juga membuka pintu. Saya sudah disini dari 2 jam yang lalu saya khawatir ia kenapa-napa didalam.''

Laki-laki itu mengangguk lalu berdiri menghadap pintu rumah Fatimah. Ia memaksa memutar pintu rumahnya hingga terbuka.

''Besok akan saya ganti. Kamu bisa cek temanmu sekarang.''

Niana tercengang, namun ia segera menyadarkan dirinya lalu naik kekamar Fatimah.

Niana yang melihat kondisi Fatimah segera menepuk pipinya.

''Fat! Fatim! Fatimah!''

Fatimah membuka matanya ia melihat Niana yang khawatir tersenyum kecil.

''Ni ... A-ak-ku.''

Niana menggeleng pelan lalu membantu Fatimah untuk bersiap kerumah sakit. Fatimah melihat pintu rumahnya yang rusak hanya tersenyum menatapnya.

''Syukurlah tadi ada yang membantu.''

Fatimah menatap Niana, ia ingin bertanya tapi kondisinya terlalu lemah untuk berbicara.

''Kean, kau bisa pulang sekarang,'' ucap Young sebagai seorang sahabat.

Kean tetap memperhatikan dari jauh. '' Kau pulang saja, aku masih ingin melihatnya.''

Dari gedung Apoteker terlihat rumah sakit tempat Fatimah dirawat. Ia duduk diatas atap sambil memandang kearah Fatimah.

''Jauh sekali. Dan tak bisa tergapai.''

Kean tersenyum masam melihat seorang dokter memeriksa Fatimah.

''Kamu adalah penyelamat dan aku ada pembunuh.''

...

Setelah beberapa hari dirawat, Fatimah akhirnya pulang kerumahnya.

''Dokter bisa sakit juga yah?'' ejek Yuyus pada Fatimah.

''Yah bisalah, kitakan manusia bukan malaikat,'' ucap Niana membantu Fatimah membereskan barangnya.

''Maka-nya jaga kesehatan, udah jadi dokter juga.''

''Bilang aja kangen,'' ucap Niana mengejek.

Yuyus seketika terdiam dengan wajah tertangkap basah.

''Sudahlah yang penting sudah sembuh,'' Yuyus berucap dengan sebal lalu pergi dengan cepat.

''Yuyus jadi dokter karna dulu tidak ada dokter yang merawat keluarganya saat wabah. Makanya ia overprotektif saar ada yang sakit, apalagi kalau penyebabnya tidak M.E.N.J.A.G.A K.E.S.E.H.A.T.A.N!''

Fatimah tertawa renyah lalu mengangguk.

''Makasih.''

Fatimah membawa barangnya pulang, ia masih harus memperbaiki pintu rumah yang rusak.

Saat sampai dirumah, Fatimah melihat pintu rumahnya yang baik-baik saja.

''Siapa yang perbaiki?''

Meski heran Fatimah memilih masuk untuk membereskan barangnya. Fatimah sempat bertanya siapa yang merusak pintunya, tapi Niana berkata tidak tahu. Mungkin ia orang yang melewati perumahan sana karna Niana tidak mengenalinya. Biasanya Niana sering berkunjung jadi ia tau tetangga-tetangga Fatimah. Niana mengatakan wajahnya asing dan agak sedikit menyeramkan.

Bulu kuduk Fatimah seketika berdiri, ia masih teringat akan kejadian tersebut. Penyebab demamnya juga salah satunya adalah syok juga stres.

Langit masih cerah, Fatimah melihat rumahnya yang berdebu memutuskan untuk membersihkannya.

Setelah selesai Fatimah keluar untuk membuang sampah. Perhatiannya teralihkan pada gang disamping rumah depan. Entah mengapa Fatimah terus curiga dan tidak bisa berhenti mengalihkan pandangannya.

'Saat siang begini tak mungkin ada penculik di perumahan yang ramai dan sering di tempati main oleh anak-anak.'

Fatimah berjalan kesana tanpa curiga.

''Loh? Kamu?!''

Kean menutup mulutnya rapat melihat Fatimah menemukannya, sepertinya ia terlalu santai hingga membiarkan ia mudah ditemukan.

''Ha-hallo.''

Fatimah berkecak pinggang lalu memandangnya kesal.

''Pantas aku selau merasa aneh, jadi kamu yang selalu mengintai!'' Fatimah berucap tanpa rasa takut. Padahal bisa saja Kean adalah orang jahat. Aslinya memang jahat.

''Ekhm, bukan mengintai cuma melindungi. Aku bertanggung jawab atas apa yang menimpamu.''

''Benarkah?'' curiga.

''Beneran. Namaku Kean.''

Fatimah tidak berpikir berlebihan lalu mengangguk.

''Saya Fatimah. Saya ucapkan terima kasih telah menyelamatkan saya.''

''Tidak perlu berterima kasih.''

''Besok kau akan disini lagi?''

Kean mengangguk. Fatimah memiringkan kepalanya berpikir.

''Tidak usah, aku nanti yang kerepotan.''

''Tapi bisa saja hal yang sama terulang lagi!''

''Memang siapa yang ingin melukaiku?''

''Musuhku.''

Fatimah tidak terlalu terkejut lagi. Ia menatap Kean lalu menyerahkan handphonenya.

''Aku akan menelpon kalau terjadi sesuatu.''

''Jadi jangan mengintaiku lagi.''

Kean mengangguk lalu menyerahkannya kembali.

''Kau tidak menyesal?''

Fatimah terdiam sejenak.

''Menyelamatkanmu? Tidak. Menolong nyawa itu kewajibanku, siapa diriku yang berhak menghakimi pantas apa tidaknya seseorang untuk hidup.''

Kean terdiam lalu pergi dengan perasaan tidak karuan.

Episodes
1 Bertemu
2 penasaran
3 Diculik
4 Sakit.
5 Teman
6 Preman
7 Kean sakit.
8 Menyulap markas.
9 Keluarga Fatimah.
10 Klub Malam
11 Hanya butuh dokter.
12 Sering terluka
13 Pria berjubah hitam
14 Pernyataan
15 Sisi Kean.
16 Muthi
17 Perasaan meraka
18 Manis.
19 Diculik
20 Kean, kau siapa?
21 Honey?
22 Fatimah kecil.
23 tidak baik.
24 rindu rumah.
25 Umi salah bicara.
26 Terang bulan
27 Gerbang
28 Panti asuhan
29 makan bersama
30 Kean, Adnan
31 Hari ini.
32 Taman, bermain.
33 Theon.
34 membencimu
35 Masa lalu.
36 Pindah rumah
37 Siapa?
38 tetap jatuh cinta
39 Benar teman.
40 Belanja, buku harian.
41 Makan tak terduga
42 Kenangan yang terlupakan.
43 Bertemu orang tua
44 Halian diculik.
45 Halian itu anak kandung
46 Kasih sayang
47 Menyerah?
48 Belajar.
49 Menepati Janji.
50 Saya melamarnya lebih dulu.
51 Cara menolak tanggal nikah.
52 Rencana kami
53 Tidak sopan.
54 Masalahnya ada pada...
55 Liburan dulu baru pulang.
56 Aku ingin menemuimu
57 Pertemuan terakhir.
58 Gaun pernikahan
59 Niana momen
60 Pernikahan.
61 Malam pernikahan
62 Rumah, tapi bukan rumah.
63 Setiap peristiwa ada maknanya.
64 Hujan milik Adnan
65 Fatimah sakit
66 Makan malam yang buruk
67 Berkunjung.
68 Dia yang datang dan pergi
69 Yulia itu...
70 Hadiah untuk Fatimah.
71 Bulan madu
72 Cinta terlarang.
73 Mawar Abadi
74 Terpuruk.
75 Aku menemukanmu.
76 Perempuan pilihan untuk Kean
77 Hidup bermain-main denganku
78 Kesedihan dan duka
79 Hati untuk dua perempuan
80 Rahasia dari dua hati
81 Hati yang terluka
82 Cinta
83 Adnan
84 Ku izinkan dirimu poligami
85 Pilihan
86 Ini pilihanku
87 Pernikahan Adnan dan Niana
Episodes

Updated 87 Episodes

1
Bertemu
2
penasaran
3
Diculik
4
Sakit.
5
Teman
6
Preman
7
Kean sakit.
8
Menyulap markas.
9
Keluarga Fatimah.
10
Klub Malam
11
Hanya butuh dokter.
12
Sering terluka
13
Pria berjubah hitam
14
Pernyataan
15
Sisi Kean.
16
Muthi
17
Perasaan meraka
18
Manis.
19
Diculik
20
Kean, kau siapa?
21
Honey?
22
Fatimah kecil.
23
tidak baik.
24
rindu rumah.
25
Umi salah bicara.
26
Terang bulan
27
Gerbang
28
Panti asuhan
29
makan bersama
30
Kean, Adnan
31
Hari ini.
32
Taman, bermain.
33
Theon.
34
membencimu
35
Masa lalu.
36
Pindah rumah
37
Siapa?
38
tetap jatuh cinta
39
Benar teman.
40
Belanja, buku harian.
41
Makan tak terduga
42
Kenangan yang terlupakan.
43
Bertemu orang tua
44
Halian diculik.
45
Halian itu anak kandung
46
Kasih sayang
47
Menyerah?
48
Belajar.
49
Menepati Janji.
50
Saya melamarnya lebih dulu.
51
Cara menolak tanggal nikah.
52
Rencana kami
53
Tidak sopan.
54
Masalahnya ada pada...
55
Liburan dulu baru pulang.
56
Aku ingin menemuimu
57
Pertemuan terakhir.
58
Gaun pernikahan
59
Niana momen
60
Pernikahan.
61
Malam pernikahan
62
Rumah, tapi bukan rumah.
63
Setiap peristiwa ada maknanya.
64
Hujan milik Adnan
65
Fatimah sakit
66
Makan malam yang buruk
67
Berkunjung.
68
Dia yang datang dan pergi
69
Yulia itu...
70
Hadiah untuk Fatimah.
71
Bulan madu
72
Cinta terlarang.
73
Mawar Abadi
74
Terpuruk.
75
Aku menemukanmu.
76
Perempuan pilihan untuk Kean
77
Hidup bermain-main denganku
78
Kesedihan dan duka
79
Hati untuk dua perempuan
80
Rahasia dari dua hati
81
Hati yang terluka
82
Cinta
83
Adnan
84
Ku izinkan dirimu poligami
85
Pilihan
86
Ini pilihanku
87
Pernikahan Adnan dan Niana

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!