bab 5

Diah membuka matanya kala ia samar-samar mendengar teriakan aji.

" Aji,astaga ada apa dengan dia kenapa dia berteriak seprti itu?" gumam diah.

Ceklek

Diah gegas membuka pintu dan ia semakin dibuat bingung saat mendapati putranya terlihat begitu cemas.

" Bu, ibu ini tidur apa pingsan si! Aji dari tadi mondar mandir kekamar ibu, bangunin ibu tapi ibu sama sekali gak bangun. " Sungut aji.

" Ya salah kamu, ngapain orang tidur ko digedor-gedor. Kenap si ji kenapa? Hoams ibu masih ngantuk aji! " Ucap diah dan ia hendak menutup pintu kamarnya lagi.

" Ibu! Anin pingsan bu, badannya demam tinggi bu bajunya basah kuyup aji bingung. " Ucap aji, terlihat begitu panik.

" Astaga aji! Kirain ada apa kamu sampai bangunin ibu yang lagi mimpi indah. Ya kamu ganti bajunya terus olesi minyak kayu putih. Kompres dia aji,gitu aja ko repot! Kamu ini gangguin ibu cuman untuk masalah sepele begini Huuft! " Keluh diah.

" Justru itu bu yang buat aji bingung. " Ucap aji

" Bingung apa lagi si ji, gitu aja ko pke bingung si. " diah semakin dibuat kesal dengan sikap aji.

" Ya bingung bu, masa Iya aji yang harus gantiin dia pakaian. " Ucap aji sembari menggaruk tengkuknya yang memang gatal.

" Ya Ampun aji kan kamu suaminya, masa iya ibu yang harus gantiin. Kalau lagi nganu juga kamu kan yang buka baju dia. Udah lah awas ibu mau tidur lagi,kamu ganggu mimpi ibu aja si! " Brak

Diah menutup pitunya dengan kencang tanpa memikirkan aji yang masih mematung didepan pintu.

Aji berjalan dengan gontai menuju kamar, namun saat aji masuk dia tak mendapati anin ditempat tidurnya. Aji panik namun saat aji hendak keluar untuk mencari anin aji mendengar suara guyuran air didalam kamar mandi.

" Oh syukurlah dia sudah bangun. Tapi kenapa dia mandi, kan dia demam. Apa dia mandi air hangat, atau air dingin? Ish kenapa aku harus menghawatirkannya si. " Karna tak mau ketahuan jika aji menghawatirkan anin aji kemudian naik keatas ranjang dan pura-pura sibuk dengan ponselnya.

Ceklek

Pintu kamar mandi terbuka dan anin keluar sudah lengkap dengan setelan piyama panjang bermotif bunga. Rambutnya yang masih setengah basah dibiarkan tergerai begitu saja. Aji melihat sekilas, itu kali pertama aji melihat anin dengan rambut basahnya yang tergerai. Rambut panjang sepinggang yang terawat nampak begitu segar dan indah meskipun masih dalam keadaan setengah basah.

Aji mengalihkan pandangannya kala anin menoleh kearahnya.

" Mas terimakasih sudah membawaku masuk dan mengizinkanku masuk kedalam rumah lagi. Tadi aku ketakutan dan kedinginan. Dari pagi aku belum makan apapun jadi mungkin aku masuk angin. Maaf ya sudah merepotkanmu. " Ucap anin

" Em , ya. " Ucap aji singkat

Anin tak heran dengan jawaban aji karna memang aji selalu seprti itu. Tak pernah mau tau dan selalu acuh terhadap anin.

Anin berjalan menuju arah meja rias, dia duduk didepan cermin mengeringkan rambutnya dengan handuk kecil.

" Dia terlihat baik-baik saja, apa dia sudah sembuh apa dia sudah tak demam atau pusing? " Gumam aji dalam hati.

Aji menatap anin sekilas dalam pantulan cermin.

" Astaga, kenapa aku baru sadar dia begitu cantik saat rambutnya tergerai. " tanpa sadar aji memuji kecantikan anin.

Aji dan anin memang kenal lama tapi aji hanya melihat anin sekilas sebagai rekan kerja. Anin bahkan selalu mengikat rambutnya selama ini. Aji baru pertama kali melihat anin menggerai rambutnya karna selama ini anin selalu mandi sebelum subuh dan aji belum bangun.

Karna tak mau terbuai aji lantas keluar kamar dan berdiri dibalkon.

Aji mengotak atik ponselnya entah apa saja yang dia lihat, dia hanya ingin mengalihkan otaknya dari bayang-bayang wajah anin.

Sementara diah urung tidur, dia kini yang dibuat gelisah lantaran miska belum pulang. Padahal biasanya sebelum jam 8 malam miska sudah ada dirumah.

" Astaga ini anak kemana si mana hujan deras, apa dia masih dikampus. Kenapa nomor Ponselnya tak bisa dihubungi. Apa batrai ponselnya habis? Miska kamu dimana si nak! " Diah terus saja mencoba menghubungi miska dengan menelfonnya.

Dirumahnya diah tengah menghawatirkan miska sementara yang dihawatirkan tengah berbagi keringat lagi dengan kekasihnya. Rayuan fatan sangat jitu hingga miska dengan sukarela mempersembahkan tubuhnya lagi untuk fatan.

Ponselnya sengaja ia matikan karna ia tau ibunya pasti akan menelfonnya dan menyuruhnya pulang.

Kenikmatan yang baru saja dia rasakan sudah menjadi candu untuk anin. Rasa sakit dan nyeri yang awalnya ia rasakan kini berangsur hilang tergantikan dengan kenikmatan yang tak terkira. Angannya seperti melayang saat mendapat hujaman-hujaman dari senjata pamungkas kekasihnya.

Mereka trus melakukannya lagi dan lagi hingga mereka sama-sama terkapar kelelahan.

Miska menghabiskan waktu semalaman didalam kamar kost fatan.

Semalaman diguyur hujan deras pagi hari udaranya terasa begitu sejuk. Anin yang tengah menyiapkan sarapan dibuat terkejut dengan suara tangisan dari arah kamar ibu mertuanya.

" Astaga itu kan suara ibu, apa ibu jatuh atau darah tingginya kambuh? " Gumam anin, anin lantas mematikan kompornya dan bergegas menuju kamar mertuanya.

" Buu, ibu kenapa bu? " Teriak anin dari luar, namun bukannya menjawab diah malah semakin kencang suara isakan tangisnya.

" Huu, haaaaa miska hiks kamu kemana nak, harus kemana ibu cari kamu. Apa kamu diculik nak, hu huu huuu. " Dari luar anin mendengar dengan jelas suara racauan dari ibu mertuanya.

Karna tak kunjung membuka pintu kamarnya anin panik dan ahirnya anin memanggil suaminya. Namun sebelum anin memanggil aji rupanya aji tengah turun menuju meja makan.

" Mas,ibu mas! " Ucap anin dengan panik.

" Ibu kenapa? " Tanya aji tanpa menoleh. Namun aji langsung berlari kala ia mendengar suara tangisan ibunya.

" Kamu apakan ibuku anin? " Ucap aji sembari berusaha menggedor pintu kamar ibunya.

Mendengar suara aji, diah lantas beranjak dan membuka pintu kamarnya.

" Aji, hiks adimu ji miska ji hiks hiks! " Dia terisak dan berhambur kepelukan aji.

" Miska kenapa bu, bukankan dia belum bangun bu? "Ucap aji karna aji sama sekali tak tau jika adiknya tidak pulang. Diah sengaja tak memberitahu aji karna dia takut aji marah jika tau miska tidak pulang. Mendengar pertanyaan aji, diah diam tak bergeming.

" Bu kenapa diam, jangan membuatku bingung. Kemana miska? " Tanya aji dengan nada bicara yang sudah meninggi.

" Miska miska itu, em miska. " Diah tergagap tak mampu mengatakan apapun, namun ditengah kebingungannya terdengar suara deru sepeda motor milik miska.

Diah berlari keluar dan gegas membukakan pintu untuk putrinya.

Wajah miska terlihat sangat pucat dan lemas, jelas miska keleahan karna semalaman digempur habis-habisan oleh fatan.

Aji menyusul diah keluar diikuti anin dibelakangnya.

" Miska kenapa dengan kamu, kenapa jalanmu begitu nak? " Ucap diah merasa janggal dengan cara miska berjalan.

" Begitukah tingkah anak gadis, pulang pagi kemana kamu semalaman miska? " Suara bariton aji terdengar begitu mengerikan ditelinga miska. Bahkan anin pun merasa takut melihat aji yang terlihat begitu marah. Sebagai seorang laki-laki aji sudah bisa menebak apa yang sudah terjadi pada adinya meskipun dia belum pernah melakukannya.

Terpopuler

Comments

Teteh Lia

Teteh Lia

udah aq subscribe kak...

2024-02-02

1

💞Amie🍂🍃

💞Amie🍂🍃

Terpesona baru tau rasa

2024-01-20

1

Gemini

Gemini

ko belum up si thor

2023-12-17

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!