Azura Merasa bersalah

°°

°°°°

°°°°°°

Ada baiknya sebelum membaca jangan lupa tinggalin vote dan komennya....

Azura mengerjapkan matanya, ia mencium bau obat-obatan yang menyengat. Ternyata ia berada dirumah sakit dengan tangan yang terinfus.

"Azura? Lo nggak papakan?" tanya Vara dengan mimik wajah khawatir.

Azura mengganguk."Azura udah baik-bik aja kok, Mom." balas nya.

Azura memijat pelan pelipis nya yang masih sedikit pusing. Ia pun membulatkan mata saat ia baru mengingat suami nya.

"Astagfirullah!! Kak Reiga?! Kak Reiga nggak papakan Mom?" Azura berujar dengan panik. 

Tadi sebelum ia pingsan, wanita itu memeluk suaminya.

"Udah nggak papa, luka tusukan nya sudah di jahit. tuh dia ada disebelah lo? Cuma belum sadar aja?" ujar Vara sambil menunjuk ruang sebelah nya yang hanya dibatasi tirai biru.

Azura pun membuka gorden itu, dan memang benar suami nya itu belum sadar, dan lebih mengejutkan ada Ica yang menemani Reiga.

Azura kembali menutup tirai nya, ia seketika merasa bersalah, air mata Azura mengalir, ia menatap Vara dengan wajah sedih.

"Maafin Azura Mom, ini semua salah Azura, hikss.... Azura yang udah buat kak Reiga ditusuk, hiks." Azura menangis tersedu-sedu. 

Vara membawa Azura ke pelukan nya, ia mengelus kepala Azura yang tertutup hijab.

"Bukan salah lo. Ini memang kejadian mendadak, dan nggak ada yang tau kapan dan dimana musibah itu datang. Jadi, Jangan salahin diri lo. Yang terpenting lo jangan banyak pikiran, dan cepat sembuh,

"Entar kalau lo udah sembuh, gue ajak kenalan sama geng gue, deh? Gimana, mau?" lanjut Vara membujuk Azura dan wanita hamil itu seketika tersenyum.

Azura mengangguk semangat."Mau." balas nya.

Vara ikut tersenyum sangking gemesnya ia mencubit pelan pipi gembul Azura.

Azura kembali memeluk Vara erat, ia merasa nyaman di pelukan wanita itu. Azura juga bahagia sekali mendapatkan ibu mertua yang baik  dan selalu ada untuk nya. 

Bahkan Azura percaya jika Mommy Vara adalah bidadari yang dikirim bunda untuk nya.

Setelah pelukan tadi Vara beranjak untuk mengambil baju ganti Azura dan Reiga. Sedangkan sang papa masih ada meeting mendadak. Mungkin nanti akan kerumah sakit bersama Mommy Vara.

Tinggal lah Azura sendiri, wanita itu ia ingin sekali melihat Reiga. Namun ada Ica yang membuat Azura takut jika gadis itu akan menyakiti nya kembali.

Saat sibuk berkutat dengan ponsel nya, Azura dikejutkan dengan Ica yang sudah berada di samping ranjang nya.

Ica mencengkram erat tangan Azura yang terinfus, Azura meringis.

"Kak, tangan Azura sakittt..." lirih Azura menahan sakit dan perih pada tangan nya.

"Lo itu bego atau apa sih?! Lo itu jadi istri yang cuma bisa nyusahin Reiga tau gak loh!! Dan ini hukuman karena lo udah buat Reiga terluka!" Ica berujar geram dengan suara pelan.

Ica sengaja memelankan suaranya, agar Reiga tak mendengar ucapan mereka saat pria itu tiba-tiba sadar. Dan juga sebagai privasi rumah sakit yang tak boleh berisik atau membuat keributan.

"Maaf kak.... Maaf selama ini Azura cuma bisa nyusahin kak Reiga, hiks. Azura tau, Azura salah, hiks.. Azura juga tau Azura itu istri yang nggak berguna buat Kak Reiga, hiks." Azura menjelaskan dengan terisak sedih.

"Tuh lo nyadar, jadi kapan lo bakal pergi dari kehidupan Reiga? Kalau perlu lo mati sekalian aja?! Gue juga tau kok kalau keluarga lo itu nggak baik-baik aja. Makanya jangan sok kuat, deh." Ica berdecih menatap Azura yang malang.

Suara pintu mau terbuka, Ica yang mendengar itu segera beranjak. Sedangkan Azura meringis, mengibaskan telapak tangan nya yang kesemutan dan ada darah yang mengalir cukup banyak.

Seorang gadis cantik dengan style potongan rambut tomboy dan kacamata min yang tertelengar di hidung mancungnya. Gadis itu menghampiri Azura yang sedang menangis menyentuh telapak tangan nya yang mengeluarkan darah.

"Jangan di sentuh, entar gue panggilin dokter. " gadis itu memencet bel yang berada di samping ranjang Azura.

Dokter pria pun datang, dan dengan sigap membersihkan tangan Azura hingga memperbaiki letak infus nya.

"Sorry gue tadi telat. Lo nggak papakan? Oh ya, gue Rara anak dari Mommy Vara. Ups, maksud nya anak dari sahabat Mommy Vara." Rara memperkenalkan diri nya.

"Saya Azura. Dan makasih udah bantuin Azura." balas Azura tersenyum lembut.

Rara dikirim oleh Vara untuk menjaga menantu nya itu, Vara takut jika ada orang jahat yang mau menyakiti Azura yang polos itu. Jadilah sekarang Rara di sini.

Rara duduk di atas ranjang bersebelahan dengan Azura. Jadi mereka satu ranjang berdua.

Azura tak mempermasalahkan hal itu, Azura pun kembali membuka ponselnya. Tadi itu dia mengirim pesan pada Bella untuk membuatkan nya surat izin. Sekaligus memberitahukan sahabat nya jika ia sedang sakit.

Eughhh.

Reiga sadar, bertepatan dengan Alvin dan Izar yang juga baru datang dan kini berada di sisi ranjang nya.

"Bro?" panggil Alvin dan di balas anggukan Reiga.

Ica tersenyum lebar, bibir gadis itu melengkung hampir menangis. Ica memeluk Reiga. Reiga mengelus punggung nya dengan senyum tipis.

Huekk!

Azura terbagun, perutnya tiba-tiba terasa tak enak. Azura menutup mulut nya rapat.

Reiga yang mendengar itu berusaha berdiri, namun baru saja dia mau bangun tubuh nya terasa begitu sakit sampai pria itu meringis menyentuh dadanya.

"Lo masih sakit, Reiga. Tiduran lagi?" pintah Ica membantu Reiga tiduran.

Reiga menolak, dia menghempaskan tangan Ica."Gue mau bantuin Azura?" lirih nya.

"Tapi lo masih sakit, berdiri aja lo nggak bisa. Bagaimana lo mau bantuin Azura coba?" Omel Ica yang kesal dengan tingkah Reiga yang keras kepala.

"Tapi gu ---"

"Biar gue aja yang bantu Azura? Lo istirahat aja." sahut Rara yang membuka tirai.

Rara memapah Azura menuju kamar mandi. Reiga merasa sedih. Entah mengapa dia ingin sekali membantu Azura padahal biasanya dia tak pernah memperdulikan wanita itu.

Tak dengan Alvin yang menatap penasaran Rara, senyum buaya pria itu pun keluar.

Huekk

Huekk

Azura memuntahkan cairan kuning, Rara dengan setia memijat tengkuk nya tanpa merasa  jijik sekalipun. Bahan gadis itu mengeluarkan ikat rambut dari saku jaketnya lalu mengikat rambut Azura agar tak terkena muntahan.

Setelah selesai, Azura mencuci mulut nya Lalu Rara kembali memapah Azura ke ranjang.

Azura memejamkan mata nya, mendiamkan rasa mual yang masih menyerang nya. Rara membuka botol minyak angin lalu meletakkan nya di kedua sisi pinggir kepala Azura.

Setelah Azura sudah lebih baikan, Rara duduk disofa, Alvin dengan tatapan buaya nya menghampiri gadis itu.

"Hay neng cantik? Kenalan yuk? Nama gue Alvin, lo siapa?" tanya Alvin mengulurkan tangan nya.

Rara menatap cuek Alvin.

"Nggak nanya?" balas Rara lalu mengangkat telpon dari kekasih nya. 

"Hello baby," 

"Hello beb, lo lagi dimana? Kok telfon gue nggk diangkat sih, tadi?" rengek seseorang di seberang sana.

Alvin yang di cuekin beranjak, sedangan Izar sudah menertawai pria itu, memang sahabat laknat tuh Izar?

Saat sampai di samping Izar, Alvin berujar, "Dia telponan sama cewek njirr, kok gue jadi merinding sih?" celetuk nya sambil mengelus tengkuk leher nya.

"Yaudah lah suka-suka dia, kita nggak seharusnya mengikuti urusan nya. Urus aja diri masing-masing." jawab Izar tiba-tiba dewasa.

Sedangkan Ica, gadis itu menyuapi Reiga. Reiga menerima suapan itu, namun saat pandangan nya tak sengaja beradu dengan mata Azura yang tersenyum sendu di bibir pucat nya.

Azura membalikkan badan nya, wanita itu menangis sambil memunggungi Reiga. Azura cemburu dengan perlakuan Ica pada suami nya. Apakah Azura telah mencintai Reiga? Lalu apakah Reiga juga mencintai nya?

Reiga yang merasa tak enak pada Azura, nafsu makan nya pun menghilang. Saat Ica kembali menyuapi nya Reiga menolak.

"Gue udah kenyang?" ujar Reiga.

"Kok udah kenyang sih, kan baru makan empat suap?" tutur Ica.

Ica yang merasa Reiga melihat sesuatu, dia pun melirik ke arah tatap mata Reiga dan ternyata pria itu sedang menatap punggung Azura.

Wajah Reiga tiba-tiba berubah dingin saat melihat punggung Azura yang bergetar, dia tau jika wanita nya sedang menangis.

Suara perut seseorang membuat Azura membalikkan badan, ia melihat Reiga yang menggaruk tengkuk nya yang tak gatal.

Pria itu malu saat Azura mendengar nya, tapi dia sangat lapar sekarang. 

Reiga berusaha menggapai mangkok yang berada di atas meja, dia meringis saat dada nya terasa ngilu. 

Azura yang khawatir pun beranjak dengan membawa selang infus nya. Azura duduk di samping ranjang mengambil mangkuk itu lalu menyuapi Reiga. 

Reiga yang awal diam, tersadar dan membuka mulutnya. Azura menyuapi nya dengan lahap. Selesai itu Azura membantu suaminya untuk minum. 

Merasa sudah tak ada yang di perlukan Reiga. Azura beranjak, namun Reiga dengan cepat menarik lengan wanita itu hingga tubuh Azura limbung lalu terduduk di samping Reiga. 

Mereka hanya berdua di ruangan ini, sedangkan yang lain baru saja pulang, sebab hari yang sudah mulai sore. 

Azura membeku saat Reiga memeluk nya dari belakang. 

"Jangan pergi, temenin gue disini?" pinta Reiga sambil meletakkan dagunya di bahu Azura. 

Badan Azura bergetar, Reiga yang merasakan itu membalik tubuh Azura untuk menatap nya. 

Terlihatlah wajah Azura sudah penuh dengan air mata."Kenapa, kok nangis?" tanya Reiga lembut sambil menghapus air mata Azura dengan jempol nya.

"Maafin Azura kak, Azura udah buat kakak terluka, hiks... Maaf udah jadi istri yang nggak berguna buat kakak, yang selalu ngerepotin kakak, sekali lagi, maaf." ujar Azura lirih. 

"Gue udah baik-baik aja kok, dan jangan pernah ngomong kalau lo itu nggak berguna." Jawab Reiga. 

Ingin sekali Reiga berujar 'Lo itu berarti bagi hidup gue, ra.' 

Namun ucapan itu berhenti di tenggorokan, dia merasa belum siap untuk membuka hati nya. Masih banyak salah yang harus pria itu memperbaiki nya. 

******

Next komen?

( Izar Faruq Alfarizi / 20 tahun)

Tunangan Bella, kalem, mulut asal ceplos, Sok Cool.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!