Hanya butuh waktu 25 menit dari rumah menuju kantor. Anin bersykur karna dia tak begitu terlambat kekantor.
Banyak karyawan kantor yang berhamburan keluar dijam istrirahat. Mereka kebanyakan makan dicave. Sesaat anin teringat masa-masa kerjanya. Sungguh dia rindu masa-masa itu.
Anin terus berjalan tak perduli banyak pasang mata yang melihatnya. Dari kejauhan anin samar-samar mendengar seseorang memanggilnya.
Anin mengedar pandangan mencari dimana arah sumber suara. Mata anin berbinar kala ia melihat sosok yang ia kenal baik yaitu arman sahabat suaminya.
Anin berjalan mendekati arman yang tengah duduk ditaman.
" Mas arman apa kabar? " Sapa anin dengan ramahnya.
" Baik nin, oya kamu sendiri bagaimana kabarnya? " arman balas menyapa anin.
" Aku baik mas, oya mas ada liat mas aji? Tadi pagi dia gak sempat sarapan aku hawatir dia juga terlambat makan siang karna moodnya sudah buruk sejak pagi. " Ucap anin, anin memang lumayan dekat dengan arman. Arman yang sering berkunjung kerumah anin membuat anin tidak lagi canggung untuk sekedar ngobrol dengan arman.
" Duh, mau jawab apa ya .Masa iya harus bilang aji lagi makan sama fita. Ya biar bagaimanapun anin kan istrinya aji. " Gumam arman dalam hati.
" Aji, em gak tau. Tadi dia keluar duluan nin, em kamu bawain bekel buat aji? waah pasti enak nik masakan rumahan. " Arman berusha mengalihkan pembicaraan.
" Iya mas, aku bawain masakan kesukaan mas aji. Ya udah kalau begitu aku cari mas aji dulu ya. " ucap anin dan ia hendak berbalik namun lagi-lagi suara arman membuatnya terhenti.
" Anin nitip aku aja, janji deh gakan di cicip dulu. Heeee " Kekeh arman.
" Tapi mas, eh itu mas aji lagi jalan kesni. Tapi dia ko sama mba fita ya. " dari kejauhan anin melihat aji yang tengah berjalan beriringan dengan fita. Mereka tampak begitu akrab tak seprti biasanya. Bahkan aji terlihat tertawa lepas saat fita tengah bercerita entah apa yang fita ceritakan yang anin lihat suaminya terlihat begitu tenang dan nyaman tak kaku seprti saat bersamanya.
Sekilas anin seakan melihat aji yang dulu, aji yang dulu biasa bersikap ramah pada anin.
" Duh, mampus loe ji! Kira-kira si anin bakalan marah gak ya? " Lirih arman sembari terus memperhatikan anin yang tengah fokus melihat kearah suaminya.
Saking asiknya aji dan fita ngobrol dia sampai tak tau jika ada anin yang tengah memperhatikannya dari sudut lain.
Karna lelah menunggu ahirnya anin mendekat dan berteriak memanggil aji.
" Mas aji! " teriak anin.
Sepontan aji menoleh dan betapa terkejutnya dia melihat istrinya ada didepannya.
" Anin. " lirih aji.
" Mas ngapain istri kamu kesni, apa kamu minta dia datang? " Tanya fita, raut wajahnya langsung berubah sinis saat melihat anin.
Anin hanya tersenyum dan menganggukan kepalanya menyapa fita.
Arman yang takut terjadi keributan pun lantas mendekat.
" Ngapain kamu dateng kesni anin? Apa tidak ada kerjaan lain dirumah sampai kamu keluyuran dijam segini? " Bahkan aji tanpa berbasa-basi langsung menodong anin dengan ucapan yang menurut arman sangat keterlaluan.
" Aku mas, aku bawain kamu makan siang karna kamu gak sempet sarapan tadi pagi. Aku masakin makanan kesukaan kamu mas. " Bahkan anin masih berusha tersenyum saat mengatakan itu pada aji.
" Bawa pulang aku sudah kenyang. " Ucap aji tanpa melihat mata anin yang sudah berkaca-kaca.
Anin menganggukan kepalanya, setelah itu anin tersenyum ramah pada aji.
" Baiklah mas, maaf menganggumu. " Ucap anin, tanpa menunggu jawaban dari aji anin lantas berbalik dan mengusap airmatanya dengn salah satu tangannya.
Angin berhembus dengan kencang, kilat menyambar seakan membelah langit. Suara gemuruh mulai terdengar menggelegar.
Rintik hujan mulai menetes perlahan semakin deras. Arman dan fita berlarian mencari tempat berteduh. Menyisakan aji yang menatap punggung istrinya yang semakin menjauh.
Saat sadar hujan semakin deras aji lantas berlari menyusul tempat berteduh arman dan fita. Fita pergi terlebih dahulu karna dia harus merapihkan make upnya yang sempat luntur terkena tetesan air hujan.
" Apa lu! " Sungut aji kala melihat sahabatnya menatapnya dengan sorot wajah penuh kemarahan.
" Gila lu ji gila! Kalau lu gak mau makan makanan buatan istri lu harusnya lu tetep terima. Lu bisa kasih itu makanan keorang lain ji. Dia membuatkan itu dengan penuh perasaan, dia menghawatirkan suaminya yang tak sarapan sejak pagi. Sementara lu disini malah sama perempuan lain, dan lebih parahnya lu usir istri lu, lu biarin dia pulang dalam keadaan kecewa. Apa lu gk bisa liat airmata dia? Apa mata hati lu buta sampe tak bisa melihat ketulusan dan kasih sayang dari dia. Sakit lu ji sakit! Gue malu punya sahabat macam lu. Kalau lu menikahi dia hanya untuk lu sakiti mending lu cerai dia, gue siap ambil jandanya. " Ucap arman. Arman memang sengaja mengatakan itu agar hati aji tersentuh.
Sebagai seorang suami harusnya aji terbakar cemburu saat ada laki-laki yang dengan terang-terangan menunggu dia menceraikan istrinya.
" Brengsek lu arman, brengsek! Lu pikir lu siapa berani ceramah sama gue! " Aji memukul keudara, meluapkan amarahnya.
Hujan semakin deras dan angin bahkan berhembus dengan kecang. Aji sama sekali tak menghawatirkan keadaan anin.
Saat aji hendak kembali kekantor aji melihat arman berjalan kearah mobilnya dengan membawa payung. Awalnya aji tak menghiraukan kemana arman pergi namun aji faham seprti apa arman.
Aji tau jika arman pasti kasian pada anin dan dia hendak menyusul anin dan mengantar anin pulang.
" Sial! Berani lu sentuh dia lu habis sama gue man! " Sungut aji kemudian aji menyusul arman, ia tak peduli badannya basah kuyup karna air hujan.
" Kemana lu man, lu mau nyusul anin? " Ucap aji saat sudah sampai tepat diparkiran disamping arman yang hampir saja masuk kedalam mobil.
" Apa hak lu nyusul dia, dia istri gue man! " Teriak aji merasa sangat marah dengan arman.
" Cih, lu bilang dia istri lu! Kalau dia istri lu kenapa lu biarin dia pergi. Kalau lu anggap dia istri lu gak bakal bikin dia menderita. Kalau lu gak bisa bahagiaan dia dan memperlakukan dia selayaknya seorang istri maka biarlah gue ARMAN yang akan menggantikannya. " Ucap arman sembari menunjuk dadanya dengan telunjuk tangannya sendiri.
Aji mendorong arman dengan kuat namun arman tak gentar, dia bahkan mendorong balik aji dan gegas masuk kemobilnya.
" Brengsek lu man, awas lu! " aji bangkit dan berjalan masuk kemobilnya. Tak perduli beberapa pasang mata menatapnya kebingungan karna arman dan aji terkenal sahabat baik. Merek tak pernah ribut ataupun selisih faham.
Disebuah taman, dibawah guyuran air hujan anin duduk diantara bebantuan. Anin duduk memeluk lututnya sendiri.
" Kenapa sesakit ini mas, aku tak pernah marah ataupun terluka dengan sikap kasarmu. Tapi melihatmu bersama wanita lain hatiku sangat sakit mas, aku istrimu. Meskipun aku bukan istri yang kamu harapkan, tapi statusku tetap istri sah kamu. Apakah kamu menganggap pernikahan kita hanya formalitas dan status semata mas. Hiks hiks. "
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments
Teteh Lia
aq rate bintang 5 kak, suka bgt Sama ceritanya
2024-02-02
0
💞Amie🍂🍃
Maap kak, iklan gak ada. adanya bunga🤭🤭🤭
2024-01-20
1
💞Amie🍂🍃
Iklan dulu ya kak
2024-01-20
0