Melihat anin sama sekali tak merespon membuat aji semakin hawatir pasalnya mata anin terpejam namun giginya menggeratuk. Anin terus menangis dan mengigau.
" Astaga aku harus bagaimana ini. " aji kalut dan hanya ada satu jalan yang ada dalam fikiran aji yaitu membawa anin kerumah sakit.
Namun saat aji tengah bersiap anin tersadar, anin membuka matanya perlahan. Meskipun kepalanya terasa begitu berat dan sakit anin memaksakan diri untuk tetap bangun.
" Ka-kamu mau ngapain mas? " Tanya anin.
" Nin, kamu bangun. Ayo kita kerumah sakit, kamu demam tinggi nin. " aji benar-benar hawatir dengan keadaan anin.
" Jangan becanda mas, untuk apa kamu menghawatirkanku. Jangan repot aku baik-baik saja, tidurlah aku janji takan membuatmu terusik lagi. Kamu pasti terganggu kan mendengar Rintihanku. Maaf mas, tutup saja telingamu atau kalau perlu biar aku tidur didapur saja. " Anin mencoba untuk berdiri meskipun kakinya sama sekali seperti tak bertulang.
" Nin, aku serius aku mau bantu kamu berobat bukan karna aku terganggu. " entah mengapa aji berusha meyakinkan anin.
Anin tertawa tanpa humor, setelah itu anin mengambil selimutnya dan kembali merebahkan tubuhnya diatas sofa. Namun sebelum mata anin terpejam anin menoleh sejenak kearah lujang yang tengah menatapnya dengan bingung.
" Kamu tidak cocok bersandiwara mas, jangan lakukan lagi aku tidak butuh lagi dikasihani. Maaf sudah merepotkanmu. "
Mendengar perkataan anin entah mengapa kali ini hati aji merasa sedih.
Hening tak lagi terdengar suara apapun dalam kamar itu, tanpa aji tau anin menangis dibalik selimutnya.
" Cukup anin, tidak lagi sekarang kamu harus kuat dan jangan mengemis cinta lagi darinya. Aku akan bertahan disini karna statusku masih istrinya namun aku takan lagi mengharap perasaanku berbalas. Hari dimana dia memintaku pergi aku akan pergi detik itu juga. " Gumam anin dalam hati sembari mengusap air matanya dengan kasar.
Malam itu menjadi malam yang panjang bagi anin dan aji. Entah mengapa aji begitu menghawatirkan anin dan terus saja memikirkannya.
*****
Tak terasa pagi sudah tiba, seprti biasa anin bangun lebih awal. Meskipun dia sakit namun anin tetap memaksakan diri untuk tetap melakukan rutinitasnya.
Membersihkan rumah, masak dan lain-lainya. Meskipun anin bukan satu-satunya perempuan dalam keluarga itu tapi anin lah yang mengerjakan semua pekerjaan rumahnya, sementara baik miska ataupun diah hanya bangun setelah makanan tersedia.
" Anin, apa dia sudah bangun?Ck,apa dia begitu kuat sampai dia mengabaikan rasa sakitnya. " Gumam aji saat membuka mata dan tak menemukan ada anin ditempatnya.
Aji lantas beranjak dari tempat tidurnya dan langsung lari kebelakang. Dan benar saja anin tengah memasak sembari sesekali tangannya memegangi kepalanya. Wajahnya terlihat sangat pucat bahkan tubuhnya pun terlihat sangat lemah.
" Hentikan anin! Kembalilah kekamar dan istirahatlah, tak usah melakukan apapun. Lagipula ada miska dan ibu mereka bisa menggantikan kamu melakukan semuanya. " kata-kata aji justru membuat anin kebingungan.
" Sejak kapan kamu memperdulikanku mas? Siapa aku sampai kamu menghawatirkanku seprti itu. Aku tak ubahnya seorang perempuan yang berstatus istri tapi sebenarnya pembantu dan orang asing. Sudah lah mas,sudahi sandiwaramu itu. Jangan sampai sikap kamu membuatku jadi berharap lebih. Aku lelah mas, kembali lah kekamar mandi dan bersiaplah. Sebentar lagi makanannya siap, panggil ibu dan adikmu. " Ucap anin sembari terus memperhatikan masakan yang memang sudah hampir matang.
Entah mengapa aji merasa seprti tersayat mendengar kata-kata anin. Hatinya begitu sakit, tapi karna waktu memang sudah siang ahirnya aji kembali kekamar dan bersiap.
Miska terbangun setelah mendengar alaram. Waktu sudah menunjukkan pukul 06.30. Miska gegas mandi dan bersiap karna dia memang ada kuliah pagi. Setelah siap miska langsung menuju meja makan, namun ada pemandangan yang aneh didepannya.
Dimeja makan ibunya dan kakanya sudah duduk menunggu miska, tapi anin sama sekali tak terlihat batang hidungnya. Biasanya anin duduk bersama mereka dimeja makan yang sama, menyajikan makanan untuk suaminya. Terkadang menyuapinya, selama ini anin selalu bersikap sebagai isti yang baik meskipun diperlakukan dengan buruk.
" Loh mana istri kamu mas? " Tanya miska .
Aji hanya menjawab dengan gelengan kepalanya.
" Biarin aja mis, mungkin dia udah gak mau lagi ngurus kaka kamu. " Ucap diah dengan entengnya.
" Haha iya bu ahirnya dia nyerah juga, hem lagian kalau aku jadi dia udah pasti aku minta cerai atau kabur dari rumah ini. Mana mau aku punya suami kasar, suka marah-marah dan mertua yang cerewet seprti ibu. " Ucap anin sembari terkekeh.
" Dan ipar yang menyebalkan kaya kamu. Hahaaaaa. " Dahlia dan miska sama-sama terbahak merasa lucu dengan ucapanya sendiri.
Sementara anin kini tengah duduk dibelakang rumah sembari menghabiskan sarapannya. Stelah selesai anin langsung mencuci bekas piring makannya.
Aji mendadak tak berselera makan setelah mendengar kata-kata adiknya. Aji semakin dibuat bingung dengan perasaanya. Mengapa ia jadi lebih sering memikirkan anin, karna sudah hampir terlambat ahirnya aji kembali kekamar, namun lagi-lagi aji dibuat bingung.
Biasanya anin selalu menyiapkan tas dan perlengkapan lainnya yang dibawa oleh aji saat bekerja. Anin selalu melakukannya meskipun aji memarahinya bahkan membentaknya.
Namun kali ini anin justru tengah asik mengecat kukunya diatas sofa sembari mendengarkan musik diponselnya.
" Anin mana tas kerjaku? " tanya aji karna anin bahkan tampak cuek dan acuh saat aji masuk kedalam kamar.
" Biasanya kamu taruh dimana mas? " ucap anin tanpa menoleh sedikitpun.
" Anin, ada apa dengan kamu! Biasanya kamu kan yang mengambilkan semuanya menyiapkan segala sesuatunya untuk aku. " Ucap aji.
" Kamu lupa mas, biasanya kamu juga menolak saat aku menyiapkan semuanya untuk kamu. Bahkan kamu selalu marah-marah saat aku menyentuh barang pribadi kamu, lalu ada apa mas? Seharusnya aku yang bertanya ada apa dengan kamu? " Ucap anin, lalu anin berlalu kekamar mandi tak memperdulikan aji yang mematung dan berusha mencerna perkataan anin.
Cukup lama aji menunggu anin keluar dari kamar mandi namun anin tak kunjung keluar. Aji lantas mengobrak abrik kamarnya dan ahirnya dia menemukan tas kerjanya didalam lemari.
Karna anin tak kunjung keluar aji memutuskan untuk langsung turun. Aji bahkan menunggu bebrapa menit didalam mobil karna biasanya anin mengejarnya untuk menjabat tangan dan mencium tangan aji meski aji selalu menolaknya.
" Ck, ada apa denganku. Mengapa aku merasa ada yang kurang saat melihat anin menjauhiku. Aku bahkan merasa kesal saat dia mengabaikanku. Ada apa dengan kamu aji! " Aji trus memukul kepalanya dengan tangan hingga ahirnya dia pergi begitu saja .Namun sepanjang jalan aji trus saja merasa ada yang hilang dari dirinya.
Didalam rumah anin baru saja keluar dari kamar mandi setelah ajo pergi.
" Maaf mas, aku sengaja melakukan ini agar rasa cintaku tak semakin dalam. Aku takut jika aku berharap lebih dengan perubahan sikap kamu. Aku takut saat hatiku sudah sepenuhnya terisi kamu lalu kamu menyuruhku pergi. Aku akan belajar melupakan rasa cintaku terhadap kamu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments
FT. Zira
kalo aku di posisi anin.. aku ketawa kiat tingkah aji.. serius. pen ku tonjok juga lama lama
2024-02-25
0
Ranti Lestari
kayaknya si aji suka deh sama Anin, cuma belum menyadarinya aja. semangat thorr🥰
2024-02-15
1
💞Amie🍂🍃
Si aji udah mulai tumbuh rasa suka nih kayaknya
2024-01-23
1