Nathan yang tahu kalau hari ini Xeraina akan ada kontrak kerja sama untuk menjadi model ambassador langsung mendatangi ruangan make up wanita itu. Dia sangat senang mendapati artisnya itu sangat multitalenta. Wanita yang baru tiga tahun menggeluti dunia permodelan itu sudah sangat mahir dan ahli dibidangnya. Kemampuannya cukup mumpuni dan patut diacungi jempol.
Banyak brand terkenal yang mengantri untuk menggunakan Xeraina sebagai modelnya, bahkan perusahaan-perusahaan besar pun berlomba-lomba untuk menggunakan jasa seorang Xeraina Agatha. Ya, impactnya di dunia model begitu besar.
Tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu, Nathan membuka ruang make up pribadi Xeraina. “Xera, kamu sudah siap?”
Wanita itu sontak menoleh, sedikit terkejut mendapati Nathan menyambanginya. Dia kemudian mengangguk sebagai jawaban, wajahnya memang sudah di makeup tinggal rambutnya yang perlu diblow sedikit.
"Berangkat jam berapa? Pagi ini, ya?" tanya Nathan berbasa-basi.
“Iya, Nath. Janji temunya itu pukul sepuluh pagi.” Xeraina kemudian melirik jam mungil di pergelangan tangannya yang sudah menunjukkan pukul sembilan. “Satu jam lagi,” ucapnya sambil lalu. Wanita itu kemudian menginstruksikan kepada make up artisnya untuk memperbaiki letak bulu matanya karena sedikit miring ketika dilihat lebih jelas.
“Apakah aku perlu ikut untuk menemanimu?" Nathan memang sangat perhatian kepadanya dan sedikit posesif. Sehingga dia terkadang bersikeras untuk ikut, dengan alasan menjaga. "Biar ada yang mengantar kamu, sekaligus biar ada yang supirin.” Di akhir kalimat pria itu, Xeraina tertawa.
Dia memang terkadang malas membawa mobilnya karena tidak menyukai ketika harus terjebak di jalanan yang macet, dan selama ini Nathan menjelma menjadi supir pribadinya.
Ide yang menarik sebenarnya. Tetapi kali ini ia tidak lagi membutuhkan bantuan Nathan. Ia tidak mau terus-terusan merepotkan dan menjadi parasit buat pria itu.
Xeraina menggeleng. “Nggak perlu. Aku sudah ada asisten baru," ucapnya dengan pelan. Lalu kembali serius berkutat dengan ponselnya.
Nathan tersentak kaget. Sama sekali tidak mengetahui informasi ini. Sama sekali belum ada yang melaporkan hal ini kepadanya tentu saja. “Masa sih, kapan?”
Pria itu mengambil tempat di samping Xeraina. Nathan kemudian melirik sekilas ke arah wanita di sampingnya. Sejak tadi dia penasaran dengan Xeraina yang sibuk menggulir ponsel. Wanita itu sedang membuka laman instagram pribadinya. Pasti sedang membalas pesan dari fansnya. Terlihat dari jari-jemarinya yang sesekali mengetikkan sesuatu dengan lincahnya di atas layar touch ponselnya.
“Tadi,” jawab Xeraina terdengar cuek. Tetapi baguslah dijawab daripada tidak sama sekali, batin Nathan dalam hati.
Nathan kembali bertanya dengan heran. “Secepat itu? Sudah melakukan wawancara? Tanya-tanya tentang latar belakang atau apalah itu yang penting untuk diajak kerjasama?”
“Sudah.”
Xeraina tidak marah 'kan kalau Nathan melempar ponsel itu? Agar pertanyaannya tidak dijawab singkat, padat dan jelas begitu. Karena ini sangat menyebalkan.
"Hanya durasi beberapa menit. Kamu itu harus cari asisten yang benar-benar bisa diandalkan, jadi kita harus melakukan seleksi yang ketat."
"Hmm ...."
Seriously? Hanya dehaman?
“Bisa nggak sih jawabnya itu hadap ke sini? Aku nggak bicara sama tembok 'kan?” Nathan sudah tidak tahan, kekesalannya tidak terbendung lagi. "Dan jangan menjawabnya sesingkat itu. Aku serius, Xeraina!"
Xeraina dengan terpaksa akhirnya menoleh, menyimpan ponselnya saat menyadari kekesalan Nathan. “Aku sudah tahu namanya itu sudah lebih dari cukup. Sama beri wejangan sedikit kalau dia harus bertahan minimal lebih dari seminggu. Apalagi yang kurang dari itu semua?”
Nathan mengerutkan dahinya. “Cuma itu? Hanya sebatas tahu nama?” Nathan kemudian menyugar rambutnya kasar. “Astaga, Xera. Kamu ini artis dan model, siapa yang tahu kalau sebenarnya dia itu musuh yang berpura-pura jadi asisten lalu menyakiti kamu?"
“Oke, sepertinya pikiranmu terhadap wanita itu terlalu jauh dan salah. Wanita itu sangat ceria, terbukti sejak tadi hanya cengiran dan rasa senang yang tergambar jelas dari raut wajahnya. Sama sekali tidak menyiratkan kalau wanita itu ternyata orang jahat. Asal kau tahu, dia itu lebih ke wanita ... yang polos.”
“Jangan melihat dari covernya saja. Siapa tahu itu cuma kepura-puraan belaka,” balas Nathan kembali.
“Nggak mungkin, Nath. Wajah ceria itu tidak bisa berbohong. Malahan membuatku jengkel, seperti wanita itu tidak punya rasa sedih dan beban berat saja, kerjaannya hanya tersenyum terus.” Ada nada kesal dalam suara Xeraina saat wajah tersenyum Flora muncul dan mengganggu pikirannya.
Nathan terkekeh. “Mungkin saja pribadi orang itu memang begitu. Cara untuk menutupi kesedihan orang memang beda-beda 'kan?”
Xeraina mengedikkan bahunya. “Mungkin.”
“Oh iya, orangnya mana? Biar aku lihat langsung.”
“Ada di luar.” Lalu Xera memberi kode pada hair styling-nya untuk memblow rambut panjangnya. “Kita keluarnya sama-sama, ini nggak lama kok.”
****
Sudah hampir satu jam lebih dan Xeraina belum keluar dari ruang make up. Apakah seorang artis saat make up memang memakan waktu selama ini. Flora bahkan sudah bosan menunggu. Majalah yang tersedia di atas meja sudah khatan dia baca saking nggak ada kerjaannya. Jujur, ia sangat bosan berada di tempat ini seorang diri. Memang ada beberapa orang yang hilir mudik di sekitarnya, tetapi tidak ada seorang pun yang menyapanya. Mereka sibuk dengan pekerjaannya sendiri-sendiri.
Tidak lama kemudian Xeraina keluar dari ruangan. See... make up selama berjam-jam tidaklah sia-sia, hasilnya tidak bisa membohongi. Xeraina terlihat sangat cantik layaknya bidadari.
“Asisten barunya Xeraina, ya?”
Flora mengalihkan tatapannya ke samping Xeraina, ke seorang pria yang baru saja bertanya padanya. “Hm ... i–iya,” cicitnya terbata-bata.
Nathan tersenyum lalu mengulurkan tangan. “Hai! Saya pemilik agensi ini. Nathaniel Parker.”
Flora membalas uluran tangan itu, sedikit tampak kikuk. “Flora.”
“Bunga? Cantik juga,” ucap Nathan bermonolog pelan.
“Apa?”
Nathaniel menggeleng lalu tertawa lebar. “Bukan apa-apa, Flora." Pria itu kembali melanjutkan ucapannya. "Tolong jaga Xeraina, ya. Dan semoga kamu bisa tahan jadi asistennya, dia itu sangat menyebalkan, suka semena-mena. Semisal nanti dia bertingkah kamu bisa memberitahuku.”
“Aku masih di sini loh, Nath.” Xeraina berdecak kesal.
Pria itu kembali terbahak. "Tetapi meskipun dia menyebalkan, cerewet, dan semua sisi buruk melekat padanya. Tetapi sebenarnya di balik semua itu dia punya sisi yang baik hati."
Xeraina terenyuh mendengar kalimat pujian yang dilontarkan oleh Nathan yang terdengar sangat menyentuh. Dia kemudian menatap pria itu dengan mata yang berkaca-kaca. Baru saja ia ingin memuji balik pria itu, namun perasaannya yang sudah terbang ke langit tiba-tiba kembaki dihempaskan dengan kejamnya oleh pria keparat itu.
Nathan mengacak-acak rambut Xera yang sudah tergerai rapi dengan indahnya. “Tetapi bohong. Senang ya dipuji-puji?” Pria itu menaik turunkan alisnya menggoda Xeraina yang wajahnya memerah menahan amarah.
“Nathan sialan! Kau pria tidak punya perasaan, jahat, nyebelin. I hate you!" Sambil menyingkirkan tangan Nathan dari kepalanya. “Kau bahkan merusak tatanan rambutku yang sudah susah payah dibuat secantik mungkin.”
Ternyata Nathan semenyebalkan itu. Pria itu semakin mengusap rambut Xeraina, tidak kasar memang tapi cukuplah membuat seorang Xeraina menjerit kencang.
“Nathan!”
Sedangkan yang diteriaki malah semakin tertawa terbahak-bahak. “Oke ... oke ... maafkan aku! Sini, biar aku perbaiki.”
Melihat akan hal itu Flora menjauh. Dia tanpa sadar tersenyum melihat keakraban dan kelucuan dari mereka. Tidak ingin mengganggu, Flora lalu membalikkan badannya berniat menjauh.
“Eh ... kamu mau ke mana?” Xeraina yang menyadari kalau Flora bergerak menjauh seketika berseru.
“Aku tunggu di luar, Mbak.”
Xeraina mengangguk. Dia kembali menoleh ke arah Nathan bermaksud untuk pamit. Tetapi ternyata fokus pria itu sudah beralih, bukan lagi ke dirinya, tetapi ke wanita yang baru saja pamit dan menghilang dari pandangan mereka.
“Dia tidak akan tertarik padamu,” bisik Xeraina. Sambil memukul pelan pundak Nathan untuk menyadarkan pria itu dari angan-angan semunya.
Nathan tersenyum masam. “Maka aku akan membuatnya tertarik padaku,” jawabnya mantap.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 96 Episodes
Comments