" Ma-mas arman ka-kamu ngapain disini? " Tanya anin sekali lagi, namun arman masih terdiam sibuk dengan fikirannya sendiri.
" Mas! " Anin mengguncang bahu arman hingga membuat arman tersadar.
" Anin ayo pulang, jangan siksa diri kamu dengan menangisi dia seprti ini. Kamu sudah terlalu lama terkena air hujan, kamu bisa sakit. Pake jaket ini ayo pulang. " Arman melepas jaketnya dan memberikan itu pada anin. Meskipun arman tau itu tidak akan membuat anin jauh lebih baik, tapi setidaknya itu sedikit mengurangi rasa dingin anin.
" Tapi mas aku, hiks aku baik-baik saja mas. Aku hanya merasa buruk dengan diriku sendiri. Ah sudahlah, tolong tinggalkan aku sendiri mas Biarkan aku tetap disni. Jika hatiku sudah lebih baik aku pasti pulang. Terimakasih mas atas kepedulian dan perhatian kamu. Anin membalikan badannya dan kembali duduk diatas bebatuan lagi.
" Ck, kenapa kamu begitu bebal anin! Kamu bisa sakit, apa dengan kamu seprti ini aji akan berubah? Tidak, dia akan tetap seprti itu. " Ucap arman.
" Sudahlah mas kamu pergi saja, tolong! " Anin kembali berdiri dan menangkupkan kedua tangannya didepan dada.
" Ya sudah, silahkan menangislah, renungilah, berteriaklah sampai kamu benar-benar merasa lega. Aku akan tetap disini menunggu kamu dan menemani kamu sampai kamu lelah dan meminta pulang. " Tanpa memperdulikan tatapan anin arman lantas membuang payung dan jaketnya sementara dia duduk disebelah anin.
Bugh
Anin memukul lengan arman dengan begitu keras namun arman tetap tak bergeming.
" Kamu nyebelin banget si mas! "Sungut anin.
" Nin? " tanya arman.
" Hem. " Anin hanya bergumam tanpa menjawab.
"Kenapa kamu tetap bertahan meskipun kamu diperlakukan dengan tidak adil oleh aji. Kenapa kamu tidak meminta cerai saja dari aji, pergi sejauh mungkin dari hidup aji! " Mendengar pertanyaan arman anin lantas menoleh dengan cepat.
" Kamu sadar dengan apa yang kamu tanyakan mas? Apa kamu tidak memikirkan perasaan aku, kamu sahabat suamiku tapi kamu malah menanyakan hal itu kepadaku? " Anin membuang mukanya kearah lain.
" Dia memang sahabatku nin tapi sikap dia tidak baik. Apa karna dia sahabatku dan aku harus mendukung kelakuan buruknya itu? Menyiksa batin istrinya, tidak menyentuhnya, tidak memberikan nafkah batin, memperlakukannya dengan sangat buruk? Ck, pernikahan macam apa yang kamu jalani anin? " Arman menatap mata anin begitu dalam,berusha mencari jawaban dari sorot matanya.
" Apa kamu mencintainya anin? " Anin terkejut dengan pertanyaan arman.
Anin berdiri menatap jauh kedepan dalam guyuran air hujan.
" Kamu mau tau kenapa aku tetap bertahan mas? Kamu benar-benar ingin tau jawabannya? " anin kembali memastikan dan arman menjawabnya dengan anggukan kepala.
Anin menghembuskan nafasnya berulang kali mengatur nafasnya sampai dia benar-benar siap mengatakan semua isi hatinya pada arman.
" Awalnya aku memang tidak mencintai dia mas, tapi seiring berjalannya waktu aku mulai terbiasa dengan kemarahannya, sikap acuh tak acuhnya. Entah sejak kapan rasa ini mulai tumbuh dalam hatiku.Iya aku akui aku mencintai dia, meskipun aku tau perasaanku takan pernah terbalas. Tapi bukan itu alasanku bertahan dalam pernikahan ini. " Anin kembali mengatur nafasnya, dadanya terasa sesak dan tersayat.
" Lalu apa yang membuat kamu bertahan nin? " Araman masih saja mendesak anin agar anin mau berkata jujur.
" Aku hanya ingin menikah satu kali seumur hidupku, sepahit apapun pernikahanku akan aku telan walapun sakit. Dia sudah mengikatku dalam ikatan suci yang sudah disaksikan banyak orang dan Tuhan tentunya. Ikrar yang dia ucapkan adalah suci, aku akan tetap bertahan sesakit apapun. Aku hanya akan pergi jika dia sudah memintanya. Aku akan pergi jika mas aji yang menceraikanku. Aku tidak mau meminta cerai atau pergi dari hidupnya. Selama dia masih menganggapku sebagai istri aku akan tetap melakukan baktiku. Tapi jika dia memintaku pergi maka aku akan pergi saat itu juga. " Ucap anin
" Kamu yakin kamu bertahan bukan karna rasa cinta? " Tanya arman masih saja berusha mengulik isi hati anin.
" Tidak mas, cintaku murni cintaku tidak ingin dibalas. Aku tetap akan mencintai dia meskipun dia tidak mencintaiku. Cinta itu tak harus memiliki mas, tak harus meminta dibalas dan tak harus mengharapkan dipahami dan dimengerti. Jika dia melihatku dengan hatinya dia akan tau cintaku. " Ucap anin.
" Jika begitu lihatlah aku dengan hatimu nin, apa yang kamu temukan? Apa yang kamu lihat dariku yang tak bisa kamu lihat dari aji! " Ucap arman.
" Maksud kamu ap... "
" Anin! " Suara bariton aji membuat anin terkejut dan seketika menoleh.
Aji yang tengah menyusuri jalan melihat mobil arman yang terparkir didekat taman, aji sudah menduga jika arman pasti bersama anin didalam taman itu. Dan benar saja saat aji berusha mencari aji melihat armab dan anin dari kejauhan, kemudian aji mendekati mereka dan mengira arman yang membawa anin ketaman itu.
Drap drap drap
Aji berjalan dengan langkah panjang, matanya menyala merah. Sementara salah satu tangannya mengepal dibalik saku celananya.
" Mas aji! " Lirih anin.
" Si pecundang datang! " Gumam arman namun masih bisa didengar oleh anin.
Bugh
Brengsek! Ternyata kamu membawanya kesini? Beginikah sikap seorang teman, membawa kabur istri temannya yang tengah bertengkar? " Tanpa aba-aba aji melayangkan bogemnya kewajah arman.
" Awwwh, mas! "
Teriak anin.
Sseeeet
Arman mengusap sudut bibirnya yang berdarah.
" Begitukah kamu memperlakukan seorang istri yang begitu tulus mencintai kamu, mengabdikan hidupnya pada suami dan keluarganya? Itu kah balasan kamu? " Arman membalikan pertanyaan itu pada aji.
Aji yang tengah diliputi kemarahan sama sekali tak tersentuh dengan ucapan aji.
" Pulang anin! "Ucap aji dengan mata melotot.
" Kamu salah faham mas, mas arman tidak.. "
" Pulang sekarang atau aku seret kamu anin! " Teriak aji membuat anin takut.
Anin berbalik badan dan berjalan mengikuti aji, arman menatap mereka dengan tatapan yang sulit diartikan.
Anin membalikan badannya dan menangkupkan kedua tangannya didepan dada kearah arman. Arman hanya menjawabnya dengan gelengan kepala.
" Anin! " Teriak aji seolah tau jika anin tengah meminta maaf pada arman.
" Bukan kamu yang harus minta maaf anin, sibodoh itu yang seharusnya meminta maaf. Kamu terlalu sempurna untuk seorang pecundang seprti aji. " Lirih araman sembari menatap punggung anin yang semakin menjauh.
" Aaaaakh, sial sial, brengsek lu ji! " Arman melepaskan pukulan keudara untuk meluapkan kemarahannya, kekecewaannya dan perasaan terlukanya.
Luka karna cintanya takan mungkin terbalas.
" Kamu benar anin, cinta tak harus memiliki. Tapi cintaku tak bisa melihatmu menderita bersamanya. Jika kamu bahagia mungkin aku akan turut bahagia meskipun dalam duka. Anin aku berjanji kapanpun kamu membutuhkanku aku akan selalu ada untuk kamu. Aku akan tetap menyimpan rasa cinta ini untuk kamu, Akan aku tunggu jandamu anin.
Anin aku mencintaimu! " Teriak arman dengan kencang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments