5. Pencarian

"Mencari petunjuk tentang darahmu itu hampir mustahil, Elic. Apa yang harus kulakukan?"

"Teruslah mencari, di buku sejarah mungkin tertulis sesuatu."

"Lagi pula, yang tertulis adalah kau tiba tiba menghilang, kau sebenarnya ada dimana saat itu?"

Alaric dan Elic langsung menuju ke perpustakaan setelah diusir dari kamar Valerian. Sudah beberapa tumpuk buku berjejeran hanya karena petunjuk yang kurang jelas.

Elic tampak masih berusaha mencari buku buku yang mungkin bisa dia pakai untuk mencari petunjuk. "Yang benar saja, aku menghilang? Siapa penulisnya!?"

Kepala Alaric menggeleng tidak habis pikir. Bukan hanya buku, di dalam ingatan Alaric pun cerita Elion sangat aneh karena akhirnya yang menceritakan jika Elion menghilang setelah berhasil meraih kemenangan di medan perang.

Dan bahkan sampai sekarang, tidak ada yang tau bagaimana keadaan ksatria terkuat itu di akhir hayat nya.

"Apa wujud yang kau perlihatkan padaku saat latihan itu adalah wujud terakhirmu?" Alaric menerka nerka kejadian yang mungkin saja di lupakan Elic. "Itu berarti kau mati di usia pertengahan 20 tahun?"

"Mati apanya? Aku itu tidak mungkin mati semudah itu, paham!?"

"Jadi? Bagaimana caranya aku tau jasad mu kalau kau sendiri saja tak paham kenapa kau bisa mati?"

"Ingatanku sebagian menghilang saat aku sudah berada di wujud ini. Pokoknya, cari saja dulu sejarahnya!!"

"Kau juga bantulah mencari, kakek tua!!" Alaric sudah semakin sebal Karena tugasnya masih saja belum selesai padahal malam sudah semakin larut.

Di tengah situasi itu, Alaric menemukan sebuah buku. Sampulnya berwarna merah tua dengan hiasan emas yang megah. Saat dia membukanya, beberapa halaman di tengah buku tampak berbeda. Ada tanda-tanda kecil dan catatan rahasia yang sepertinya sengaja disembunyikan.

"Apa itu? Sebuah kode?" Elic berpindah duduk diatas kepala Alaric. Mereka begitu serius memahami arti dari coretan coretan di dalam buku itu.

"Aku tau bahasa ini! Bahasa kuno yang sering ku gunakan saat kecil dulu."

Tiba-tiba, langkah kaki terdengar mendekat. Valerian muncul di belakang Alaric dengan ekspresi dinginnya yang khas. Alaric mengangkat kepalanya, menyadari kehadiran sang putra mahkota. Namun, sebelum dia bisa mengucapkan sepatah kata pun, Valerian sudah meraih buku yang sedang dibaca Alaric.

"Apa yang kau lakukan? Kembalikan buku itu!!" Alaric berdiri berbicara dengan nada tajam.

Dengan cepat, Valerian berbalik dan meninggalkan Alaric yang terkejut. Alaric mencoba mengejar, tetapi Valerian sudah melangkah lebih cepat. Dia berusaha merebut kembali bukunya, tetapi Valerian memegang erat dan melihat Alaric dengan tatapan dingin.

"Apa yang membuatmu tertarik pada hal ini? Dan kenapa kau disini? Kembali ke kamarmu!!"

Dengan langkah mantap, Valerian menghilang di balik pintu perpustakaan menyisakan kehampaan. "Sial, kenapa dia tiba tiba muncul begitu? Apa dia belum tidur? Akh!! Aku ingin mendengar pikirannya!!"keluh Alaric mengebrak meja.

Setelah sebulan meninggalkan istana untuk memenuhi undangan dari kerajaan Selatan, Valerian akhirnya pulang dan malah berbuat onar pada Alaric. Jelas saja dia merasa kesal.

"Lalu kenapa ga kau tarik saja tangannya tadi? Bodoh sekali!!" Elic masih melayang layang dengan tangannya yang bersembunyi di belakang tubuh mungilnya.

Alaric tiba tiba mengingat sesuatu. Dia mencari tinta dan mulai menuliskan sesuatu di halaman terakhir buku yang paling dekat dengannya.

Coretan yang sama dengan yang dia lihat di buku tadi. Daya ingatnya sangat kuat sampai hampir semua coretan bisa dia tulis tanpa kesulitan sama sekali.

"Elic, Kau tau tulisan yang kau gunakan 300 tahun dulu? Ini adalah tulisan yang sama. Kau bisa membacanya kan?"

Elic mendekat dan terkejut dengan tulisan tangan yang hampir sama dengan tulisannya di masa lalu. "Tentu saja aku bisa membacanya!"

Informasi tentang penyakit turunan kerajaan yang mungkin dirasakan oleh Alaric. Hanya sedikit keturunan raja yang menderita penyakit itu di dalam jangka 1000 tahun. Dan semua keturunan itu berakhir dengan kematian pada usia 19 sampai 20 tahun.

"Kau tidak mengarang informasi ini kan? Di masa hidupku, keturunan kerajaan bermata merah tidak pernah mengalami penyakit seperti ini. Hanya kau yang aneh bagiku." Elic menatap Alaric curiga. Tangannya kembali terlipat di depan dada mengerutkan alisnya tidak percaya.

"Itu coretan yang ada di dalam buku tadi. Coretan itu sudah hampir tidak ada yang menggunakannya kecuali keturunan kerajaan. Saat ini hanya Raja, aku dan Valerian yang mengerti tulisan itu."

"Lalu, siapa yang menulisnya? Apa raja itu? Tapi lihatlah ini!!"

Tangan kecil Elic menunjuk pada coretan terakhir yang sedikit berbeda dari yang lainnya.

Catatan : untuk bertahan hidup, dia harus banyak istirahat dan kurangi muntah darah. Tetap sehat dan kuat seperti gajah.

Alaric dan Elic saling bertatapan beberapa saat. "Sepertinya itu untukmu? Siapa yang menulisnya?"

Mereka teringat betapa sensinya Valerian saat mengambil buku itu dari Alaric. Dengan senyuman jahil, mereka tampak kompak menertawakan Valerian.

"Ga mungkin dia kan?"

"Kalau dia memangnya kenapa? Bukankah itu hal yang wajar?" Elic menyindir menutupi setengah senyumnya.

Mereka tertawa membayangkan wajah malu Valerian jika dia tau Alaric sudah membaca coretannya.

Seperti gajah? Itu adalah ungkapan yang terlalu kekanak kanakan.

* * * *

Pagi harinya, Alaric kembali ke tempat latihan Quarxan. Dengan mata malas dan rasa kantuk yang masih tersisa, Alaric terpaksa menuruti ocehan Elic yang ingin melanjutkan latihan sore kemaren.

Sesuatu kemudian membuat rasa kantuk Alaric menghilang, Tidak seperti biasanya yang sepi, saat itu para pengawal berjaga dan bahkan hampir sulit bagi Alaric untuk melewati gerombolan di depan pintu tempat latihan.

"Hey, bukannya kau itu anaknya raja? Tapi kenapa mereka tidak mau menyingkir?"

"Mau bagaimana lagi, aku dikucilkan sejak kecil. Mereka pasti tidak tau jika aku adiknya putra mahkota."

"Kalau begitu, berteriaklah. Biarkan mereka tau siapa dirimu. Kau harus memanfaatkan statusmu itu dengan baik dong!!"

"Merepotkan sekali, lebih baik kita kembali saja nanti sore, tubuhku masih lemas."

"Kau tidak seru ah!"

Elic terus saja mengoceh oceh menarik narik rambut Alaric. Semenjak Alaric bisa menguasai gerakan dasar yang diajarkan Elic, mereka menjadi bisa menyentuh satu sama lain. Dan itu dimanfaatkan Elic dengan baik.

Sedangkan Alaric, dia hanya pasrah dan berbalik berniat pergi dari tempat latihan. Tidak peduli seberapa banyak Elic mengganggunya.

"Berhenti disana Alaric!"

Suara yang familiar. Paras rupawan yang berada di tengah tengah lapangan latihan mengangkat pedang menunjuk ke arah pintu masuk dengan mantap. Valerian, sang putra mahkota memasang tatapan tajamnya menghentikan langkah Alaric.

Para pengawal di sebelah Alaric yang merasa ikut ditunjuk bergetar ketakutan dengan suara rendah pria yang masih berusia 16 tahun itu.

Mereka kemudian menyingkir sadar kepada siapa tatapan itu ditujukan dan siapa sosok yang namanya dipanggil tersebut.

Dengan takut konsekuensi dihukum gantung, mereka menunduk hormat pada Alaric dan tanpa sadar juga pada Elic yang duduk di pundak Alaric, "bagus, kalian harusnya tunduk seperti itu padaku!"ujar Elic menyombongkan diri.

Valerian berjalan mendekati Alaric masih dengan wajah dinginnya, "Kudengar, kau berlatih setiap hari disini selama aku tidak ada. Apa benar begitu?"

"Kalau iya, memangnya kenapa?"

Sorot mata keduanya terlihat sangat bermusuhan. Elic yang berada di tengah tengah itu meniru ekspresi Valerian memelototi Alaric kesal. "Bocah tidak sopan ini....!!!"

"Maafkan saya yang mulia, Raja Regulus Eldorion memanggil anda untuk menghadap di ruang kerja."

Seorang pengawal menunduk hormat memberitakan apa yang menjadi tugasnya. Alaric yang merasa tidak dihiraukan lagi diam diam berjalan pergi dan tentu saja bersama Elic.

Tatapan tajam yang masih membara di netra merah Valerian melirik kepergian Alaric dan tidak bisa mencegahnya. "Bilang padanya, aku akan segera datang setelah membereskan sesuatu."

"Baik, yang mulia!"

Pandangan Valerian masih tertuju pada Alaric dan istana Ruby dari kejauhan tempatnya berdiri.

Istana Ruby, adalah tempat tinggal Alaric sejak dia masih berusia 7 tahun. Atas keputusan sang raja, Alaric yang dianggap hampir membahayakan kehidupan putra mahkota diasingkan untuk tinggal di istana Ruby seorang diri beserta pengawal dan pelayan yang begitu lengkap.

Dan tempat latihan Quarxan yang saat ini ditapaki Valerian berada diantara istana utama dan istana Ruby.

Langkah Valerian pun berbalik berlawanan arah dan mulai melangkah dengan tegas dan berwibawa menuju istana utama.

Victor yang selalu bersamanya mengikutinya sesekali membubarkan para pengawal yang berkerumun memusingkan kepala.

"Apa aku tadi terlihat terlalu mendekatinya?"gumam Valerian yang hanya bisa di dengar oleh Victor.

"Tidak pangeran, anda sudah terlihat membenci pangeran Alaric. Saya yakin, para musuh anda tidak akan menargetkan pangeran kedua untuk membalas dendam pada anda."

"Melihat responnya, Alaric pasti sangat membenciku. Kenapa hatiku sakit ya?"

Valerian memang putra mahkota, tapi dia juga seorang bocah yang masih berusia 16 tahun. Pasti sangat berat baginya mengemban tugas sebagai putra mahkota dan memimpin pasukan dibawahnya.

"Bertahanlah pangeran, pangeran Alaric pasti akan mengerti suatu hari nanti," Victor kelabakan mengembalikan mood Valerian yang sering berubah karena Alaric.

"Ku harap juga begitu. Baiklah, sebelum masalah semakin besar, aku akan membereskan istana Ruby itu terlebih dahulu."

"Saya akan memandu anda, Yang mulia putra mahkota."

Dengan langkah tegasnya Valerian bersama Victor masuk ke dalam istana utama yang begitu megah.

.

.

Karya ini merupakan karya jalur Kreatif

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!