"Flo, sadarlah! Astaga, kenapa kau harus lakukan ini? Padahal aku sudah berjanji untuk terus menjaga dan memastikan kau baik-baik saja." Jingga terus mendekap tubuh lemah Flora, sembari satu tangannya menahan darah yang masih terus mengucur dari telapak tangan gadis tersebut.
Jingga lalu mengangkat tubuh Flora, melihat hal itu Xeraina segera mendekat.
"Jingga, kau akan membawanya ke mana?"
Jingga menoleh, menatap Xeraina dengan tatapan lekat. "Bukan urusanmu, Xera," ucap pria itu yang seketika membuat Xeraina tercengang.
Pria di depannya ini begitu berbeda. Lelaki yang semalam menyentuhnya dengan penuh cinta dan kelembutan kini terlihat begitu asing, hal itu yang semakin membuat Xeraina tersadar kalau dia memang sama sekali tidak mengenali pria itu lagi. Xeraina memang begitu bodoh, begitu murahan. Tanpa menyelidiki dan mengenal lebih dalam, ia langsung menerima tawaran kenikmatan yang diberikan oleh Jingga. Akan tetapi, lihatlah sekarang, pria itu terlihat sangat menyesal karena telah memilihnya dan selingkuh dari Flora.
Bodoh! Kau memang sangat bodoh, Xeraina.
Karena terlalu percaya diri bahwa Jingga berhasil tergoda padanya, tanpa berpikir lebih jauh dia memilih menjadi wanita murahan. Tanpa berpikir lebih jauh lagi apa yang bisa terjadi di antara mereka. Sialan!
Xeraina mendekat, sama sekali tidak memperdulikan pria itu yang seolah mengacuhkannya. "Biar aku bantu, Jingga."
Jingga sontak mundur, dan membuat Xeraina merasa tersinggung karena ditolak secara terang-terangan. "Tidak perlu. Aku mohon silakan pergi dari sini, Xera."
Pria yang sejak semalam sampai tadi pagi masih mengeluarkan kalimat-kalimat lembut, serta godaan-godaan yang penuh dengan kehangatan, kini malah membentaknya. Hal itu yang membuat Xeraina benar-benar merasa sakit hati, terlebih mendengar kalimat pengusiran itu.
Tanpa memperdulikan keadaannya yang kini tengah berusaha menahan air mata yang sudah menggenang di pelupuk matanya, Jingga lantas meninggalkannya dengan Flora yang berada di dalam gendongannya dan masih tidak sadarkan diri. Xeraina tidak tahu mereka akan ke mana, lidahnya masih berubah kelu mendengar bentakan tersebut.
Sementara itu, air matanya perlahan meluruh membasahi pipinya bersamaan dengan pintu apartemen Jingga yang tertutup meninggalkan debuman yang cukup keras. Meninggalkan Xeraina dalam kesunyian dengan mata yang mengabur memandangi tempat menghilangnya pria itu. Xeraina mengepalkan kedua tangannya erat-erat, dengan air mata yang semakin deras mengucur. Sungguh, ia tidak tahu kenapa merasa sesakit ini. Bisa dikatakan, setelah kejadian itu, ini adalah pertama kalinya dia kembali mengeluarkan air mata karena lelaki. Benar-benar sialan!
Xeraina tidak ingin terlalu lama berlarut-larut dalam kesedihannya, ia tidak ingin menunjukkan kelemahannya pada makhluk berjenis kelamin pria. Mereka semua sama saja, dan Xeraina bersumpah tidak ingin mengenal pria itu lagi. Kalau Jingga sudah membuangnya, maka Xeraina pun juga bisa melakukannya. Bukankah sejak kejadian itu, Xeraina bukanlah Xeraina yang dulu. Bukan dia yang dicampakkan oleh pria, melainkan dialah yang akan membuat lelaki bertekuk lutut untuk mengharapkan cintanya. Dan Jingga tidak membuangnya, melainkan dia yang akan membuang pria itu. Shit!
Sembari menghapus air mata yang sangat lancang menyapa pipinya dengan kasar, Xeraina menghentakkan kedua kakinya untuk mengganti kimono yang ditemukannya dengan gaunnya semalam. Lalu, setelah itu dia langsung meninggalkan apartemen tersebut. Di dalam hati, Xeraina berjanji kalau dia tidak akan pernah mau mengenal Jingga kembali, dan dia pun bersumpah akan membuat Jingga membalas air mata yang dikeluarkannya hari ini.
Ya, dan Xeraina pasti akan membuat janjinya itu terkabul. Jingga akan membalas air mata dan kesedihannya hari ini. Dasar, pria brengsek!
****
"Bagaimana keadaannya, Meira?" tanya Jingga kemudian setelah dokter yang bernama Meira itu telah selesai memeriksa keadaan Flora yang masih tak sadarkan diri.
"Dia kembali terguncang, Ga. Bayangan dari masa lalu kembali mendatanginya. Sebenarnya apa yang terjadi padanya sehingga bisa kembali drop seperti ini?"
Meira adalah teman Jingga semasa SMA, sehingga mereka berbicara dengan santai. Meira juga yang telah menjadi dokter pribadi Flora selama ini dan tahu akan masa lalu gadis tersebut serta rasa traumanya selama ini.
Jingga menggaruk pelipisnya, merasa malu untuk membeberkan kejadian yang telah membuat trauma Flora kembali. Tetapi pandangan wanita di depannya itu terlihat menuntut meminta penjelasan. Sehingga mau tidak mau, Jingga akhirnya mengatakan semuanya.
"Dia … dia melihatku bersama seorang perempuan di dalam kamar. Sehingga aku merasa hal itu yang menjadi pemicu rasa ketakutannya kembali lagi. Karena dia melihat kami."
Meira mendesah pelan. "Astaga, sejak awal aku selalu mewanti-wanti agar kau tidak membawa kekasih one night stand kamu itu ke tempat yang bisa didatangi dengan mudah oleh Flora, apalagi ini apartemen yang Flora pun tahu sandinya. Kenapa kau begitu teledor, sedangkan di luar sana banyak hotel untuk kau melampiaskan gairah-gairahmu tanpa terganggu oleh Flora."
Jingga memang mengakui kesalahannya kali ini. Dia memang benar-benar bodoh karena telah melupakan keberadaan Flora sehingga dia membawa Xeraina ke ranah pribadinya. Tetapi, dia lebih kesal pada Meira saat dia menganggap Xeraina itu adalah kekasih one night stand-nya.
"Dia bukan kekasih one night stand-ku. Dan ya, aku memang mengakui kesalahanku karena aku melupakan keberadaan Flora dan malah membawanya ke tempatku, alih-alih ke hotel seperti perkataanmu itu."
Meira melayangkan tatapan menyipit ke arah Jingga. "Melihat kau begitu membelanya dan mengatakan bukan sekedar wanita bayaran. Jadi, apakah sekarang kau mengatakan bahwa dia adalah kekasih yang kau cintai?"
"Itu …."
Jingga tampak gelagapan mendapatkan pertanyaan seperti itu. Ia tidak tahu hubungan apa yang dia jalani dengan Xeraina, hanya saja dia begitu bahagia bila bersama wanita tersebut. Bahkan ia melupakan keberadaan Flora, hanya karena wanita itu. Katakanlah, Xeraina berhasil mengalihkan dunianya dan seakan-akan ia ingin hidup bersama wanita itu tanpa dihantui rasa takut yang selama ini menemani kehidupannya.
Tetapi setelah kejadian ini, Jingga sadar kalau dia tidak pantas untuk wanita sesempurna Xeraina. Dia begitu indah, sedangkan dirinya memiliki segudang tanggung jawab yang tak akan bisa dibagi kepada siapa pun. Bahkan, ia mengingat dengan jelas bagaimana mata wanita itu yang berkaca-kaca saat ia melontarkan kalimat bentakan. Kalimat yang langsung disesalinya, tetapi ia tidak punya kesempatan untuk meminta maaf dan mengakui kesalahannya. Hanya saja, ini adalah yang terbaik. Mereka memang tidak akan bisa bersama, sampai kapan pun.
"Apakah karena wanita itu kau melupakan keberadaan Flora, makanya kau membawanya ke apartemenmu, bercinta dan memperlihatkannya pada gadis lemah ini?"
Sungguh, ingin sekali Jingga mendebat kalimat wanita itu. Tetapi sedikit banyak dari kalimatnya, semuanya memang benar. Xeraina memang telah membuat Jingga sekilas melupakan keberadaan Flora, melupakan tanggung jawabnya, dan hanya ingin menciptakan satu kebahagiaan dengan Xeraina. Namun ia ternyata salah, sampai kapan pun dia tidak akan pernah bahagia, karena dia tidak akan mungkin mendapatkan kebahagiaan setelah melakukan kesalahan besar selama ini.
"Tahukah kamu, Flora kembali melukai dirinya. Dan itu pertanda kalau gadis itu sedang tidak baik-baik saja, kewarasannya kembali terganggu dan kau sama sekali tidak menyadarinya, dia—"
"A—apa? Flora kembali melukai dirinya, apa maksudmu?" potong Jingga terlalu cepat, tak membiarkan Meira melanjutkan kalimatnya.
Meira dengan cepat membuka lengan baju Flora dan memperlihatkan bekas luka yang masih basah dan sudah diolesi obat, terlihat jelas luka itu masih baru. Jadi, selain melukai dirinya dengan pecahan beling, ternyata sebelum itu ia sudah mengiris lengan dalamnya dengan benda tajam.
Astaga … kenapa dia begitu bodoh. Selama ini ia berkoar-koar untuk menjaga Flora, nyatanya dia kembali kecolongan. Wanita itu sama sekali belum sembuh seperti perkataannya selama ini, gadis itu hanya mencoba meyakinkannya. Tetapi kenyataannya, gadis itu masih bermain-main dengan maut di belakangnya.
Kenapa … kenapa kau terus menyembunyikan segalanya, Flora? Kenapa kau tidak pernah terbuka, dan kenapa kau selalu berpura-pura baik-baik saja?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 96 Episodes
Comments