''Young cari tahu tentang perempuan yang tinggal di daerah perumahan bunga lama, rumah dengan lampu paling terang dengan Bunga kecil yang mengelilingi rumahnya. Disana ada seorang perempuan yang tinggal sendiri.''
Young mengangguk lalu pergi dengan cepat melaksanakan perintahnya.
'Semakin hari ... Aku masih terpikirkan pertemuan itu. Kenapa?'
Kean duduk di kursi menatap langit.
Tangan yang berlumuran darah tak akan cocok untuknya.
''Haruskah aku berterima kasih pada mereka yang menyerangku? karna mereka aku bertemu dengan ... ''
...
''Hufttt!''
Fatimah menghela napas lalu membereskan berkasnya.
''Bu dokter yang paling terfavorit sudah mau pulang nih.''
Fatimah berbalik merangkul sahabatnya.
''Niana ada-ada saja. Pasienmu hari ini juga banyak-kan?''
''Banyak sih, banyak. Tapi mereka biasanya juga langsung cari kamu.''
Fatimah terkekeh lalu melambaikan tangannya saat berada didepan gerbang.
Jalan yang gelap dengan lampu remang-remang membuat Fatimah semakin mempercepat langkahnya.
Fatimah berhenti sejenak merasakan langkah seseorang dibelakangnya kemudian berbalik.
'Tidak ada apa-apa.'
Fatimah berjalan setengah berlari menuju rumahnya. Ia menutup pintu dengan cepat lalu menguncinya. Fatimah sangat bersyukur rumahnya tidak terlalu jauh dari rumah sakit.
''Ya Allah. Tenang Fat! Mungkin cuma perasaanmu.''
Fatimah mengintip ke jendela, ia melihat sosok bayangan disamping rumah yang ada didepan rumahnya.
Fatimah menggeleng pelan lalu mengerjapkan matanya.
'Gak ada apa-apa.'
Fatimah mengunci jendela-jendela kemudian bergegas ke kamarnya.
Ia menyempatkan dirinya untuk sholat lalu bersiap untuk tidur.
'Ya Allah lindungi hamba dari para orang jahat yang berniat buruk.'
Jam kian berdenting tapi mata Fatimah enggan untuk tertutup. Ia memilih bangun berkeliling di rumahnya untuk memastikan bahwa ia benar-benar aman.
Malam gelap gulita dengan cahaya bulan yang terang membuat Fatimah terasa dejavu dengan kejadian kemarin.
''Apa ia baik-baik saja? Perbannya harus diganti setelah beberapa jam. Lukanya juga harus dirawat agar tidak infeksi. Sebaiknya ia memang kerumah sakit.''
Brak!
Fatimah langsung menengok ke asal suara, ia melihat jendela rumahnya kemudian berjalan perlahan.
Meong~
Fatimah bernapas lega melihat kucing yang ternyata menabrak jendelanya.
Fatimah menggeleng pelan, ia sudah berusaha sebisanya menyelamatkan nyawa orang. Hidup atau mati biar takdirnya yang menentukan.
......................
Fatimah berangkat dengan mata terlihat kehitaman lantaran begadang. Ia berjalan sambil menguap. Ia cukup lelah, tapi tak ada jalan untuknya cuti karna ia ada janji operasi hari ini.
Fatimah singgah sebentar di kedai kopi dan membeli secangkir. Ia masuk ke dalam rumah sakit, berjalan dengan pelan hingga terdengar langkahnya di lorong yang sepi.
Cklek.
Fatimah duduk di kursinya lalu meraih kopi yang tadi di belinya, ia meniup secara perlahan lalu menyesapnya.
'Dia juga sebaiknya menghindari makanan yang terlalu berair, panas, juga dingin. Dia pergi begitu cepat membuatku khawatir dengan luka yang seperti itu, ia bisa berjalan kemana.
Fatimah melihat jam yang bergerak dengan cepat. Ia menghela napas berat saat jam operasi sudah dekat. Ia yang masih belajar ini harus berhati-hati.
...
Brak!
''Bagaimana?'' tanya temannya yang juga keluar dari ruang operasi.
''Aku masih belum terbiasa. Meski seorang dokter, melihat segalanya secara langsung tetap membuatku takut.''
''Kau benar Fatimah. Memikirkan tiap detik yang bergerak cepat membuat tanganku gemetaran. Setiap takut aku memastikan bahwa segalanya memang akan berlalu.''
''Juga tiap detik pikiran buruk juga datang, melawan semuanya tidak mudah. Apakah ini sudah benar, bagaimana jika aku membuat kesalahan, bagaimana jika aku yang membuatnya menghadap sang pencipta, bagaimana jika aku gagal menyelamatkannya, bagaimana jika penyakitnya semakin parah,'' Fatimah berucap pelan lalu menatap sendu temannya.
''Cobalah untuk menenangkan diri dan cobalah untuk fokus dengan yang ada didepanmu,'' saran temannya.
''Terimakasih Yuyus.''
''Sama-sama.''
Fatimah berjalan ke ruangannya lalu merebahkan tubuhnya dikursinya.
''Jam kian berdetik dan nyawa semakin berkurang tiap detik itu.''
Fatimah tampak melamun hingga tidak menyadari sahabatnya masuk dan telah duduk di kursi pasien. Ia menunggu Fatimah menyadari keberadaannya.
Melihat tiada tanda perempuan itu akan sadar, ia mengetuk-ngetuk meja dengan tangannya.
''Heh? Niana kenapa kemari?''
''Gak mau pulang?''
Fatimah melihat jam ditangannya, lalu tersenyum pada sahabatnya.
''Maaf aku lupa sudah jam pulang. Mau pulang sama?''
Niana mengangguk lalu keluar terlebih dahulu. Fatimah membereskan berkasnya lalu bergegas pulang.
Sampainya di rumah ia menatap sekeliling rumahnya, entah perasaannya atau bagaimana ia selalu merasa diawasi. Fatimah membuang pikiran buruk tersebut lalu masuk ke dalam rumah, ia menguncinya rapat-rapat.
''Huft ... Apa benar aku menyelamatkannya? Ia tampak seperti penjahat ... Tapi aku sudah bersumpah sebagai seorang dokter yang menyelamatkan nyawa.''
Fatimah bergegas naik ke kamarnya kemudian mengambil air wudhu untuk bermunajat Padanya.
Jauhkanlah hamba dari perkara buruk dan jadikanlah apa yang hamba lakukan barakah disisimu. Jika memang ia adalah penjahat, Engkau Tuhan yang maha mengubah. Jadikanlah ia seorang yang mengingat kebaikan dan menyadari keburukan.
Brak!
Fatimah yang terkejut mendengar sesuatu pecah di lantai bawah bergegas menyelesaikan doanya.
Fatimah membuka pintu kamarnya sedikit untuk melihat kearah bawah.
Degh!
Dua laki-laki berbaju hitam telah memporak-porandakan rumahnya, mereka tampak mencari sesuatu. Fatimah menelan ludahnya lalu menutup pintu secara perlahan. Ia mengangkat ranjangnya dengan hati-hati agar tidak ketahuan. Ranjang yang terbuat dari kayu tersebut begitu berat. Fatimah masuk ke bawah secara perlahan lalu menurunkannya secara hati-hati.
Tiada cahaya di bawah ranjang. Suara pintu terbuka membuat jantungnya berdebar.
Fatimah menutup mulutnya dan berdoa agar tidak ditemukan.
Prang!!!
Suara barang pecah ada dimana-mana. Jantungnya semakin berdengub kencang.
'kalau mereka mengangkat ranjang ... Apa yang akan terjadi padaku?'
Bugh!
Terdengar suara perkelahian, Fatimah tidak tahu apa yang terjadi tapi sepertinya ada pihak lain yang datang entah dari mana.
Fatimah terus menunggu, di bawah ranjang sangat kotor juga pengap. Fatimah mulai sesak dan merasa gatal, tapi ia tidak berani bergerak sedikitpun. Ia juga akan kesulitan mengangkat ranjang yang berat.
Suara langkah kaki semakin banyak didengarnya, Fatimah berusaha mendengar dengan suara kaki yang berjalan dilantai.
'Sepuluh? Tidak! Lebih?!!'
Fatimah meringkuk takut apa yang akan terjadi. Apakah mereka lawan atau teman.
Tanpa sadar dalam situasi yabg buruk itu Fatimah tertidur.
......................
K... ri...k kri...k
Bunyi ponselnya dari luar membangunkan Fatimah, ia menunggu cukup lama apakah rumahnya kini aman. Merasa tak ada pergerakan apapun Fatimah berusaha mengangkat ranjangnya yang berat.
'Hph!'
Fatimah melihat kamarnya yang bersih seolah tidak terjadi apa-apa. Semuanya seolah hanya mimpi. Ia berjalan perlahan melihat lantai bawah.
'Kok?!!'
Fatimah kebingungan rumahnya tak mengalami perubahan, barang yang pecah masih ada. Fatimah mengamati dengan seksama barang yang kemarin ia lihat telah pecah.
KRINGGGGG!!!
Fokus Fatimah terpecah oleh alarmnya, ia bergegas naik lagi ke kamar mematikan alarmnya. Fatimah bergegas bersiap untuk ke kantor. Ia tidak memiliki waktu memikirkan kejadian aneh yang terjadi padanya semalam.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments
wifasha
suka
2023-12-24
2