7. Malam yang panjang

"Wah wah,,, melihat busananya, sepertinya.... dia seorang bangsawan,"pikir salah satu penjahat meneliti Alaric dari atas sampai bawah.

"Menyedihkan juga melihat seorang bangsawan terjatuh dan menyerahkan dirinya sendiri pada kita."

"Darah bangsawan pasti akan mahal kan?"

Alaric yang sudah terikat disebelah kurungan Elf itu hanya pasrah pada keadaan. Wajahnya sudah pucat dengan tubuh yang kurusnya yang sudah lemas.

Sedangkan Elic masih santai menikmati acara minum teh dengan miniatur rumah tehnya.

"Biarkan saja dia menyadari dulu perbuatan cerobohnya itu. Yah.... Kalau itu aku sih bisa langsung "win". Tapi mau gimana lagi, pemikiran bocah 14 itu tentu saja masih ke kanak kanakan. Aku akan melepaskannya sebentar lagi. Jika teh ini sudah habis diminum Mimi. Silahkan diminum teh ya, Mimi!"

Elic menyodorkan cangkir teh mininya pada boneka transparan yang dia buat duduk di kursi menemaninya.

Sementara Elic asyik dengan perayaannya yang aneh, tiba-tiba suasana berubah drastis. Alaric mengeluarkan aura dingin yang membingungkan para penjahat yang menahannya. Elic, yang semula merasa enteng, tiba-tiba merasakan perubahan tersebut dan menghentikan pesta miniatur-nya.

Alaric yang sekarang berdiri dihadapan para penjahat, masih dengan tangan terikat. Bedanya, di balik tubuhnya sebuah ranting dia genggam dengan sekuat tenaga. Ekspresi wajahnya yang tadinya diremehkan berubah menjadi dingin membuat para penjahat menjadi takut.

Elic, yang sebelumnya berniat untuk membebaskan Alaric secara santai, kini terkejut dengan perubahan drastis itu. Dia melihat hal yang pernah sekali dia lihat sekilas pada sosok Alaric tersebut, "Alaric, mata merah itu...."

Mata hitam Alaric berubah merah se-kental darah.

Tanpa mengucapkan sepatah kata pun, Alaric melibas ranting ditangannya dengan kecepatan yang memukau, membebaskan dirinya dari ikatan yang mengikatnya. Para penjahat, yang tadinya merasa memiliki kendali penuh, sekarang mendapati diri mereka menjadi mangsa keahlian baru yang dimiliki Alaric.

"Bocah ingusan ini!! Semuanya, ikat dia lagi!!" Pria yang sepertinya pemimpin penjahat itu memberi kode pada yang lainnya untuk maju.

Gerakan tangan Alaric kembali sangat cepat. Dengan rantinya, dia melibas bagian belakangnya dan suara daun berserakan terdengar begitu nyaring di telinga.

3 pohon kayu tumbang secara tiba tiba.

Karena masih belum ada yang maju mendekatinya, Alaric masih dengan wajah datarnya berjalan mendekat dan memberi tatapan tajam pada sang pemimpin komplotan itu. "Haruskah aku membuat kalian seperti pohon disana?"

Tatapan dengan niat membunuh didukung mata merah yang terlihat seakan menyala di kegelapan malam. Para penjahat pun bergidik ngeri di buatnya.

"Sialan!! Kau hanya bocah pendek. Jangan berlagak!!" Pedang yang tersarung saat ini keluar dengan sangat cepat.

Suara gesekan pedang yang bersiap melawan ranting Alaric tampak sangat mengerikan. Pedang dengan ukiran nama pemiliknya.

"Alaric, pedang itu tidak bisa sebanding dengan-"

Srak rak sraaak...... Tring.....

Belum selesai Elic berbicara, pedang dengan ukiran itu sudah terbelah menjadi dua dan tergeletak ditanah.

Dan dengan gerakan cepat teknik peringan tubuh, Alaric seperti melayang diudara dan menangkap penjahat lainnya dengan sangat cepat.

Tali yang tadinya mengikat tubuhnya, kini beralih mengikat para penjahat itu dengan sangat erat. Bahkan Alaric sampai menggunakan kakinya untuk memberi tambahan daya agar semakin kencang ikatannya.

Elic tidak bisa berhenti kagum dengan apa yang dia lihat. Semua teknik yang digunakan Alaric sangat mirip dengan apa yang biasa dilakukan di masa lalu.

Itu.... Seperti melihat bayangan dirinya sendiri dari tubuh Alaric. Kini, mata merah yang tadi dia lihat bersamaan dengan sikap dingin Alaric sudah kembali menjadi gelap. Bahkan sifat Alaric yang ceroboh dengan mengejek para penjahat itu sudah kembali seperti semula.

"Elic, sudah selesai kan? Sekarang tunjukkan jalan ke guanya dengan cep-"

Uhuk!!

Darah segar mengalir keluar dari mulut Alaric. Kulitnya kembali pucat, dengan segera Elic menepuk pundak Alaric bosan dengan situasi yang sama berulang kali. "Kalau sudah lemah, jangan banyak tingkah!! Bocah ini!!!"

"Maaf tuan, batuk itu akan semakin parah jika terus dibiarkan. Makanlah dedaunan ini tuan, ini bisa sedikit merendahkan gejala muntah darah ini."

Salah satu elf memberikan beberapa dedaunan pada Alaric. Tangannya yang putih dengan wajah yang sangat mempesona, gadis elf itu tersenyum pada Alaric.

Berbeda dengan pemuda elf satunya yang menendang nendang batu setelah berisik membuka kurungan itu dengan tendangan kakinya.

Kedua elf itu sangat mengagumkan dengan paras yang sangat rupawan.

Alaric dengan dorongan Elic mengambil daun itu dan cepat memasukkannya kedalam mulut seakan menyumbat darahnya agar tidak keluar lagi.

Gadis elf itu awalnya syok dengan tindakan Alaric, namun dia kemudian kembali tersenyum seraya mengulurkan tangannya, "Saya Tiara, dan di sebelah sana itu teman saya Chris. Kami berterima kasih karena tuan sudah membantu kami melawan penculik itu,"

Gadis elf bernama Tiara itu sedikit membungkuk dengan tangannya yang memaksa pemuda disampingnya ikut membungkuk itu terlihat sangat sopan.

Merasa tubuhnya sedikit pulih, Alaric berdiri membelakangi kedua elf itu.

"Hey!! Tiara sudah berterima kasih seperti itu dan kau masih terlihat angkuh!! Dasar!! Semua bangsawan sama saja!!"

Chris berteriak teriak dengan Tiara yang mencegahnya mendekati Alaric. Namun, Alaric tetap berjalan mendekati kurungan dan mengambil sesuatu yang tergeletak dibawah kurungan itu.

Sebuah permata Ruby berbentuk mawar yang dia kenal sering berada di istananya tiba tiba saja terlihat di sekitar sana saat dia tertangkap. Jelas itu membuatnya bingung.

"Itu permata kami!! Kembalikan!?" Chris melepas tangan Tiara dan merampas permata itu dari Alaric. "Apa kau juga mengincar permata ini?"

Pertanyaan yang bodoh bagi Alaric, namun melihat benda unik yang hanya ada di dalam istana Ruby bisa ada di tangan seorang elf, menarik perhatiannya. "Aku tidak tau kebodohan apa yang kalian lakukan hingga bisa tertangkap seperti itu. Jika sudah selesai, harusnya kalian langsung pergi dan meninggalkanku kan? Sekarang cepat pergi!"

Chris dan Tiara tampak terkejut mendengar perintah Alaric. Tatapan tajam Alaric menyiratkan sebuah ancaman bahkan bagi Chris sekalipun.

"Baik tuan, kami akan pergi. Sekali lagi, terima kasih atas bantuannya!!" Tiara sedikit membungkuk sebelum akhirnya menarik Chris pergi dari hadapan Alaric.

Alaric melengos kembali membelakangi mereka berdua, "Tendanganmu sudah sangat luar biasa. Kalau kau terus melatihnya setiap hari, kau mungkin akan menjadi ahli bela diri jarak dekat yang hebat," ujar Alaric dengan nada datar mengingat tendangan Chris yang dia lihat sebelumnya.

Mendengar itu, Chris sedikit berhenti dan kemudian menyeringai memperlihatkan gigi putihnya.

"Tentu saja! Jika kita bertemu lagi, akan ku perlihatkan kekuatan tendangan itu padamu!!"

"Chris, ayo cepat kita pergi!"

Mereka kemudian perlahan hilang di balik semak semak. Dan keheningan pun menguasai sekitar Alaric.

"Kau yakin tuh?" Elic tiba tiba bersuara memecah keheningan yang mendamaikan Alaric, "tentang apa?"

"Kau yakin mau melihat tendangan bocah tadi tepat di perutmu? Kau bisa saja mati saat itu juga,"

Alaric tertawa, "Mana mungkin kita bertemu lagi kan? Sudahlah tunjukkan aku jalan ke gua itu. Malam sudah semakin larut!"

"Huh! Tanpa kau kasih tau pun aku sudah mau meninggalkanmu tadi,"

Elic melenggang melayang menjauh dari Alaric dengan ketus. Meskipun dengan jalan yang tertatih tatih, Alaric mengikuti Elic tanpa berkata apapun.

"Nanti tunjukan punggungmu padaku"

"Kenapa tiba tiba? Ah... Elic! Jangan jangan kau...." Alaric menyilangkan tangannya tepat di depan dada memasang wajah jijik yang menjengkelkan. "Bukan itu!! Bocah!! Kau bisa membuat orang salah paham!!"

"Memangnya kenapa? Kau tidak terlihat kan? Dan sekarang juga tidak ada orang!"

"Bocah ini!!!!"

Disisi lain, Chris dan Tiara yang sudah kembali ke desanya mendapat sambutan hangat dari pimpinan Elf yang mengkhawatirkan mereka.

Chris memberikan Ruby mawar itu pada pimpinan dan meminta maaf karena hampir menghilangkannya.

Sedangkan Tiara, tanpa sadar mengenggam sesuatu ditangannya dan melihat pin emas berbentuk mawar yang ternyata ada didalam genggamannya.

"Apa yang kau pegang itu, Tiara?"tanya wanita yang menjadi pimpinan para elf itu penasaran karena melihat wajah Tiara yang mendadak gelisah.

"Sepertinya aku tidak sengaja membawa barang penting milik orang yang menyelamatkan kami, bagaimana ini bunda?" Tiara memperlihatkan pin emas itu pada sang ibu yang mengelus rambutnya.

Pin itu terlihat bersinar ditengah malam yang harusnya sangat gelap. Eleina, ratu elf terlihat seperti mengenal pin yang merupakan lambang kerajaan itu.

"Ini kan...."

Terpopuler

Comments

nia kurniawati

nia kurniawati

Alaric kereeen... 😍

2024-02-11

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!