Elic Quest: Sang Pangeran Lemah
Tanah megah yang diapit oleh 3 gunung besar di bagian perbatasannya itu tampak sangat memukau saat matahari terbit.
Cahaya orange yang hampir menghilang berganti biru cerah tak berawan menambah kemewahan kerajaan Elderia.
Di balik tembok tembok megah yang menjulang tinggi istana, aura keagungan terasa begitu kental.
Namun di dalam kamar yang sepi, seorang pangeran muda terbaring lemah. Alaric Eldorion, putra kedua Raja Eldorion.
Wajah yang pucat dan matanya yang biasanya penuh semangat, kini terlihat sayu. Tubuhnya terbaring lemah di tempat tidur, dipenuhi oleh penurunan energi yang mendalam. Napasnya terdengar berat, sesekali diselingi oleh batuk yang melemahkannya.
"Maafkan saya pangeran. Raja Regulus Eldorion menginginkan anda untuk hadir di acara malam ini." Seorang pengawal pembawa kabar menunduk hormat pada sang pangeran kedua.
Betapa mengejutkannya kabar itu bagi Alaric. Dirinya saat ini bahkan tidak bisa berjalan dengan benar, namun ayahandanya malah menyuruhnya untuk berjalan menuju aula pesta yang jaraknya hampir 5 km dari kamarnya.
Tanpa perintah apapun, pengawal tersebut langsung pergi setelah menyelesaikan tugasnya. Tidak ada penghormatan lain yang di terima Alaric sejak dirinya berdiam diri di kamar seminggu yang lalu.
"Sial, Tubuh ini selalu tidak bisa diajak bekerja sama!! Pasti.... Ayah akan diolok olok lagi oleh para bangsawan lain jika aku tidak bisa hadir malam ini."umpat sang pangeran. Wajahnya memerah kesal pada dirinya sendiri yang bahkan seperti mayat hidup.
Dia berusaha duduk tanpa bantuan siapapun. Rambut hitam panjangnya yang berantakan belum pernah ada yang merawatnya sama sekali.
Matanya yang hitam seakan masuk kedalam jurang keputusasaan. Dengan tubuh gemetaran yang seperti itu, dia bersiap seorang diri di kamarnya.
Begitulah nasib pangeran yang sudah tidak di hargai lagi di istana ini. Para pelayan yang bertugas untuk membantu Alaric sekarang sibuk menjilati sepatu pangeran mahkota yang adalah kakak kandung Alaric.
Alaric sudah terbiasa dengan keadaannya ini. Dia hanya bisa mengumpat dan menyalahkan dirinya sendiri karena terlahir dengan tubuh yang jauh dari kata sehat.
* * * *
Seorang pemuda dengan paras yang rupawan melangkah dengan elegan di lorong istana, rambut hitam panjangnya berkibar seiring gerakan angin.
Mata merah keturunan raja yang intens seolah menyimpan rahasia yang dalam, menciptakan daya tarik misterius. Wajah dengan garis tegas yang sangat mendominasi itu terlihat sangat tampan dan gagah.
Busana kerajaannya menonjolkan keanggunan, dan langkahnya yang mantap mencerminkan kepercayaan diri seorang pemimpin yang memikat hati banyak orang.
Valerian Eldorion berjalan menuju Aula dengan sangat elegan membawa sebilah pedang di tangannya.
Dia melihat Alaric yang berjalan dengan tersendat sendat. Tangannya mencari pegangan pada dinding sekitarnya sebagai penopang. Tubuhnya bungkuk berusaha menopang badannya dengan susah payah.
Wajah Valerian yang tegas seketika berubah risih. Ekspresi penuh kekecewaan yang kemudian membuat tangannya mengulurkan pedang yang dia bawa dan mendorong Alaric hingga tersungkur dengan begitu keras.
"Sedang apa kalian pengawal!! Dia sekarat, kembalikan saja dia pada tempatnya!! Jangan biarkan dia pergi kemana mana!!" Valerian membentak pengawal yang berada paling dekat dengannya.
Pengawal itu langsung membantu Alaric berdiri dan membopongnya mundur karena sudah lama menghalangi jalan Valerian.
Saat hendak melewati Alaric, Valerian berbisik tepat di telinga Alaric, "Tidak perlu menyusahkan orang lain. Dasar pria tidak berguna."
Valerian kemudian berlalu hendak memasuki Aula pertemuan.
"Tunggu sebentar, Valerian. Kau tidak perlu memperingatkan ku. Aku tau apa yang harus aku lakukan. Dasar bajingan!!"
Dengan susah payah, Alaric akhirnya mengungkapkan rasa kekesalannya pada sang kakak yang tidak pernah menjenguknya sama sekali.
Valerian hanya menyeringai. "Baguslah kalau kau menyadari ketidak berguna-an mu."
* * * *
Alaric kembali terbaring lemah di kamarnya. Busana yang susah payah dia pakai kini tampak kusut karena usaha para pengawal yang membawanya ke kamar.
Rambut panjangnya yang tadi rapi sekarang kembali berantakan menjuntai kesana kemari. Serta mata hitam gelap yang sangat jauh dari mata keturunan raja yang berwarna merah darah itu sangat membuatnya frustasi.
Sial!! Sial!! Andaikan saja aku lebih sehat!! Valerian tidak akan pernah memperlakukanku seperti ini!!
Tangan lemah Alaric memukul dadanya kesal. Dan malah membuatnya terbatuk batuk hingga muntah darah yang menodai pakaian baru nya.
Meskipun begitu, tidak ada seorang pun pelayan maupun pengawal yang tampak peduli dengan keadaan Alaric.
Seorang pelayan wanita kemudian masuk membawa segelas teh dengan aroma khas pengobatan Alaric.
Dalam sehari, setidaknya ada 1 obat herbal yang akan dikirimkan pada Alaric. Dan pelayan ini lah yang selalu mengirimkannya.
"Pangeran, kenapa anda bisa sampai seperti ini? Anda harus meminum obatnya. Mari saya bantu."
Pelayan wanita itu perlahan membantu Alaric duduk dan memberikan gelas teh itu pada Alaric. Dia kemudian membersihkan noda darah yang sedikit banyak menodai busana hitam milik sang pangeran.
Hanya wanita ini yang selalu merawat Alaric di masa sakitnya. Satu wanita ini saja yang membuat Alaric sedikit bernafas lega dan berpikir semua akan baik baik saja.
Disaat sang pelayan membersihkan bekas muntahan Alaric, sang pangeran meminum teh itu dengan santai dan melihat pekerjaan pelayan yang sangat dia kagumi.
Uhuk!!!
Jantung Alaric tiba tiba berdegup sangat kencang.Wajahnya berubah pucat dan keringat dingin menetes di dahinya.
Pandangan matanya buram dan kabur. Perutnya terasa mual seakan seluruh isi perutnya meminta untuk dikeluarkan.
Dadanya sesak. Sulit untuk bernafas namun tetap dia paksakan. Dan yang paling menjengkelkan dari semuanya adalah.... Sang pelayan wanita tampak menyeringai melihat penderitaannya.
Alaric terjatuh, pandangannya yang buram kini semakin gelap dan suram. Cahaya perlahan meredup berganti kegelapan yang sangat pekat.
Apakah ini adalah akhir dari hidupku?
.
.
.
"Bocah!! Jujur saja, kau bisa mendengarku kan? Hey!! Bocah ingusan!! Bangun!!"
.
.
.
Hanya ada kegelapan yang di lihat Alaric. Mimpi penuh dengan warna hitam dan suara anak kecil terdengar sangat mengesalkan di telinga Alaric. "Berisik!! Siapa kau!!"ujar Alaric kesal.
"Makanya, bangun bodoh!!"
Deg!!
Mata Alaric terbuka lebar. Dirinya melihat sekeliling dan sadar masih berada di kamar yang sama dengan terakhir kali dia lihat.
Tidak ada siapapun. Hanya ruangan kosong yang sudah rapi dan tampak lebih cerah dibanting terakhir kali dia melihatnya.
Apakah itu tadi hanya mimpi?
"Akhirnya, bangun juga si lemah dan bodoh satu ini!!"
Suara yang sama yang dia dengar di dalam kegelapan membuat Alaric duduk dan mengedarkan pandangannya.
Matanya berhenti pada Pria kecil transparan melayang yang sedang menyeruput secangkir teh yang juga sama transparannya. "Gila!! Siapa kau!!"
Pria mini dengan pipi gembul menggemaskan itu menatap tajam Alaric dan melayang berputar di atas kepala Alaric. "Berani sekali kau mengatakan aku gila!! Dasar tak tau untung!! Harusnya aku yang bertanya. Siapa dirimu!! Kau... Bukan manusia?"
"Apa?! Hey makhluk astral aneh nan tidak jelas!! Jelas jelas aku adalah manusia. Yang tidak manusia itu dirimu!! Kau melayang seperti hantu, mengerti!!"
Alaric merasa seperti ada kekuatan yang membuatnya bisa berbicara ketus seperti itu. Sudah berapa lama dia tidak bisa berbicara ketus dan lancar seperti itu? Dia sangat senang bisa meluapkan kekesalannya dengan santai.
Pria mini transparan itu tiba tiba menghilangkan cangkirnya dan melipat tangan dengan angkuhnya, "Sepertinya kau tidak mengenaliku? Baiklah.... Biar aku kasih tau ya.... Aku.... Elion Lightbringer. Sang legen-"
"Legenda Lightbringer yang tersohor itu? Tidak mungkin!! Jangan mengada ada makhluk astral!!" Alaric menuding pria transparan itu tepat di hidungnya. Urat empat siku tidak bisa disembunyikan oleh sang legenda yang sering di sebut sebagai pembawa cahaya.
"Itu memang benar aku!! Bocah sialan!!"
"Hey hey,,, mana ada pahlawan yang jadi kurcaci melayang gini?"
"Buktinya aku ada disini dan hanya kau yang bisa melihatku. Harusnya kau bangga!!"
"Suaramu membuatku risih, jadi kenapa aku harus bang- Uhuk!!!!"
Alaric kembali memuntahkan darah dari dalam tubuhnya. Meskipun dia merasa sangat sehat untuk bisa berdebat, namun keadaan dalam tubuhnya belum berubah sama sekali.
"Makanya jangan ngeyel!! Rasain tuh!!"
.
.
.
*karya ini merupakan karya jalur Kreatif*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments