Pada akhirnya, seperti pada rencana awalnya Jingga dan tim lainnya mengadakan acara makan malam bersama dengan tim lainnya sebagai awal dari kerja sama mereka dengan pihak Infotainment Agency.
Meskipun dengan berat hati membiarkan Flora pulang sendiri dengan mobil Xeraina, Jingga tetap melakukannya. Dan berusaha meyakinkan diri kalau gadis itu pasti baik-baik saja.Setelah dia sampai di tempat makan ini, Jingga sempat mengirimkan pesan menanyakan tentang keadaan Flora, tetapi gadis itu tak kunjung membalas pesannya. Meskipun ada rasa khawatir yang menghantuinya, dia berusaha sekeras mungkin meyakinkan diri kalau gadis itu pasti baik-baik saja dan mungkin saja dia sedang tertidur sehingga tidak sempat membalas pesannya. Ya, pasti itu alasannya.
Sedangkan Xeraina yang mengambil tempat di sampingnya, sejak kakinya menyambangi tempat ini, dia tak henti-hentinya mengamati tempat perayaan makan malam mereka. Makan malam mereka dilakukan di tempat rumah makan lesehan, hal itulah yang membuat Xeraina mempertanyakan kepopuleran Jingga dan perusahan periklanannya. Demi Tuhan! Tidak bisakah Jingga menyediakan tempat makan yang lebih berkelas dari pada tempat ini?
"Oke, semoga kerjasama kita berhasil untuk ke depannya. Cheers!" ucap Jingga sambil menaikkan gelas mungil berisi alkohol miliknya.
"Cheers!" jawab yang lainnya dengan nada keras yang semakin membuat suasana semakin ramai.
Mereka kembali mengobrol santai, sembari memperbincangkan agenda dua hari kemudian. Tema pemotretan kali ini adalah bertemakan kolam renang, karena Flora tidak berada di sini, Xeraina mencatat sendiri agenda dua hari kemudian itu yang akan dilakukan di sebuah hotel yang menyediakan kolam renang mewah yang sebelumnya sudah di visit oleh sekretaris Jingga.
"Jadi bagaimana, kau masih menginginkan aku yang memotretmu?" tanya Jingga begitu tiba-tiba di samping telinga Xeraina dengan suara seraknya yang entah kenapa terdengar begitu menggoda di telinga Xeraina.
Xeraina menoleh, dan wajah Jingga yang sudah begitu dekat dari wajahnya membuatnya refleks mundur. Kemudian dengan suara yang tak kalah seraknya, dia membuka suara, "Aku tidak pernah memilih-milih siapa pun yang memotretku selama dia bersikap profesional."
"Jadi, apakah kau meragukan keprofesionalanku?" tanya Jingga sembari mengerlingkan matanya.
Apakah ini sebuah pertanda kalau pemotretan nanti Jingga yang akan kembali turun tangan? Entah kenapa, perasaan hangat menyelusup ke dalam hati Xeraina. Dia merasa sangat spesial karena Jingga yang terkenal sudah berhenti memegang kamera, dan lebih memfokuskan diri untuk merintis perusahaan periklanannya. Tetapi ternyata, demi seorang model seperti Xeraina dia memilih turun tangan langsung.
Xeraina memasang senyum lebarnya. "Apakah ini pertanda bahwa Anda masih berniat memotretku, Pak Jingga?"
"Kalau itu yang kau inginkan, My Queen," balas Jingga kembali yang membuat Xeraina tersipu malu dan tidak bisa menyembunyikan wajah memerahnya.
Gosh! Apa ini? Dia tengah bersemu malu pada partner kerjanya? Tetapi bukankah pria di depannya ini secara terang-terangan menggodanya dan 'My Queen'? Entah kenapa dia sangat suka mendengar kata itu terucap dari bibir seksi Jingga.
Xeraina tidak membiarkan perasaan aneh itu terlalu lama menguasainya, dia kemudian kembali membuka suara, "Oh iya, ngomongin tentang pemotretan nanti di kolam renang. Apakah pemotretan dilakukan dengan menggunakan pakaian renang?" tanya Xeraina pada Jingga setelah rasa malu-malunya berangsur-angsur menghilang.
Jingga menoleh kemudian mengangguk. "Keberatan?"
Xeraina menggeleng. "Tidak. Asal Anda tahu, saya itu juga model profesional," lanjutnya sedikit terkekeh.
"Bagus. Lagipula kamu tidak perlu malu atau tidak percaya diri. Kamu itu cantik dan kamu juga seksi," jawab Jingga tegas.
"Apakah Bapak Jingga yang terhormat sedang menggoda saya? Karena saya rasa sejak tadi Anda melontarkan kalimat-kalimat penuh godaan," tanya Xeraina sambil menyipitkan matanya.
Jingga tergelak dan meneguk isi minumannya. "Asal kamu tahu, saya tidak menggoda klien kalau itu yang kamu takutkan."
Ada sedikit rasa kesal di dalam hati Xeraina mendengar kalimat jujur yang dilontarkan oleh Jingga. Dia memang pernah mendengar selentingan yang mengatakan bahwa Jingga sangat menjaga hubungan profesional dengan kliennya. Dan selama ini Xeraina sangat menghargai orang yang memiliki pemikiran seperti yang dimiliki oleh Jingga. Namun entah kenapa, dia berharap Jingga sedikit lebih longgar terhadap peraturannya yang satu itu.
"Tetapi akan selalu ada pengecualian, bukan?" Tiba-tiba Jingga berkata lagi dengan suara serak setengah berbisik di samping telinga Xeraina dan mengedip nakal.
Huh? Baiklah. Jadi, laki-laki ini memang sejak tadi tergoda padanya. Apakah ini pertanda bahwa seorang Jingga yang yang terkenal tidak akan menggoda kliennya kini sedang tertarik kepadanya?
Xeraina tertawa pelan dan mengibaskan rambutnya. "Anda bermain api, Pak Jingga.
Jingga terbahak mengabaikan bahwa mereka tidak hanya berdua di tempat ini melainkan banyak orang di sekitarnya. Tetapi sepertinya mereka juga tengah sibuk dengan aktivitas mereka masing-masing dan sangat menikmati makan malam tersebut.
"Yeah! Dan bakar saja saya di dalam neraka," geram Jingga yang terdengar sangat seksi di telinga Xeraina.
"Oh man, you need to get laid!"
Jingga kembali terkekeh. "Jadi, tempat saya? Malam ini?"
Sial! Xeraina tidak akan mungkin bisa menolak karena dia pun menginginkannya. Belum lagi ditambah dengan fakta bahwa dia adalah wanita pertama yang meluluhkan Jingga dan peraturan bodohnya. Meskipun Jingga terkenal playboy dan banyak gosipnya dengan wanita lain, tetapi bukankah di antara mereka bukanlah kliennya. Jadi memang bisa dikatakan, kalau Xeraina adalah klien pertama yang bisa membuat seorang Jingga tergoda dan melanggar peraturan yang telah dibuatnya.
Maka, Xeraina pun menatap Jingga dengan cara yang paling seksi yang bisa dilakukannya. "Hanya bila kamu tidak mengecewakan saya."
"Itu adalah janji!" ujar Jingga dan meneguk minumannya kembali dengan wajah puas.
Demi sebuah kesopanan, keduanya tetap bertahan di tempat tersebut untuk menghormati seluruh timnya yang masih menikmati pesta awal kerja sama mereka.
Hubungan Jingga dan Xeraina sudah tampak luwes dan mengalir, mereka sesekali saling berbisik diselingi dengan cekikikan pelan. Sesekali kembali ngobrol serius dengan para timnya, ataupun kembali berbicara santai jika obrolan mereka tidak terlalu serius.
"Oh iya, mulai dari sekarang kita harus menghilangkan sekat dalam hubungan kita, agar lebih rileks dan tidak terlalu serius."
Xeraina meneguk gelas yang berisi setengah dari alkohol kemudian menoleh ke arah Jingga. "Maksud Anda?"
Jingga kembali tersenyum lembut. "Sebutan 'Pak' harus dihilangkan dan tidak perlu berbicara dengan formal padaku. Agar hubungan ini tergolong tidak kaku dan serius."
Xeraina menatap Jingga dengan kening yang berkerut. "Bukankah itu kurang sopan, Pak—"
"Hush …." Seketika jari telunjuk Jingga bertengger di bibirnya yang membuat kalimatnya harus terpotong. "Kalau kita hanya berdua kalimat itu harus dihilangkan, dan tidak perlu terlalu formal."
Xeraina tersenyum, dan mengedip manja. "Baiklah, kalau itu yang kau inginkan."
Jingga kembali merunduk dan kembali berbisik. "Apakah ini masih lama? Aku sudah tidak sabar, My Queen."
Xeraina mendengkus pelan. "Bersabarlah sedikit, My Prince!"
Lalu keduanya sontak tertawa terbahak mendengar kalimat-kalimat kekanakan yang keluar dari bibir keduanya. Bukankah mereka secara terang-terangan saling menggoda?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 96 Episodes
Comments