Anin baru saja masuk keruang perawatan diah. Diah yang tengah tidur membelakangi pintu menoleh saat mendengar pintu terbuka.
Namun saat melihat anin yang msuk diah lantas kembali membelakangi tanpa ada niat ingin mengucapkan terimakasih atau berbasa basi.
" Bagaimana keadaan ibu? " Sapa anin.
" Memangnya kamu berharap saya bagaimana? Apa kamu ingin saya semakin parah kemudian mati? " Ucap diah dengan ketus.
" Astaga bu, kalau saya memang menginginkan ibu mati lalu untuk apa saya repot-repot bawa ibu kesini? Bahkan saat anak-anak ibu sama sekali tak perduli dengan ibu! " Ucap anin.
Mendengar perkataan yang menohok membuat diah terdiam. Ingatannya lantas tertuju pada miska, anak perempuan yang membuatnya terbaring dirumah sakit.
Bahkan sampai detiki inipun miska sama sekali tak membesuk apa lagi menanyakan keadaan diah. Tak terasa air mata diah mulai menetes, sesaat diah sadar bahwa satu-satunya orang yang selalu ada saat dia butuh bantuan adalah anin seorang. Menantu yang selama ini ia sia-siakan ,menantu yang selama ini ia sakiti lewat ucapan dan sikapnya.
" Jangan menangis bu, maaf jika ucapan anin membuat ibu terluka. " anin lantas mengusap air mata diah.
Dari luar aji memperhatikan ,begitu lembut dan penuh perhatian anin sama sekali tak ada raut wajah keterpaksaan atau dendam.
" Anin, apa kita masih bisa memperbaiki semuanya dan memulai semua dari awal? Aku janji aku akan menyayangi kamu dengan tulus, aku akan membahagiakan kamu dan menjadikan kamu wanita yang sangat bahagia. " lirih aji tanpa sadar airmatanya meluncur.
Aji ingat betul bagaiman sikap dan perilakunya terhadap anin.
Setelah mengusap airmatanya aji lantas masuk kedalam ruangan ibunya.
Anin yang tengah menyuapi diah makan sama sekali tak menoleh. Anin tetap fokus pada apa yang sedang ia lakukan.
" Mengapa aku melihat ada yang lain dari anin ya? Apa ini hanya perasaanku, anin seperti berusha menghindari aji. Iya kenapa aku baru sadar tentang hal ini, ada apa dengan mereka? Apa aji menyakitinya lagi, mengapa semenjak anin mengantar bekal aji semuanya nampak berubah. Ada apa dengan mereka. " Gumam diah dalam hati.
Fikirannya terus menduga-duga dan berusaha mencari jawaban dari semua hal yang dia lihat yang memang memaksanya untuk mencari jawabannya sendiri.
" Sudah nin ibu sudah kenyang, terimakasih. " Ucap diah saat anin hendak menyuapkan lagi bubur yang disajikan dari pihak rumah sakit.
Tanpa ada niat menjawab, anin kembali meletakan bekas itu kemeja. Tak lupa anin memberikan segelas air putih untuk diah. Setelah memastikan diah tak ada lagi yang harus dibantu anin lantas berpamitan.
" Maaf bu, ibu sudah ada yang menemani anin harus pulang. Nanti anin akan datang lagi, banyak pekerjaan yang harus anin selesaikan dirumah. " Ucap anin, tanpa menunggu jawaban dari diah anin lantas mundur dan berbalik badan meninggalkan ruangan itu. Tak perduli aji menatapnya tanpa henti.
Setelah anin menjauh aji baru tersadar, mengapa dia tak mencegah anin dan memintanya menemani aji.
" Sial kenapa aku tidak kepikiran!" Aji lantas berlari dan berusha mengejar anin.
Aji hampir putus asa saat aji tak bisa menjangkau anin, namun saat aji hendak berbalik aji samar-samar mendengar suara anin dari arah sampingnya.
" Anin, dengan siapa dia bicara? " Aji mendekat dan mencari sumber suara.
Ternyata suara yang ia dengan benar-benar suara anin, namun saat melihat seseorang yang sedang berbicara dengan anin aji mengepalkan tangannya.
" Brengsek! ternyata dokter itu benar-benar sudah mengibarkan bendera perang kepadaku. " Ucap aji dengan gigi menggeratuk.
Anin memang sedang mengobrol dengan dokter vian, Anin yang kebetulan berpapasan dengan dokter vian tanpa sengaja menabraknya dan membuat ponselnya terjatuh.
Anin tertarik dengan wajah cantik nan imut yang menjadi wallpaper diponsel dokter vian.
Dokter vian ahirnya memberitahu anin tentang dirinya dan juga putrinya.
" Hari ini jam praktekku sudah selesai, jika kamu berkenan kamu akan aku kenalkan pada putriku. Dia pasti sangat senang bis bertemu kamu. Apa lagi ibuku. " Kekeh dokter vian.
Anin sempar tercengang dan tidak percaya saat mendengar pengakuan dokter vian.Tapi setelah dokter vian menunjukan foto makam istrinya anin ahirnya percaya.
" Em apa tidak apa-apa kalau aku kerumah dokter? " Ucap anin.
Sebenarnya anin ingin menolak tapi mengingat jika dirinya butuh teman dan suasana baru ahirnya anin memutuskan untuk menerima ajakan dokter vian.
Mungkin jika bertemu dengan putri dokter muda itu suasana hati anin sedikit membaik. Apa lagi saat mendengar cerita dokter vian tentang kelucuan-kelucuan putrinya. Anin semakin dibuat penasaran dengannya.
" Tidak anin, kamu akan betah bersama putriku aku yakin. Ayo lah, mungkin dia bisa menjadi temanmu. Aku tau kamu sama sekali tak memiliki seorang temanpun. " Kekeh dokter vian dan membuat anin membulat bola matanya.
Namun sepersekian detik anin lantas tertawa terbahak, entah mengapa anin merasa apapun yang dikatakan dokter muda itu mampu merubah suasana hatinya. Setiap ucapannya mampu membuat anin tertawa.
Dari samping aji semakin panas melihat kebersamaan anin. Aji semakin terbakar api cemburu, disaat anin mendekat aji bersikap buruk dan acuh. Namun saat aji mendekat anin justru menjauh dan semakin jauh. Semakin aji berusaha mendekat semakin jauh pula anin pergi. Itu yang aji rasakan, mungkin tanpa sepengetahuan aji itu juga yang anin rasakan dulu.
Anin dan dokter vian berjalan beriringan menuju ketempat mobil dokter vian terparkir. Sementara aji hanya mampu melihat dari kejauhan. Walapun ingin aji tak bisa pergi karna tak mungkin aji meninggalkan ibunya seorang diri.
Aji hanya merasa semakin kesal dan semakin marah pada dirinya sendiri, teriak pun percuma mencegah apa lagi. Aji baru sadar ternyata sesakit ini mencintai tanpa dicintai . Memendam rasa pada orang yang ada didepan mata namun kita tak bisa menggapainya.
" Mungkin ini yang kamu rasakan dulu anin. Aku bukan tidak mengerti akan cintamu, namun hatiku sudah tertutup amarah dan dendam. " lirih aji sembari menyaksikan istrinya naik kemobil laki-laki lain.
Dokter vian membukakan pintu mobilnya untuk anin dan mempersilahkan anin masuk kemudian menutup pintunya setelah masuk.
Hati aji semakin tersayat melihat begitu lembut sikap dokter vian terhadap anin.
" Dulu aku tak pernah bersikap lembut kepadamu anin, aku hanya memberikan kamu rasa sedih dan air mata. Tapi mengapa sekarang hatiku begitu sakit melihat kamu diperhatikan laki-laki lain.
Aji sebenarnya tau tentang perasaan anin, hanya saja aji dengan sengaja bersikap kasar agar anin sakit hati. Aji pernah menemukan buku harian anin dan membaca semua isinya. Semenjak aji tau perasaan anin aji semakin kasar agar anin semakin tersiksa. Namun ahirnya aji menyesal karna ternyata sekarang aji jatuh cinta pada anin.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments
Gemini
mulai seru nih
2024-01-02
0
Gemini
next thor
2024-01-02
0