Mereka berdua berada dalam kamar Nathan yang didominasi warna grey dan Nathan membopong Xeraina menuju ranjang king sizenya.
"Nathan ..." desah Xeraina sudah tidak tahan lagi.
Nathan tersenyum sambil membuka habis semua pakaian yang melekat di tubuhnya tanpa melepaskan pandangan panasnya pada Xera. Kini tubuh atletisnya terpampang dengan jelas di depan wanita itu.
"Aku mencintai kamu, Xera!" ucap Nathan lembut sambil merangkak untuk membubuhkan kecupan di bibir Xeraina. Mereka saling mengecup dengan penuh gairah, saling menghisap dan mengaitkan lidah satu sama lain.
Xeraina tidak menjawab, dia hanya mendesah dan menikmati Nathan berada dalam tubuhnya.
Ada jeda yang hanya diisi dengan deru napas yang semakin menderu saat perlahan Nathan mendorong tubuhnya untuk memenuhi Xeraina. Dan pekikan kecil wanita itu membuat Nathan menyeringai bangga dan mengecup Xeraina sejenak sebelum mulai menggerakkan tubuhnya.
Dan, malam semakin larut. Mereka berdua terjebak dalam mahligai indah dan mengarungi malam yang panjang.
****
“Xera, andai kata, papaku dan mama Fanny tidak menikah. Apakah semuanya akan berbeda?” suara dalam Nathan terdengar seperti pria yang terpuaskan, tenang dan jinak.
Xeraina menguap, tampak kelelahan setelah pergulatan panas mereka. “Mungkin.”
Nathan mengeratkan rangkulannya. “Kenapa kamu bisa berubah pikiran untuk menerimaku. Padahal kamu menolakku sangat keras pada awalnya?”
Xeraina mendongak menatap ke dalaman bola mata Nathan. Ini bukanlah obrolan sebatas pengantar tidur, ada keseriusan dalam bola mata Nathan saat menanyakan hal itu. “Karena kamu menjanjikan sesuatu yang orang lain tidak bisa lakukan. Dan aku butuh akan hal itu. Aku dan mamaku bisa bahagia adalah prioritas utamaku.”
“Apakah kamu sudah bahagia?”
“Sebenarnya apa yang ingin kamu dengar, Nath?”
Nathan menghela napasnya berat. “Jujur sama aku kalau kamu sudah melupakan Rayhan. Sudah menghilangkannya dari pikiran kamu dan menggantinya dengan aku.”
Xeraina menggeleng dengan cepat. Lalu kembali berkata, “Aku nggak bisa, Nath. Permintaan kamu sangat mustahil, sulit aku penuhi.”
“Tetapi kenapa?” Nathan masih keras kepala. “Bukankah aku sudah mengeluarkan kamu dari rumah neraka itu? Ibu kamu bahkan aku izinkan menikahi ayahku.”
Nathan masih belum mengerti dengan jalan pikiran Xeraina. Dia sudah melakukan apa pun untuk wanita itu, jadi bisakah Nathan juga meminta hasil kerja kerasnya? Anggaplah dia sedang meminta timbal balik akan kebaikannya, dan dia berharap Xeraina membayarnya dengan balas mencintainya.
"Please ... jangan ungkit itu lagi, Nathan!" Xeraina mendesis. Sungguh perasaannya mual mendengar kalimat itu, kalimat yang dilontarkan Nathan kembali mengulik masa lalunya yang begitu kelam, yang selama ini Xeraina berusaha untuk dimusnahkan dari pikirannya.
Nathan memeluk tubuh Xeraina dengan erat, mengalirkan segala kekuatan untuk wanita itu. "Aku Mohon, Xera. Tolong cintai aku sama seperti kamu mencintai Rayhan." Nathan sudah kehilangan arah, ia bahkan memohon untuk dicintai, terlepas ia mengetahui hubungan keduanya yang sampai kapan pun tidak bisa bersatu.
Xera meronta berusaha lepas dari kungkungan pelukan Nathan. Walaupun sia-sia, karena Nathan terlalu erat mendekap tubuh wanita itu. “Sebenarnya apa yang kau inginkan dari semua ini, Nathan?” teriaknya dengan keras. Merasa putus asa dengan Nathan yang sangat pemaksa dan keras kepala.
"Balas budi. Aku hanya ingin kau juga memberikan hatimu setelah apa yang aku lakukan kepada hidupmu dan ibu kamu.”
“Egois kamu!” Xera bangun dari pembaringan setelah Nathan melepas pelukannya. “Apakah tubuhku masih belum cukup? Kenapa kini kamu juga meminta hatiku?”
Nathan ikut bangun, memeluk tubuh Xera dari belakang. Menumpukan dagunya di bahu wanita itu. “Karena aku mencintai kamu, Xera. Apakah itu belum cukup untuk kamu juga membalas perasaanku?”
"Tetapi aku tidak mencintai kamu," desis Xeraina.
Nathan mendengkus. "Cinta bisa tumbuh kapan saja, Xera. Selama kamu ada usaha untuk membalas perasaanku, itu tidak akan sulit. Bukankah kebersamaan dan apa yang kita lakukan sudah lebih dari seorang kekasih. Ini semua tidak sulit, Xera."
“Xeraina, ayo kita menikah!” lanjut Nathan kembali saat menyadari tubuh dalam pelukannya menegang.
Xera menoleh lalu mendesis, “Kamu pasti sudah gila!” umpatnya dengan kasar.
"Aku serius. Ayo kita menikah! Dan aku janji akan mencintai dan menghormatimu dengan baik, Xeraina."
Bola mata wanita itu berkaca-kaca. Dia sebenarnya sangat bahagia mendengar lamaran itu. Tetapi bagaimana mungkin? Ini Nathan, pria yang tidak boleh dicintai sampai kapan pun. Xeraina juga merasa dia sangat tidak pantas untuk pria se-sempurna Nathan. Dia rusak dan kotor.
"Kamu sadar nggak sih kalau kita itu saudara?" tanya Xeraina dengan nada putus asa.
Nathan mendesah samar, lalu melepas pelukannya. “Aku sadar. Kita memang saudara, tetapi bukan sekandung. Kita bisa menikah tanpa orang-orang mengeluarkan suara selama aku punya kekuasaan. Tidak ada yang perlu dicemaskan, Xera. Kamu hanya perlu diam dan menerimaku, itu saja.”
Xera menggeleng-geleng putus asa. Mengusap kedua matanya yang sudah banjir air mata, meski sia-sia. Kecewa? Tentu saja. Ternyata orang yang dianggap sebagai penyelamatnya, hero-nya ternyata tidak lebih dari iblis yang sewaktu-waktu akan mengambil jiwanya dengan paksa. Ternyata pria ini punya maksud lain terhadapnya.
“Aku tidak mencintaimu!” lirihnya dengan tegas.
“Bohong!” raung pria itu. Ternyata Nathan sekeras kepala itu. “Kamu bohong sama aku, Xera. Lalu kenapa kamu membalas sentuhanku, bahkan mendesah di bawahku. Kamu menerimaku selama ini. Itu apa namanya kalau bukan cinta?”
“Terpaksa,” Xera mengangkat dagunya dengan pongah. “Asal kamu tahu, Nath. Kamu tidak bisa membeli yang namanya hati hanya dengan kekuasaan yang kamu elu-elukan itu. Seperti katamu tadi aku hanya wanita murahan yang memilih mendesah demi mencari perlindungan dari kamu. Sebelumnya, terima kasih karena telah mengingatkanku kalau aku serendah itu.”
“Xera ....”
“Aku belum selesai, Nathan. Kamu tidak mencintaiku asal kamu tahu, tetapi itu hanya obsesi semata untuk memperlihatkan ke mata dunia bawa kamu bisa menundukkan siapa pun di bawah kaki kamu, termasuk aku.”
“Kamu salah, Xera. Aku benar-benar mencintai kamu. Ini bukan hanya obsesi semata seperti katamu tadi.”
“Stop, Nath!” Xeraina mengangkat tangannya, mencoba tersenyum dan memberi penjelasan kepada pria keras kepala di depannya. “Harusnya hubungan papa Adrian dan mama Fanny sudah menjadi jawaban kalau kita memang tidak bisa bersama. Mereka saling mencintai, kita tidak boleh seegois itu.”
“Aku nggak bisa, Xera.” Nathan menunduk kalah.
Xeraina mengambil tangan Nathan, mengusapnya lembut. “Pasti bisa. Kita bisa menjadi sahabat seperti sebelumnya. Dan kalau misal kamu meminta tubuhku aku akan memberinya, tetapi maaf ... tidak dengan hatiku. Aku tahu sahabat tidak bercinta, tetapi bukankah hubungan kita memang lebih dari apa pun itu?”
Ucapan itu ditutup dengan senyuman. Lalu dia maju memeluk tubuh Nathan yang diam mencerna kata-katanya.
Xeraina tahu, pria ini sebenarnya lelaki yang baik. Dia hanya dibutakan dengan keegoisan dan rasa obsesi. Tugas Xeraina, untuk mengantarkan pria penyelamatnya ini untuk menemukan kebahagian. Kebahagiaan yang tidak ada pada dirinya, tetapi mungkin kepada wanita lain di luar sana.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 96 Episodes
Comments