Flora dengan cepat mengambil kunci mobil Xeraina yang disodorkan padanya tanpa peduli tatapan tajam yang dilayangkan oleh Jingga. Bukannya dia mengabaikan perintah pria itu, hanya saja dia tidak ingin menimbulkan spekulasi tentang hubungan keduanya. Meskipun tak bisa ditutupi, perdebatan kecil di antara mereka yang disaksikan banyak pasang mata sudah pasti menyisakan banyak pertanyaan tentang hubungan keduanya.
Demi mencari keamanan, dia lebih memilih kabur dari tempat tersebut. Dan membiarkan Jingga tetap di sana, dan melakukan rencana awalnya—yaitu makan malam bersama untuk merayakan kesuksesan awal kerja sama mereka.
Dan setelah keluar dari tempat tersebut untuk menuju tempat parkir, tempat mobil Xeraina berada, barulah dia mengutuk kebodohannya. Malam yang gelap, serta pencahayaan yang kurang di tempat parkiran tersebut membuat Flora dirundung rasa takut. Tahu begini, seharusnya dia memilih berada di tempat itu, atau meminta Jingga mengantarnya pulang. Hanya karena takut spekulasi miring tentangnya beredar, dia lebih memilih menyiksa diri dengan berpura-pura kuat dan berani.
Nyatanya dia belum sekuat itu, dia masih seorang Flora yang penakut. Buktinya tubuhnya kini sudah menggigil hebat, mulutnya terus merapalkan doa, dan tangannya terkepal erat yang membuat kuku-kukunya menembus kulitnya dan sedikit menimbulkan rasa perih, dengan kaki yang terus melangkah dengan cepat. Bulir-bulir peluh kini terdapat di keningnya, sesekali kepalanya bergerak ke samping untuk melihat sekitarnya.
Dan kesialan semakin menghinggapi Flora saat dia tidak tahu di mana letak mobil Xeraina berada. Karena sangat ingin kabur dari tempat itu, dia bahkan tidak sempat menanyakan letak mobilnya pada Xeraina. Bodoh!
Di sela-sela kekalutannya, tangan bergetar Flora merogoh tasnya untuk mencari letak kunci mobil Xeraina. Karena tak kunjung menemukan benda itu, Flora semakin panik. Tanpa menunggu lama dan dalam keadaan yang sudah hampir menangis, Flora membuka lebar-lebar isi tasnya dan menumpahkannya ke atas lantai. Lalu dengan panik, dia mengacak isi tasnya itu tanpa peduli benda-benda pribadinya bisa saya terlempar jauh dan hilang. Tetapi bagi Flora ia tidak peduli lagi, yang terpenting dia bisa menemukan kunci mobil tersebut, dan dia bisa pergi dari tempat menakutkan ini.
Tanpa disadari oleh wanita itu, seseorang yang sejak tadi mengikutinya kini berhasil mendekatinya. Pria itu menyentuh pundak Flora yang tengah sibuk mengacak-acak isi tasnya, dan tanpa disadarinya ternyata sentuhan lembut darinya malah menimbulkan reaksi berbeda terhadap wanita itu.
Flora sontak menjerit kaget dan berteriak memohon.
"Ampun! M—maafkan aku … tolong jangan sakiti aku!"
Flora terus menjerit ketakutan dan berusaha melayangkan tinjunya pada orang yang tengah membuatnya ketakutan.
"Flora," ucap pria tersebut sambil mendekati wanita itu dan mengguncang tubuhnya ketika Flora masih saja histeris dan berusaha menyerangnya.
"Ini aku, Nathan. Aku tidak akan menyakitimu, Flo," ucapnya kembali sambil mengguncang tubuh Flora.
Sejak Flora keluar dari ruangan tersebut, dia memang sengaja mengikuti gadis itu. Bukan karena ingin berniat jahat, hanya saja dia ingin memberitahu letak mobil Xeraina kepadanya berhubung dia yang membawa mobil tersebut dan memarkinya di tempat paling ujung karena tadi dia sudah tidak kebagian tempat. Namun, nyatanya niat baiknya itu malah membuat gadis itu malah mengira dia akan melakukan sesuatu yang jahat.
"Hei, ada apa denganmu, Flo?"
Flora yang mendengar suara itu dan menyadari bahwa itu bukan suara yang menjadi sumber ketakutannya selama ini, segera membuka matanya dengan napas yang terengah-engah. Wajahnya yang sudah bersimbah air mata dengan pandangan liar ketika dia mencoba menemukan identitas di depannya.
"P—pak Nathan?" tanya Flora dengan suara mencicit, sembari memastikan penglihatannya yang sudah mengabur dikarenakan air mata.
Nathan mengangguk. "Iya, ini aku Nathan." Nathan berkata untuk memastikan penglihatan gadis tersebut dengan menurunkan nada suaranya.
Flora tampak tergugu sebentar kemudian lantas mengusap air matanya yang masih membasahi pipinya. "Maaf, saya … saya kaget."
"Apa yang terjadi padamu? Apa ada yang sedang mengejarmu, kau terlihat tidak baik-baik saja."
Flora menggeleng. "A—aku baik-baik saja, Pak. Aku hanya sedikit ketakutan saja," jawabnya dengan nada suara yang terbata-bata.
Sebenarnya Nathan masih sangat penasaran dengan keadaan gadis di depannya itu yang masih terlihat menggigil, mungkin karena akibat dari rasa ketakutannya yang belum reda. Hanya saja, Nathan menghargai privasi gadis itu, lagian dia bukan siapa-siapa yang harus penasaran dan mengetahui tentang apa-apa saja yang membuat gadis itu harus menjerit dan menangis dengan hebatnya hanya karena alasan kaget.
"Baiklah. Kalau begitu aku akan mengantarmu pulang."
Flora menggeleng dengan cepat dan menjawab dengan nada suara yang tinggi. "Tidak! Aku baik-baik saja."
"Kamu tidak baik-baik saja, Flora. Tidak akan ada yang sehisteris itu hanya karena kaget kalau memang dia baik-baik saja. Jangan menolak, karena aku bukan orang jahat yang akan menyakitimu."
"Tetapi—"
"Tidak ada penolakan kali ini. Kau adalah sekretaris Xeraina yang berarti kau juga masih karyawanku."
Nathan kemudian mengulurkan tangannya bermaksud untuk membantu gadis itu berdiri dari tempatnya setelah melihat keadaan gadis itu berangsur-angsur membaik. Namun, sekali lagi hanya penolakan yang diterima. Alih-alih menerima uluran tangannya, gadis itu malah mengabaikan dan berusaha berdiri sendiri.
Untuk menutupi rasa kecewanya, Nathan kemudian kembali membuka suara. "Mana kunci mobilnya, biar aku yang mengambil mobil. Aku tahu di mana letak mobil itu karena aku yang memarkirnya."
Flora dengan panik kembali menggeleng. "Aku … aku tidak tahu, seingatku aku menyimpannya di dalam tas, tetapi kunci itu menghilang."
Nathan menoleh ke arah barang Flora yang sudah berhamburan di lantai kemudian menghela napas dengan pelan. Meskipun melihatnya hanya sekilas, matanya langsung tertuju ke kunci mobil itu yang bergabung dengan barang Flora di lantai. Isi tas Flora sedikit, sehingga hanya untuk mencari benda sejenis kunci mobil bagi Nathan itu cukup mudah, buktinya hanya melihatnya sekilas dia sudah bisa melihatnya. Karena hal itu, Nathan semakin paham kalau ada yang aneh pada gadis polos di depannya ini.
Tanpa banyak kata, Nathan kemudian segera bergerak untuk membereskan barang-barang milik Flora dan kembali memasukkannya ke dalam tas. Setelah merasa semuanya sudah lengkap, Nathan kemudian menyerahkan tas tersebut pada Flora yang langsung dibalas dengan ucapan terima kasih.
"Tunggu di sini dan jangan ke mana-mana. Aku akan mengambil mobil terlebih dahulu lalu mengantarmu pulang."
Flora hanya bisa mengangguk, dia tidak punya tenaga lagi untuk menolak permintaan pria itu. Dia hanya berharap kalau pria itu memang baik seperti perkataannya.
Sedangkan Nathan yang sudah bergerak menjauh tak henti-hentinya bersyukur karena telah mengikuti wanita itu. Ia tidak tahu apa yang akan terjadi seandainya dia tidak mengikutinya. Apakah gadis itu akan terus mencari kunci mobil sampai pagi, padahal jelas-jelas kunci mobil itu berada di dekatnya?
Entahlah. Nathan sama sekali tidak mengerti dengan gadis itu, hanya karena kaget tetapi reaksinya sangat mencengangkan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 96 Episodes
Comments