ReigAzura
Brukk
gadis berhijab hitam tersungkur membuat lututnya berdarah.
"Siapa yang suruh lo duduk, ha!!" bentak gadis berkuncir kuda.
Ditariknya hijab Azura yang membuat gadis itu menahan nyeri pada kepalanya sebab Diana kakak tirinya itu bukan hanya menarik hijabnya namun juga rambutnya. belum lagi Azura harus menahan perih saat jarum pentul di hijabnya yang menancap di leher gadis itu akibat tarikan kasar Diana.
Azura terisak, gadis itu sudah tak bisa menahan genangan air mata yang kini membasahi pipi chubbynya.
Azura Ainun Azkia gadis cantik, putih, nan pendek. Tinggi Naura hanya berkisar 150 cm, bukan pendek banget sih, Azura itu mungil, tak lupa pipi Chubby nya yang berisi membuat gadis itu bertambah menggemaskan.
"Sekarang juga, lo beresin kamar gue!"
"Sampai gue menemuin debu sedikitpun di kamar gue, gue bakal aduin lo ke mama?" lanjut Diana mengancam Azura.
Mendengar nama mama, tubuh Azura tiba-tiba bergetar hebat, Azura menggenggam erat kedua tanganya pada pinggir baju.
jika sudah menyangkut Mama tirinya itu, Azura tau betul apa yang akan terjadi selanjutnya pada dirinya.
Diana tersenyum licik saat melihat Azura yang menunduk ketakutan. Dia merasa ada kesenangan tersendiri melihat adik tirinya itu menderita.
"hiks... I-iya kak, Azura bakal bersihin kamar kakak sampai bersih kok, Hiks," Azura menjawab dengan diiringi tangisan.
"Ck, drama lu, nangis mulu yang lo gedein." ketus Diana bersedakap dada menatap sinis pada Azura yang masih menunduk.
"Udah sono buruan bersihin kamar gue?!" Diana mendorong kasar bahu Azura hingga membuat ia tersungkur kembali.
Melihat Azura yang tersungkur, bukanya dibantu berdiri, Diana justru menertawai adik nya itu. lalu Diana beranjak pergi meninggalkan Azura yang masih menangis.
Azura menatap sendu bahu Diana yang mulai menghilang, Aku salah apa kak? Batin Azura.
Azura berusaha berdiri dengan menopang pada pinggir pintu kamar. Azura sebenarnya baru saja mau memasuki kamarnya dengan berlari kecil, namun teriakan Diana yang menggelegar membuat gadis itu kehilangan keseimbangan dan tersungkur di lantai akibat terkejut.
Setelah itu Azura pun berjalan menuruni tangga dengan langkah kaki pincang. Bahkan Azura tak mempedulikan perih pada lututnya yang terus mengeluarkan darah.
Sekarang yang ada di benak Azura, ia harus segera membersihkan kamar kakaknya itu agar Azura tak dimarahinya lagi.
Azura menghapus peluh di dahinya, bahkan baju gadis itu kini banyak berkeringat, Azura tersenyum lebar melihat kamar Diana yang sudah bersih dan rapi.
Diambilnya dua bungkus plastik besar berisi semua sampah cemilan yang ada di kamar Diana untuk ia buang ke kedepan.
Biasanya saat siang hari ada truk pengakut sampah yang mampir untuk mengambil semua sampah di depan kompleks nya. Sampah yang sudah di bungkus sengaja di taruh di depan pagar begitu saja agar nantinya diambil sendiri oleh pembersih sampah itu.
Azura selesai membersihkan tubuhnya yang kini terlihat lebih segar. Ia merebahkan tubuhnya di sisi ranjang sambil mengelus sebuah bingkai yang berisi foto alm. sang mama yang sudah tiada akibat penyakit leukimia.
air mata Azura kembali mengenang, dipeluknya foto sang mama erat, sangat erat seakan ia mengulurkan semua kerinduan pada sang bunda tersayang.
Tak terasa terlalu banyak menangis membuat Azura mengantuk, ia pun tertidur dengan masih memeluk foto bunda nya.
Azura bahkan lupa jika lutut yang terluka belum ia obati sama sekali.
°°°°°
Di lain tempat terlihat wanita dewasa yang cantik dengan baju oversize, celana jeans, tak lupa kacamata hitam yang bertelegar di hidung mancungnya. Wanita itu meraih sebatang rokok di sela jari nya lalu menghisapnya dengan santai.
Sedangkan pria gagah berjas rapi tersenyum lembut pada wanita tersebut.
"Jangan liatin gue? gue enek kalau lo liatin terus. Mending liat noh?" tunjuk wanita itu pada sekumpulan wanita cantik yang menatap suaminya dengan minat.
"Nggak ah, entar lo cemburu? gue juga lebih suka lihat istri gue yang cuantikk ini, dari pada mereka, ihhh." gombal pria yang dia sebut suaminya.
Pria itu bahkan merinding saat melihat kumpulan wanita penggoda yang sedang menatapnya seakan siap menerkam dia kapan saja.
Mendengar gombalan suaminya, wanita itu memutar bola matanya malas."Nggak usah gombal, semua itu nggak akan mempan sama gue, ndre," celetuk Vara.
"Dihh, gombalan gue itu ampuh ya, bukti nya aja sekarang lo bisa nikah sama gue yang cakep nya sejagat raya." pede Andre menyisir rambutnya ke belakang membuat para wanita tadi berteriak histeris akan aksinya.
Tak dengan Vara yang menatap Ilfil pada kepedean suaminya sejak dulu.
Drett...
Ponsel Vara tiba- tiba berbunyi, Vara pun merogoh saku celananya, terterah jelas nama polisi dari ponselnya.
"Halo, Ada apa ya pak?"
"Selamat siang bu, begini anak ibu telah kami bebaskan, jadi ibu dapat menjemput anak ibu sekarang." ujar seseorang di seberang sana.
"Baik pak, dan terimakasih atas infonya."
Vara menutup ponselnya, lalu beranjak sambil membuang puntung rokok nya ke sembarang arah. Andre yang melihat istrinya beranjak dia pun mengikuti langkah istrinya yang terlihat tergesa-gesa.
Andre menancap gas mobil menuju kantor polisi, di samping nya Vara sedang memakan permen karet sambil terus menyibukkan diri dengan ponselnya, Andre bahkan tak tahu siapa yang istrinya hubungi sekarang.
Sesampai nya di kantor polisi, Vara berjalan tegak, memasukkan satu tangan nya di dalam saku. Di pasang nya kacamata hitam itu dengan mulut yang tak berhenti mengunyah permen karet di ikuti Andre yang merapikan dasinya yang sedikit miring.
"Hey boy, How are you?" ujar Vara merangkul bahu anaknya.
"I'm ok Mom. Mom, are you drunk?" Tanya sang anak yang bernama Reiga Pada Mommy nya, sebab pria itu dapat mencium bau alkohol dan rokok dari mulut sang mama.
"Ya, gue baru aja dari club sama tuh, badut gue?" tunjuk santai Vara pada sang suami yang kini menatapnya tajam.
Bagaimana natapnya nggak tajam coba, suami ganteng gitu dibilang badut? Hahaha agak laen nih, Mommy yang satu ini.
Reiga melototkan mata nya pada sang mama yang sempat-sempatnya mampir ke klub sebelum menjemput nya. Padahal sudah dua hari lalu Reiga menelpon wanita itu untuk menjemput dirinya tempat waktu, Bahkan tadi Reiga harus menunggu lama sang mama yang malah asik sendiri dengan hobinya.
Kalian jangan terlalu terkejut jika ke club itu memang sudah menjadi hobi mama nya sejak wanita itu menderita atas kehilangan anak tunggalnya yang dijatuhi hukuman penjara selama dua tahun akibat kasus pembunuhan Riko Geryo.
Reiga Malik Arkhava sudah 2 tahun mendekam di penjara atas kasus yang tak pernah ia lakukan, bahkan sudah banyak pengacara yang Andre dan Vara carikan. Namun tak ada satupun yang berhasil membebaskan Reiga dari tuduhan, sebab mereka kekurangan bukti, atau saksi mata.
Reiga pun menerima semua hukuman itu, Reiga juga berjanji setelah keluar dari sel ia akan mencari pembunuh yang sudah membuat ia hampir gila di dalam sel selama kurang lebih dua tahun ini.
Selama dua tahun terkurung di dalam jeruji besi, tak mudah bagi Reiga untuk menemui kunjungan orang tuanya. bahkan ia juga harus waspada pada teman satu sel nya yang kapan saja bisa membunuhnya.
Setiap sel berisi 4 orang dengan bermacam kasus, misalnya Teno pembunuh bayaran sekaligus ketua di dalam sel nya. Ada Bio mantan pemerkosaan, Dino mantan napi dan yang terakhir ia.
Teno dikenal sangat berkuasa di selnya, bahkan Bio dan Dino mau saja menjadi babu nya dan harus menaati semua perintah Teno.
Di mana kala itu Reiga baru saja masuk sel, Tino dengan garang memerintah Reiga untuk memijat punggungnya. Namun dengan santainya Reiga menolak dan lebih memilih menyibukkan diri membaca buku yang bisa di pinjam di sel.
Melihat itu gigi Tino mengemercik dengan kedua tangan mengepal. dilayangkan satu tinjuan tepat di kepala Reiga.
Mendengar pergerakan dengan gesit Reiga menahan kepalan tangan Tino yang hampir saja menyentuh rambut barunya itu.
Tino bertambah gerem saat Reiga dapat menahan tinjuan."Serang dia!!" pintah Tino pada kedua babunya.
Dino dan Bio pun langsung menyerang Reiga dengan brutal.
Bugh
Bugh
kedua babu Tion tergeletak di lantai dengan tubuh lemas, bahkan banyak luka memar yang Reiga layangkan pada keduanya. Sedangkan Reiga sendiri mendapatkan luka di sudut bibirnya yang robek hingga mengeluarkan darah.
Reiga menghapus kasar noda darah di bibirnya, lalu meludah ke sembarang arah. Ditatap tajam Tino yang kini mulai ketakutan.
Tino pun berlutut di hadapan Reiga."Maafkan saya tuan, saya berjanji akan menuruti semua keinginanmu, tapi tolong jangan melukai saya, saya mohon!!" mohon Tino menunduk sambil menangkup kedua telapak tangannya.
Reiga tak menjawab, pria itu justru beranjak ke kamar mandi.
Setelah kejadian itu Tino ddk tak berani lagi mengganggu nya, bahkan semenjak itu Tino ddk berganti menjadi babu Reiga.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
Kiw Kiu
Diana 😡
2024-02-08
0