Jingga menghentikan mobilnya di pelataran parkir apartemennya. Mereka berdua kemudian menaiki lift sembari terus cekikikan jika Jingga melayangkan kalimat-kalimat bernuansa godaan padanya. Mereka terlihat pasangan yang begitu kasmaran.
Setelah mereka menapaki lantai tempat unitnya berada, Jingga kemudian membuka pintu dan menatap Xeraina lembut, mempersilakan wanita itu masuk terlebih dahulu. Kemudian disusul oleh Jingga di belakangnya. Pria itu tak sedikit pun menoleh ke arah unit apartemen di depannya, seakan-akan dia telah melupakan pemilik unit tersebut. Fokusnya terus tertuju pada wanita cantik yang kini berada di ranah pribadinya, tanpa memperdulikan seorang Flora yang kini entah sedang melakukan apa di dalam unitnya sendiri. Jingga benar-benar telah terjatuh ke dalam pesona yang dipancarkan oleh Xeraina dan telah melupakan gadis yang selama ini telah dijaganya mati-matian, bahkan tadi membuatnya begitu khawatir.
Setelah dipersilakan masuk terlebih dahulu, Xeraina kemudian melangkahkan kaki jenjangnya ke dalam unit yang begitu luas dan rapi itu dan jangan lupakan ruangan tersebut sangat wangi. Untuk penghuni pria bujang, ruangan apartemen ini cukup rapi dan bersih. Di tengah-tengah Xeraina sedang mengamati dan mengagumi ruangan apartemen itu, seketika terdengar suara pintu tertutup dan mendadak dirinya ditabrak dengan keras oleh Jingga yang langsung menghujani punggungnya yang terbuka dengan kecupan-kecupan lembut.
"Wow … easy, boy!" desah Xeraina tertahan.
Tidak ada jawaban dari Jingga karena kemudian pria itu sibuk menenggelamkan wajahnya ke dalam leher jenjang Xeraina. Tangannya yang kekar kini bergerak memberi remasan penuh godaan di bokong Xeraina dan menaikkan gaun pendek itu hingga memperlihatkan pakaian dalam sutra yang kali ini dikenakan oleh model seksi itu. Dengan posisinya kali ini, Xeraina hanya bisa menempelkan tangannya pada dinding sambil mendesah tertahan saat merasakan milik Jingga yang menegang kini menekan bokongnya.
"Kau sangat cantik, Xera," puji Jingga di antara geramannya ketika dia membalikkan tubuh wanita itu agar menghadap ke arahnya.
Dengan penuh hasrat, tangan keduanya berlomba saling melucuti pakaian satu sama lain dan melemparkannya secara sembarangan ke berbagai penjuru ruang tamu tersebut. Kemudian mereka saling mengecup dengan ganas. Tangan kekar Jingga kembali mengacak-acak rambut ikal Xeraina, dan merasakan kelembutannya. Sedangkan bibirnya kini menjelajahi bibir wanita itu dengan segenap keahlian dan kemampuannya.
Jingga kemudian menggendong tubuh seksi Xeraina dan membawanya memasuki kamar tidurnya, membaringkannya di atas ranjang sebelum mulai mengikutinya naik ke atas tubuh Xeraina. Xeraina mengulurkan tangannya hanya untuk menyentuh perut liat Jingga, lalu merambah ke dadanya yang bidang dan naik untuk mencengkeram pundak kekar laki-laki Itu.
Jingga seketika mendesah keras karena sentuhan lembut itu dan dia kembali bergerak untuk membubuhkan kecupan dalam di bibir Xeraina, menghisap dan menggigit bibir lembut wanita itu dengan mesra. Kemudian Jingga bersandar pada salah satu sikunya sementara tangannya yang lain sudah berkelana untuk meremas dada yang membusung tengah menantangnya itu. Pria itu sesekali menggoda puncaknya dengan cubitan kecil yang membuat Xeraina melengkungkan punggungnya penuh dengan kenikmatan. Lalu perlahan tangan kekar itu kembali bergerak turun untuk menemukan sasarannya.
"Fuck!" maki Xeraina ketika jemari Jingga masuk ke dalam daerah pribadinya dan dengan lembut memutar ibu jarinya di inti tersebut.
"Kau bermulut sangat manis, Sayang," goda Jingga sesaat setelah mendengar umpatan yang keluar dari bibir manis itu.
"Oh … sialan!" desah wanita itu, tangannya kemudian bergerak meremas kuat lengan Jingga yang keras berotot.
Mendadak Jingga menundukan kepala dan membungkam perkataan Xeraina dengan kecupan panjang. Lidahnya mengeksplorasi mulut Xeraina, menjilat dan menghisap dengan intens sementara tangannya terus bekerja pada milik Xeraina.
"Oh yeah, tepat di sana, Jingga!" pekik Xeraina ketika jemari pria itu menekan inti miliknya, kepalanya menggeleng-geleng dengan liar sementara keringat mulai membasahi tubuh sintalnya. Pinggul wanita itu pun kini bergerak sendiri untuk mencari kenikmatan sementara tangannya bergerak mencengkeram bahu keras milik Jingga.
Pria itu kembali menindih tubuh Xeraina dan bibirnya memainkan puncak dada wanita itu. Kemudian Jingga bergerak turun untuk menghisap seluruh bagian perut rata Xeraina, memainkan pusarnya yang membuat wanita itu semakin gila dan menjerit dengan keras. Kemudian Jingga semakin turun dan akhirnya berhenti pada inti wanita itu, menyentuhnya di sana dengan begitu intim, sesekali memberinya kecupan dalam.
"Sialan! Sialan, Jingga!" teriak Xeraina dan Jingga semakin liar dan pria itu lalu mengeluarkan jemarinya, membuka paha Xeraina semakin lebar dan mengecup dalam milik wanita itu.
Xeraina semakin menjerit keras, tubuhnya gemetar karena pelepasannya sementara tangannya bergerak untuk menjambak rambut Jingga yang sedang menghisap inti miliknya. Dengan kepala menggeleng ke kanan dan ke kiri, Xeraina melepaskan pelepasan pertamanya yang meluluhlantakkan seluruh tubuhnya.
Ketika Xeraina masih memejamkan matanya, telinganya masih dapat mendengar Jingga merobek kemasan. Perlahan Jingga memasang pengaman dan kembali mendekati tubuh seksi yang tersaji di depannya. Dia kemudian mulai bergerak untuk menekan dirinya agar menyatu dengan tubuh Xeraina. Sementara wanita itu mengangkat pinggangnya, bersiap menyambut dan merasakan milik Jingga memasuki dirinya.
Jingga kemudian mulai bergerak setelah merasa penyatuan keduanya sudah pas. Bergerak keluar dan masuk ke dalam tubuh sempit itu. Keringat semakin membasahi tubuh keduanya dan Jingga semakin mempercepat gerakannya. Dia memberikan kecupan dengan ganas di bibir yang sejak tadi terengah-engah itu dan Xeraina yakin, kalau bibir keduanya akan bengkak setelah aktivitas keduanya selesai.
"Lepaskan, Xera," bisik Jingga dan Xeraina menurutinya dengan menjeritkan nama pria itu bersamaan dengan ledakan pelepasan yang dahsyat. Sedangkan Jingga masih berusaha keras menggerakkan pinggulnya, memberikan beberapa kali hujaman keras, sebelum menyerah dan menyusul Xeraina dalam pelepasan yang begitu nikmat.
"Oh shit!"
****
Xeraina merasakan kalau tidurnya terganggu, dia bisa merasakan seseorang terus-terusan memberikan kecupan basah di seluruh wajahnya dan tentu saja dia tahu siapa pelakunya, karena sejak semalam mereka bergulat dan berakhir setelah Xeraina mengaku menyerah.
"Wake up, My Queen!" bisik suara parau di samping telinganya.
Karena tak tahan diganggu, Xeraina menggeliat dan membuka kedua bola matanya dengan perlahan yang masih sangat mengantuk. "Aku masih mengantuk, Jingga. Jangan ganggu aku," ucap Xeraina dengan nada penuh permohonan.
Jingga hanya terkekeh, tetapi pria itu sama sekali tidak menghentikan aktivitasnya. Bibirnya terus saja bergulir, bahkan kali ini berpindah ke lehernya dan menghisapnya dengan dalam.
"Jangan buat tanda!" pinta Xeraina dengan nada kesal, lalu bergerak menjauh dari jangkauan pria yang tengah bergairah di pagi hari itu.
Kali ini pria itu mendengar permintaannya, dia menghentikan aktivitasnya bermain-main di leher jenjang milik Xeraina.
"Kalau begitu kamu harus bangun, Xera. Kamu sudah terlalu lama tidur. Dasar! Putri tidur."
Xeraina seketika tersenyum lebar sesaat setelah mendengar panggilan yang disematkan oleh Jingga. "Ini jam berapa?" tanyanya kemudian, perasaan dia baru saja tertidur. Atau lebih tepatnya, baru terlepas dari gairah menggebu-gebu yang dimiliki oleh Jingga.
"Pukul tujuh," jawab Jingga tanpa rasa bersalah telah membangunkan seorang Xeraina di hari liburnya, dan setelah diinvasi selama berjam-jam lamanya. Bahkan Xeraina ingat sekali Jingga baru melepasnya setelah cahaya mentari muncul. Jadi bagaimana mungkin dia dikatakan putri tidur?
"Astaga, Jingga. Aku itu baru tertidur satu jam, jangan ganggu aku! Aku masih mengantuk," ucapnya dengan kekesalan tingkat tinggi.
Pria itu sama sekali tidak mau mengerti rasa lelahnya, pria itu malah menggelitiknya. "Sekali lagi, ya. Aku tegang, nih," balasnya dengan nada manja.
Astaga … drama lelaki di pagi hari yang harus berperan dengan ereksinya.
Namun, sekuat apa pun Xeraina menolak, pada akhirnya dia terjatuh juga ke dalam perangkap pesona yang dibuat oleh pria itu. Bagaimana mungkin Xeraina bisa berkilah kalau pria itu terus menyerang titik-titik sensitifnya.
Pada akhirnya, mereka kembali bergelut di pagi hari tanpa kenal lelah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 96 Episodes
Comments