4. latihan dimulai

Sore itu, Alaric duduk bersila di tengah tengah tempat latihan Quarxan. Angin sepoi-sepoi mendamaikan pikiran Alaric yang bermeditasi memusatkan tenaga dalamnya.

Beberapa prajurit penjaga memperhatikan Alaric dengan tatapan penuh hinaan.

"Dia masih disini? Bukankah ini sudah terlalu sore?"

"Selama sebulan ini, dia hanya duduk di sana dan sesekali mengangguk angguk. Entah apa yang dia lakukan."

"Halah!! Dia hanya cari perhatian saja. Dengan berada di istana Ruby yang jauh dari istana utama, pria itu pasti sangat bosan dan ingin berlama lama disini."

"Lalu kenapa harus di Quarxan? Di salah satu kamar tamu kan bisa, mengotori saja!!"

"Benar, lalu tentang muntah darahnya itu. Setiap hari pasti ada saja noda darah di tepi lapangan. Benar benar menjijikkan!!"

Alaric yang kini berpindah bergerak mengayunkan pedang kayunya itu terlihat sangat kaku dan bahkan berbeda dengan seni pedang yang di kenali para pengawal.

Mereka yang berkumpul di sisi ruang latihan, memandang dengan keheranan, bahkan beberapa di antaranya tertawa tersedu.

"Melihat Pangeran Kedua berlatih seperti itu benar-benar menggelikan," bisik seorang pelayan sambil menutupi tawanya.

Suara tawa para pelayan semakin keras, mereka sudah tidak segan segan lagi tertawa mengingat betapa buruknya gerakan yang mereka lihat.

Alaric, meski merasakan tatapan merendahkan, tetap fokus pada latihannya.

"Mereka tidak bisa berhenti tertawa ya? Menganggu!!" Elion dengan mini pedang yang ada di tangannya berputar putar cepat mengelilingi Alaric saking kesalnya mendengar suara tawaan para prajurit rendahan itu.

"Atau.... aku bunuh saja mereka."

"Sudahlah, memangnya apa yang bisa kau lakukan? Fokus saja mengajariku. Hari ini, Valerian akan pulang. Dan kita tidak bisa berlatih seperti ini lagi." Masih dengan mengulangi gerakan yang di contohkan Elion. Alaric terlihat lebih fokus dibanding awal pelajaran dulu.

"Sepertinya, muntahmu sedikit berkurang dibanding sebulan yang lalu ya," Elion melipat tangan sombong seakan dia sudah menyembuhkan Alaric dengan kekuatannya.

Gerakan-gerakan yang Alaric pelajari dari Elion memang berbeda, lebih lembut dan penuh kelenturan, seolah tubuhnya menari dengan irama energi dan menyatu dengan angin.

Di tengah-tengah latihan, Alaric menghentikan pedangnya dan menatap tajam para pelayan yang masih juga terpingkal-pingkal. "Apa kalian sudah bosan hidup di kerajaan ini? Berhentilah menatapku dan kembalilah bekerja!"

Para pelayan yang tadinya tertawa, merasa sedikit malu dan terdiam saat melihat ekspresi serius Alaric.

Bahkan Elion juga terdiam melihat betapa menyeramkannya sosok Alaric di depannya. Dan sekilas Elion melihat mata hitam Alaric berubah menjadi merah sepersekian detik.

Alaric kembali melihat pedangnya dan mengayunkannya sekali lagi mengulang dari awal. "Sial!! Kenapa susah sekali!! Ini baru dasarnya kan?"umpatnya kehilangan motivasi.

Elion melayang sedikit tinggi. Dan dari atas terlihat jejak dari tebasan pedang kayu Alaric yang membentuk mawar indah sama seperti yang pernah Elion lihat 300 tahun lalu.

Bukan dasar. Tanpa Alaric tau, dia sudah mencapai level dimana Elion pun belum pernah mencobanya.

"Ingatan yang sangat bagus, padahal dia masih 14 tahun. Sepertinya mengikuti bocah lemah ini akan lebih menarik,"pikir Elion kembali melayang di depan Alaric membenarkan ayunan pedangnya yang sedikit melenceng.

"Nak!"panggil Elion menodong Alaric dengan pedang mininya.

Mata Alaric seketika menatap Elion seakan siap dengan tugas selanjutnya. "Iya Elic, teknik apa selanjutnya?"

Cahaya keluar dengan sangat terang dari tubuh mini Elion. Dan saat cahaya itu meredup, Alaric terbelalak melihat keberadaan pria dewasa berdiri dengan bangga didepannya.

Rambut panjang yang berkibar, mata biru berlian yang memukau dengan busana berwarna putih yang sangat elegan, dan wajah yang begitu memukau seperti melihat malaikat di depan mata.

Dan tak lupa ekspresi sombong menjengkelkan yang khas menyadarkan Alaric siapa sosok di depannya itu. "Ksatria Elion?"panggil Alaric menganga terpesona dengan penampilan Elion yang berubah.

"Huh!! Akhirnya kau memanggil namaku dengan benar bocah!!" Tangan berurat yang tampak seperti pria 20 tahunan terlipat bangga dengan wajahnya yang melengos mengibarkan rambutnya.

Elion, seakan kembali segar berada di wujud aslinya.

"Elic, bagaimana bisa kau berubah menjadi tampan seenak jidat seperti ini? Ini curang namanya!!"

Alaric menunjuk nunjuk Elion tidak terima. Tingginya bahkan lebih tinggi dari tubuh 14 tahun Alaric.

Dengan sombongnya, Elion malah mengelus kepala Alaric dan tersenyum sinis, "Nak, kau tidak akan pernah bisa menjadi sepertiku, mengerti?"

Tangan Alaric menepis Elion tidak terima. Elion hanya tertawa sambil menggeleng gelengkan kepala melihat Alaric yang merengut.

"Baiklah lihat ini baik baik! Aku akan mengajarimu jurus terkuat ku yang bahkan bisa memusnahkan Naga terkuat Elderia."

Elion berjalan sedikit kedepan memunculkan pedang sungguhan sama seperti saat dia memunculkan cangkir teh transparannya.

Dengan seringai kebanggaannya, Elion mengayunkan pedang nya bergerak memutar dan melibas udara dengan sangat cepat.

Gerakannya bagai tarian dewa dengan menggunakan pedang sebagai sajiannya. Alaric seperti melihat kelopak bunga mawar yang beterbangan.

Warna angin biru dan merah mawar yang menyatu membuat Alaric terpesona membeku menatap seluruh gerakan Elion.

Dan pada akhirnya, gerakan tersebut berhenti setelah Elion menebas udara dan setengah berlutut menyeringai pada Alaric.

Jauh di belakang Elion, 15 tempat lampu yang terbuat dari besi tiba tiba terpotong menjadi dua bagian dengan sangat rapi. Suara angin seakan ingin meretakkan dinding dinding Quarxan yang sudah berdiri hampir 50 tahun yang lalu itu.

Bumi bergetar dan bahkan beberapa pengawal berlari mendatangi tempat latihan karena kekhawatiran mereka.

"Alaric!! Apa yang terjadi? Menjauh lah!!"

Suara Valerian bergema dari ujung pintu. Berpikir ruang latihan sangat berbahaya, Valerian berlari mengangkat Alaric menggendong ala kantung beras di bahu sebelah kanannya.

Alaric yang masih terpesona dengan teknik Elion, pasrah di gendong Valerian seperti bocah karena masih membeku menatap Elion yang masih berpose penuh kemenangan dengan seringainya yang tak kunjung padam.

"Waduh, gawat!! Kebablasan ya!!"

Karena sadar Alaric tak terlihat lagi, Elion kembali ke wujud mininya celingukan melihat perbuatan onar yang dia perbuat. "Biarkan saja, toh mereka tidak ada yang tau,"pikirnya mengangkat bahu mengikuti arah Valerian yang membawa Alaric pergi.

* * * *

Hampir sebulan Alaric tidak bertemu dengan Valerian karena ada undangan pernikahan putra dari penguasa perbatasan selatan yang mengharuskan Valerian pergi.

Dalam hati Valerian tidak ingin menghadiri acara tersebut tapi mengingat dirinya harus hadir sebagai ganti Alaric yang lemah, dirinya tidak bisa menolak permintaan itu mentah mentah.

Saat ini, mereka akhirnya bisa makan bersama lagi seperti yang terakhir kali. Dan berbeda dengan yang terakhir kali, Alaric tampak lebih bersemangat memakan semua perjamuan yang di sediakan chef sebagai hadiah kembalinya Valerian dari perbatasan selatan.

Brak!!

"Kau benar benar membuatku pusing, baru sebulan tidak ku awasi, kau mulai melakukan hal hal yang aneh lagi? Kenapa kau tidak hidup dengan tenang saja, Alaric!!"

Valerian tiba tiba mengebrak meja dan membuat beberapa piring hampir terbang karena emosinya.

Melihat tidak ada jawaban dari sang adik, Valerian sedikit melirik Alaric melihat apa yang sebenarnya adiknya itu lakukan.

Tapi Alaric tidak menjawab bukan karena tidak mau menjawab, melainkan karena tidak bisa menjawab.

Karena energinya terkuras habis setelah latihan yang begitu berat, Alaric dengan rakus memakan makanan yang ada di depannya.

Begitu rakus Alaric memakan semuanya hingga Valerian terkejut dengan apa yang dia lihat.

Sang adik yang biasanya hanya makan sedikit, sekarang berubah menjadi babi pemakan segalanya. "Apa kau suka semua?"tanya Valerian tiba tiba.

"He'em!!"

Tidak ada lagi niat untuk memarahi Alaric jika melihat nafsu makannya yang sangat banyak itu.

Valerian kemudian berbisik pada ajudannya agar memanggilkan tabib yang bisa memeriksa kondisi Alaric selama sebulan ini. Dia ingin tau perkembangan apa yang bisa dia lihat dari diri adiknya itu.

* * * *

"Penyakit pangeran masih sama, Yang mulia. Hanya saja ada sedikit perubahan pada masa otot pangeran Alaric. Tapi itu merupakan hal yang bagus."jelas seorang tabib setelah memeriksa keadaan Alaric.

Elion yang tampak penasaran, mengikuti tabib itu mendekati Valerian dan duduk di pangkuan sang putra mahkota. "Oh... Jadi begini pandangan anak ini?"

"Elic!! Pergi dari sana!!"

"Apa!?"

Tanpa sadar, Alaric membentak Elion yang tepat berada di pangkuan Valerian dan yang jelas menjadi kesalahpahaman untuk Valerian.

"Maaf yang mulia, sepertinya pangeran Alaric sedikit capek karena kesibukan hari ini, jadi-" sang tabib yang ikut terkejut berusaha mengimbangi Alaric agar pertumpahan darah antar saudara tidak terjadi di hadapannya.

"Iya, aku tau!" Valerian berdiri berpindah mendekati Alaric membuat Elion mau tak mau menembus dan menjadi duduk di kursi dengan wajah tanpa dosa sama sekali. "Kalau begitu, sebaiknya kau tidak tidur di kamarku hari ini! Tidurlah di kamar sebelah,"

Telunjuk Valerian menunjuk pada pintu kamarnya yang terbuka lebar. Dia seakan menyuruh Alaric segera pergi dari kamarnya dengan begitu kasar.

"Maksudku tadi bukan begitu, aku hanya-" Alaric melirik Elion mini yang melengos tidak peduli itu dengan kesal.

"Pergi sekarang Alaric!!"

Kumohon pergilah, aku merasa bersalah meninggalkanmu selama sebulan hanya untuk hal yang tidak penting. Kau pantas membenciku.

Alaric terkejut karena sekali lagi mendengar isi pikiran Valerian. Dia celingukan melihat bagian mana dari dirinya yang menyentuh Valerian. Sampai akhirnya dia menyadari jika ternyata kakinya menyentuh ujung sepatu Valerian.

Dia pun langsung berdiri dan berjalan meninggalkan kamar Valerian dengan santai. "Aku tidak membencimu. Dan terima kasih sudah pergi untuk menggantikan ku hadir di acara membosankan itu,"ujar Alaric tanpa berbalik.

Tapi Elion bisa melihat jelas wajah malu Alaric saat mengucapkan terimakasih pada Valerian. "Dasar!! Kedua bocah ini memang menjengkelkan!"

.

.

Karya ini merupakan karya jalur Kreatif

Terpopuler

Comments

nia kurniawati

nia kurniawati

manis sekali Alaric dan Valerian.. mereka saling menyayangi dengan cara unik😍

2024-02-11

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!