16. Babinya Alaric

"Kau!! Jadilah Babi!"

Theron menganga mendengar ucapan Alaric yang sangat percaya diri itu. Tatapan Alaric memang terlihat lebih kejam dari sebelumnya hingga membuat Theron linglung sebentar.

Apa!? Apa maksudnya?

Apa aku sedang di kutuk?

Jadi babi? Aku?

Hey, yang benar saja

Apa setelah ini aku ga bisa balik ke rumah?

Sial!! Harusnya aku tidak datang ke kelas saat itu

Terus kenapa aku tertanam seperti ini?

Apa dia yang menguburku?

Jadi dia sebelumnya hanya menyembunyikan kekuatannya saja?

Sial! Sial!!

Itu bohong kan!?

Pupil mata Theron bergetar. Semua suara pikirannya terdengar jelas memenuhi telinga Alaric. Begitu banyak umpatan yang dia katakan dengan wajah panik sekaligus bingung pada situasinya saat ini.

"Berisik!!" Alaric melepaskan tangannya yang menjambak Theron. Elic terkikik di belakangnya. Dan Theron semakin bingung dengan ucapan Alaric yang berkebalikan dengan heningnya malam saat ini.

"A-apa maksudmu hah!! Jadi babi? Sepertinya kau sudah gila ya?" Theron akhirnya berbicara masih dengan sifat sombong seperti biasanya. Menyembunyikan ketakutannya.

Alaric mengacak rambutnya kesal. Dia berjalan menjauh mendekati salah satu pohon dan memukulnya untuk melampiaskan amarahnya.

Dia kemudian melirik tajam ke arah Theron, "Sepertinya kau membutuhkan pilihan yang lain ya? Baiklah, biar aku memberimu pilihan. Jadilah babiku atau tetap terkubur disini selama seminggu kedepan."ujarnya mengintimidasi.

"Daripada jadi babi, lebih baik tetap terkubur seperti ini. Bajingan!!" Theron menjawab cepat tanpa berpikir terlebih dahulu.

Dia kemudian berpikir jika dirinya terkubur selama seminggu, kemungkinan besar para guru akan mencarinya. Dan itu adalah keputusan yang bagus.

Elic menepuk jidat. Sedangkan Alaric menyeringai licik, "Oke, itu adalah pilihanmu. Tapi kau harus ingat, meskipun kau berteriak sampai pita suaramu habis, tidak akan ada seorang pun yang akan datang. Jadi... Selamat menunggu sampai seminggu kedepan, tuan Har-low!"ucapnya melambaikan tangan berbalik untuk pergi.

Theron terbelalak menyadari rencana untuk berteriak dengan keras nya itu tidak akan berhasil.

"Oh iya, berhati hati lah dengan serigala yang mungkin tiba tiba datang ya!"lanjut Alaric sebelum menghilang di antara pepohonan.

Rasa dingin merasuki setiap pori pori wajah Theron. Mendengar ucapan Alaric, membuatnya merinding tanpa sebab.

"Sialan!! Serigala dia bilang? Selama ada panah di tanganku, aku tidak akan takut pada serigala."

Theron tertawa terbahak bahak sampai dia menyadari betapa mati rasanya kedua tangan yang terkubur di dalam tanah, "brengsek!! Aku masih terkubur~"rengeknya pasrah.

Malam semakin larut dan Theron masih menggeliat mencoba melepaskan diri dari tanah tanah yang mengikatnya.

Suara lolongan serigala bersahutan di seluruh penjuru hutan. Suasana semakin mencekam dengan hanya cahaya bulan purnama yang menyinarinya.

Pepohonan di sekitarnya ber gemerisik. Suaranya semakin mendekat berada di belakang kepalanya. Theron yang tidak bisa menoleh hanya menggigil ketakutan, "aku mau ngompol~"

Srak!

Dari arah depan, seekor serigala berjalan perlahan mendekati Theron. Bukan hanya seekor, beberapa serigala lain mengikutinya seakan mengikuti sang raja hutan yang sedang melihat mangsa.

"TIDAK!! TOLONG!! SIAPAPUN TOLONG!! ALARIC!! MASTER!! SIAPAPUN!!" Teriak Theron sekuat tenaga.

Tidak ada respon. Tentu saja Theron tau akan hal itu. Sudah lebih dari 3 jam sejak Alaric meninggalkannya. Dan mungkin sekarang Alaric sudah tidur di asrama. Tapi tubuhnya masih bergetar hebat memohon agar seseorang menyelamatkannya.

Serigala yang terlihat sebagai pimpinan itu semakin mendekati Theron dan dengan taring tajamnya yang sedikit membuka siap menerkam mangsa yang terlihat di depan mata.

Serigala itu mendadak melompat. Theron mengernyit pasrah dengan nasibnya.

CRAT!!!

"Tidak, matilah aku~"

CRAT!! CRAT!! Sriiiing.....

Theron membuka mata perlahan. Di depannya, dia melihat Alaric dengan pedang latihannya menari bertarung melawan gerombolan serigala.

Mata yang sebelumnya hitam, tampak Semerah darah di pengelihatan Theron. Dalam beberapa gerakan, Alaric menebas leher beberapa serigala dengan sangat lihai.

Bagi Theron, Alaric terlihat seperti... "Yang mulia putra mahkota?"

Di sebelah kanannya, seekor serigala terlepas dari pengawasan Alaric, dengan cepat serigala itu melompat pada Theron dan mendadak terpental sangat jauh.

Theron bingung dengan situasi yang sangat tidak biasa itu. Siapa yang melakukannya? Kenapa serigala itu bisa terpental?

Bagus Elic!!

Alaric sedikit melirik untuk memuji ketrampilan Elic menggunakan pedang mininya. "Kau pikir aku siapa? Aku sang legenda yang tidak terkalahkan. Kau tau!!"

Elic duduk melihat pertarungan Alaric tepat di sebelah Theron. Dan itulah sebabnya dia bisa langsung menebas serigala yang tiba tiba melompat tadi.

Tapi yang terlihat di mata Theron, hanya Alaric yang menyadari keberadaan serigala itu dan dengan tatapan tajam Alaric, serigala itu terpental dengan sendirinya.

"Ke-keren~!"

"Hmp! Tentu saja aku itu keren. Aku kan Elion Lightbri...nger?"

Sorot mata kebanggaan Elic berubah saat melihat Theron menatap Alaric dengan penuh kekaguman. "Sialan!! Yang menyelamatkanmu itu aku, bodoh!! Hey bocah! Lihat aku!!"

Alaric akhirnya selesai dengan seluruh serigala itu. Dia menyarungkan pedangnya kembali kemudian berjongkok di depan Theron seperti yang terakhir kali.

"Pergi sana kau, dasar pencuri pujian ku!"seru Elic manyun melengos dengan tangan mininya yang terlipat di depan dada.

Kau ini bicara apa sih? Haaah.... Padahal serigala itu harusnya tidak bisa datang karena auraku. Aku lupa jika sekarang malam bulan purnama. Gonggongannya sangat menyebalkan.

Wajah Alaric begitu kesal karena rencana untuk menakuti Theron tidak berhasil. Tapi melihat Theron yang masih terkubur, dia berpikir mungkin rencananya masih bisa berjalan jika dia menakuti Theron sekali lagi.

"Hey Kau! Sebaiknya-"

"Baiklah! Baiklah tuan. Saya akan jadi babi. Oh tidak, saya bisa menjadi tikus untuk anda. Tapi tolong biarkan saya bersama anda." Theron menatap Alaric dengan penuh harap.

Elic melayang di belakang Alaric masih tidak peduli. Alaric bahkan tidak mengerti bagaimana Theron bisa berupa pikiran semudah itu. Dan nada bicaranya, sangat berbeda dari saat 3 jam yang lalu.

Tapi tanpa berpikir lebih serius, Alaric menyeringai merasa dirinya telah menang. "Bagus! Sekarang kembalilah tidur dan jangan membuka mata,"

Alaric mengepalkan tangannya, mengangkatnya tinggi tinggi dan menjatuhkannya dengan cepat di atas kepala Theron.

"Tapi tuan-"

BAG!!

* * * *

"TUAN!! BAWA AKU BERSAMAMU!!!"

Theron terduduk dengan tubuh yang basah. Dirinya berada di dalam kamar asrama dan melihat panahannya masih menempel di tembok kamar.

Pintu terbuka. Seorang pria terlihat senang menghampiri Theron yang linglung. "Theron, akhirnya kau bangun juga. Kukira kau sudah mati,"ucap Jeno, teman se kelompok sekaligus teman masa kecil Theron.

"Apa yang semalam kau lakukan di lorong sekitar kelas? Kau pingsan disana dan dibawa oleh anak tingkat kedua. Kupikir kau lah yang ada di berita itu."lanjutnya meletakkan teh di meja sebelah ranjang Theron.

"Berita? Memangnya semalam ada berita apa? Dan kenapa aku bisa pingsan disana?"

Theron mengingat jelas jika dirinya terkubur semalam di dalam hutan. Jelas saja dia bingung dengan penjelasan Jeno.

"Semalam, lagi lagi ada seorang siswa yang meninggal. Tapi seperti sebelumnya, ada bekas tusukan di dada siswa itu, namun pisau atau pun alat yang lain tidak ditemukan di sekitar sana. Sekarang para master sangat sibuk melapor ke istana. Jadi, hari ini kita FREEE!!!" sorak Jeno tiba tiba.

Ada insiden yang terjadi, tapi Jeno malah terlihat bahagia. Melompat lompat dan berputar bersorak kegirangan.

Mendengar berita itu, Theron terpikirkan satu nama di benaknya. Dia berusaha menepis prasangkanya. Tapi tetap saja nama itu penuh dengan kecurigaan. Alaric Eldorion.

"Em... Dimana pangeran kedua?"tanyanya menghentikan tarian kutukan yang dilakukan Jeno. "Kenapa kau memanggilnya begitu sekarang? Dia berada di kamarnya. Setelah kembali dari ruang kesehatan, dia mengurung dirinya sendiri di kamar."

"Bodoh!! Mana mungkin dia ada di kamar! Dia keluar kan?"

"Kau ini kenapa sih? Bahkan Amara Maristia sendiri yang mengecek kamarnya dengan wajah khawatir. Cih! Enak banget dia bisa dikhawatirkan Dewi Maristia seperti itu!"seru Jeno dengan sangat yakin.

Theron beranjak dari ranjangnya mengenakan baju tambahan sebelum akhirnya berjalan pergi melewati Jeno, "Bodoh!! Jangan berkata sembarangan tentangnya kalau kau tidak ingin menyesal!! Aku akan segera kembali,"

"Hey Theron!! Kau mau kemana?"

Theron tidak percaya jika Alaric tidak keluar dari kamarnya semalaman. Dia juga tidak mungkin melompat dari kamar yang berada di lantai 3.

Tapi, penderitaan Theron semalam juga tidak mungkin hanya sekedar mimpi. Itu sangat nyata. Bahkan kepalanya saat ini masih nyeri setelah di pukul dengan tangan Alaric yang terlihat hanya ada tulang saja.

Theron berjalan cepat menuju kamar Alaric. Amara yang melihat itu berteriak agar Theron menghentikan langkahnya yang bisa menganggu Alaric. Tapi tidak ada satupun yang berhasil menghentikannya.

"Kubilang, berhentilah Theron!!"seru Amara menunjuk Theron dengan tatapan tajamnya. Suara itu akhirnya menghentikan Theron namun hanya sebentar.

"Maaf Amara, ada urusan mendadak yang harus ku selesaikan dengan pangeran kedua, kau tidak ingin pangeran kedua terganggu kan? Jadi... Tetaplah disana dan jangan mengikuti ku." Theron melanjutkan langkahnya.

Dan sesuai yang diinginkan Theron, Amara berhenti dengan memiringkan kepalanya heran. "Ada apa dengannya? Dia memanggil Alaric dengan pangeran kedua? Apakah itu baik?"

Meskipun wajahnya terlihat tidak fokus, Amara masih bisa menghentikan Jeno yang hendak mengikuti Theron. "Kau.... Berhentilah disini!"

Tangan Amara memegang lengan Jeno dengan erat. Tapi pria itu malah terlihat senang dibuatnya. "Baiklah, dewiku!"

* * * *

Cklak!!

"Tuan!! Anda didalam?" Theron membuka pintu dengan ekspresi yang berbeda dengan sebelumnya.

Dirinya melihat Alaric yang bersila memusatkan auranya pada sekeliling membentuk dinding berwarna ungu.

Tak lama, dinding itu memudar bersamaan dengan mata Alaric yang berlahan membuka. Mata hitam bak malam tanpa bulan itu melirik Theron dengan ujung bibir yang sedikit terangkat.

"Oh.... Si Babi sudah bangun ya!"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!