Keduanya menjejakkan kaki di halaman parkir EW Group yang lumayan luas itu. Flora melayangkan pandangannya ke sekeliling bangunan. Sebuah bangunan megah yang sudah tidak asing lagi di matanya. Beberapa kali dia pernah mampir ke tempat ini untuk menemui sahabatnya. Benar, ini adalah perusahaan Jingga. Dan ternyata Xeraina akan menjadi ambassador dari perusahaannya Jingga. Astaga ... kenapa bisa dunia sesempit ini?
Sejak tadi, bahkan dia sudah ketar-ketir tak karuan. Ia tidak menyangka kalau perusahaan yang akan bekerja sama dengan Xeraina adalah perusahaan Jingga. Dan datang ke sini untuk bertemu Jingga? Flora belum siap.
Xeraina kemudian memberi tanda untuk mengikutinya. Sepanjang perjalanan tadi wanita itu gelisah karena sebenarnya mereka sudah terlambat tiga puluh menit dan pemilik perusahaan ini terkenal sangat membenci keterlambatan. Semoga saja dewi keberuntungan kali ini berpihak padanya.
Setelah sampai di meja resepsionis dan mengutarakan kedatangannya, mereka di pandu menuju ruangan yang sangat luas dan nyaman. Tetapi sebelum itu mereka disuruh menunggu.
“Kamu sudah hafal yang aku ajarkan tadi?” Xeraina menoleh ke arah Flora yang terlihat tampak pias sejak menginjakkan kaki di perusahaan ini.
Di mobil tadi, Xeraina memang sudah mengajarkan Flora apa-apa yang harus dia lakukan selama menjadi asistennya. Berikut dengan pekerjaannya hari ini.
Flora tampak gelagapan. “Sudah, Mbak.”
“Jangan takut. Ini memang berat, aku juga yang salah karena langsung mempekerjakan kamu hari ini. Apalagi kamu langsung jadi manajer merangkap jadi asistenku.”
Flora tersenyum kecut. Kekalutannya kali ini bukan tentang pekerjaan yang terlalu tiba-tiba. Tetapi ini karena dia belum siap bertemu langsung dengan Jingga. Apalagi mereka belum berbaikan sejak kemarin. Dan lagi, Jingga belum tahu kalau dia bekerja sebagai apa. Apa katanya nanti kalau tiba-tiba melihatnya jadi seorang asisten artis. Pasti Jingga akan marah besar.
Tepat setelah pikirannya tentang Jingga melanglang buana. Pria itu muncul. Masih tampan seperti biasanya, terlebih lagi dengan setelan jas yang sangat pas melekat di tubuh kekarnya.
Seperti pemikirannya, pria itu tampak terkejut saat melihat artis yang akan menjadi ambassador iklan di perusahaan periklanannya bisa bersama dengan dirinya.
“Flo—”
Sial! Jingga akan menyebut namanya. Buru-buru Flora berdiri mengagetkan Xeraina di sampingnya yang sudah duduk dengan anggun. “Kami dari Infotainment Agency. Ini model kami Xeraina Agatha yang didapuk menjadi brand ambassador perusahaan Anda. Kami datang untuk melakukan kontrak kerja sama.”
Xeraina yang menyadari kalau Flora bertingkah terlalu cepat, menariknya turun untuk kembali duduk demi kesopanan.
Jingga tersenyum geli, ternyata Flora ingin bermain-main denganya. Baiklah dia akan meladeni, Flora, batinnya dalam hati.
“Saya sangat membenci dengan keterlambatan.” Pria maskulin itu kemudian melirik jam rolex di pergelangan tangannya. “Sudah tiga puluh menit lebih. Kamu telah terlambat tiga puluh menit dari waktu yang dijanjikan. Dan itu sangat mengecewakan. Saya tidak suka menyia-nyiakan waktuku untuk bekerja sama dengan seseorang yang suka terlambat. Buang-buang waktu saja.”
Xeraina meringis, jangan sampai karena keterlambatannya yang hanya tiga puluh menit dari jam yang ditentukan, dia kehilangan pekerjaan dengan perusahaan sebesar ini.
Jangan sampai, batin Xeraina.
“Maaf, Pak—"
“Jingga,” potong Jingga terlalu cepat.
Xeraina tersenyum. “Oh iya, maaf Pak Jingga atas keterlambatan kami kali ini. Tetapi saya janji kalau kerja sama antara kita berhasil, saya janji ini keterlambatan saya yang pertama dan terakhir,” ucapnya dengan percaya diri.
“Sangat percaya diri rupanya,” sindirnya sambil melirik ke arah Flora, memberinya kedipan mata yang menurut Flora sangat menjengkelkan. “Cocok. Sama-sama bermulut besar. Dengan rasa percaya diri tinggi yang sangat memuakkan.”
Flora melirik Jingga yang tersenyum geli. Apa katanya tadi? Bermulut besar? Mendengarnya saja membuat Flora ingin melompat mencakarnya. Biar saja wajah tampan itu hancur oleh goresan kukunya.
Berbeda dengan Flora, Xeraina berusaha kembali mengeluarkan suara. “Sekali lagi saya minta maaf. Dia ini asisten sekaligus manajer baru saya, belum terbiasa dengan pekerjaan seperti ini. Saya harap Pak Jingga bisa memakluminya.”
Jingga tiba-tiba tertawa. Membuat kedua wanita di depannya memberinya tatapan aneh.
“Asisten baru, eh ....” Jingga menatap penuh arti ke arah Flora. Lalu tatapannya kembali terarah ke Xeraina dan memasang wajah serius. “Tetapi saya minta maaf, saya tidak bisa mentolerir keterlambatan. Walaupun hanya beberapa menit. Saya tidak ingin mencoreng nama baik perusahaan saya karena menerima orang yang tidak bisa menepati waktu. Sepertinya kita tidak perlu membicarakan tentang kontrak kerja sama, karena saya harus mencari model lain yang bisa menghargai waktu.”
Apa? Ditolak! Xeraina tidak terima ini. Bagaimanapun caranya dia harus jadi model ambassador perusahaan ini. Harus!
Setelah permintaan maaf tidak diterima? Baik. Ayo, kita lihat apakah kali ini ia masih bisa kembali ditolak.
Xeraina dengan cepat menyilangkan kedua kaki jenjangnya yang hanya dilindungi dengan rok dari gaun sebatas dada berwarna merah yang sangat menyilaukan mata, lalu mengibaskan rambutnya yang pirang. Gerakan yang disengaja untuk menunjukkan dada dan pahanya. Murahan? Tidak, ini gerakan anggung.
“Kami sangat senang setelah mendapatkan pesan kalau perusahaan Anda ingin bekerja sama dengan agency kami. Terlebih lagi, saya mendapat kehormatan ditunjuk menjadi model ambassador perusahaan Anda.” Xeraina kembali menggeser rambutnya ke samping, mempertontonkan leher jenjangnya. “Jadi, saya harap anda mempertimbangakannya kali ini. Jangan sampai tiga puluh menit ini menghancurkan semuanya yang mungkin saja bisa menjadi keuntungan bersama di masa depan.”
Hening. Jingga menatapnya dengan tatapan tak terbaca. Sedangkan Flora yang sejak tadi selalu memberinya tatapan berdecak kagum, kali ini melemparkan tatapan mencela padanya. Membuat Xeraina tidak yakin dengan posisinya saat ini pantas dikatakan anggung. Baiklah dia memang sengaja menggoda, bukankah semua pria sama saja, diberi dada sedikit langsung minta paha.
Apa salahnya? Toh Jingga terkenal sebagai pria playboy yang suka bergonta-ganti pasangan. Kalau hal ini bisa mempertahankan posisinya, maka tidak ada salahnya dicoba.
Xeraina bukan perawan namun bukan berarti Xeraina seorang wanita murahan. Oh tidak, dia tidak tidur dengan sembarang pria. Namun, Xeraina akan melakukan segala cara untuk mendapatkan keinginannya.
Jingga tersenyum dan kilatan geli sudah hilang dari matanya, kini berganti senyum profesional sungguhan. "Kami akan segera memberi kabar pada Infotainment Agency."
Diterima. Jingga memang sengaja mengulur waktu. Agar mereka bisa mempertanggung jawabkan ketepatan waktu untuk ke depannya dan agar wanita itu memohon kerja sama dengannya. Juga memperlihatkan kepada Flora kalau wanita itu sudah berani-beraninya bermain-main dengannya.
Xeraina kemudian merapatkan kembali kakinya dan memperbaiki tatanan rambutnya. Oke. Kalian bebas mengatakan apa pun yang ingin kalian katakan. Sepertinya kegiatan menampilkan adegan paha, belahan dada dan leher jenjang memang berhasil. Merasa terhina? Tidak. Ini sudah menjadi bagian dari pekerjaannya. Tidak punya hati? Salahkan saja hatinya yang sudah mati sejak tiga tahun lalu saat hidupnya stuck di satu titik.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 96 Episodes
Comments