Reiga Malik Arkhava

Hai salama kenal....

Jangan lupa tekan tombol like, komen end vote.

Selamat membaca......

Reiga sudah sampai di rumah mewah nya, pria itu langsung merebahkan tubuhnya di kasur yang sudah lama ia rindukan. 

"Udah lama ya, gue ninggalin dia. apa dia baik-baik aja tanpa gue?" monolog Reiga menatap langit-langit kamarnya.

"Reiga," panggil Vara dari arah dapur.

Reiga yang mendengarkan panggilan itu segera beranjak menuruni tangga.Terlihat sang mama yang telah menyiapkan makanan kesukaanya sayur sup.

Dengan senyum lebar Reiga menarik kursi lalu melahap makanan yang telah Vara siapkan di piringnya. 

Vara yang melihat Reiga makan dengan lahap membuat wanita itu meneteskan air mata nya.

"Mom kok nangis sih? jangan sedih dong." Ujar Andre memeluk Vara untuk menenangkan nya.

Vara menolak, didorongnya bahu Andre dengan pelan, lalu Vara membuka kedua tangan nya minta di peluk oleh anak nya. Reiga pun beranjak lalu memeluk erat sang mama yang sangat-sangat ia rindukan setiap harinya.

Walaupun terkadang mama nya itu nyebelin dengan setiap tingkah. Tapi Reiga tetap menyayangi wanita yang telah melahirkan nya itu. 

Andre yang mendapat penolakan dari Vara, pria itu menekuk wajahnya sebal.

"Papa gak diajak nih?" ujar Adrea, Vara menatap sekilas wajah suaminya 

"Nggak." jawab singkat Vara lalu mengelus kepala Reiga sayang, dan beberapa kali mengecupi pipi tirus anak nya itu.

Reiga yang melihat tingkah sang papa di buat tertawa cekikikan saat wajah Andre yang terlihat lesu dan kusam.

Vara yang merasa kasihan pada suami nya itu, dia pun menarik bahu Andre lalu ketiganya pun berpelukan bersama. mengembalikan keharmonisan keluarga kecil mereka yang beberapa tahun ini terasa hampa tanpa sang anak, Reiga buah hati mereka satu-satunya.

****

ponsel milik Azura berbunyi, membuat sang empu terbangun.

"Assalamualaikum,"

"Waalaikumsalam, sayang."

"Ayah, gimana kabar ayah disana? ayah udah makan? udah minum obat juga belum?" tanya beruntun Azura pada sang ayah yang sedang bekerja di luar kota sejak seminggu lalu.

Pria berkepala empat itu tersenyum mendengar perkataan sang anak yang selalu memperhatikan kesehatanya.

"Alhamdulillah ayah baik nak, ayah juga sudah makan dan minum obat kok. jadi Azura nggak perlu khawatir." jawab Ilbi roy Azkia.

Mendengar itu Azura tersenyum lega."Syukurlah, ayah kapan pulang?" tanya Azura.

"Rindu ya, sama ayah?" ledek Ilbi dapat pria itu tebak jika sekarang sang anak sedang menahan senyuman nya.

"Iya..... Azura rindu banget sama ayah." Azura menutup mulut nya, gadis itu tak bisa menahan kembali tangisan nya.

Azura sungguh merindukan pria itu, ingin sekali ia memeluk papa nya untuk sesaat saja sambil mengadukan rasa sakit nya.

'Azura sakit pa, semua badan Azura sakit. Azura butuh pelukan papa...' 

Ingin Azura mengadu begitu, tapi Azura tak bisa melakukannya, ia takut jika membuat ayah nya bersedih akan sifat ibu dan kakak tiri terhadapanya selama ini. 

Jadi Azura lebih memilih bungkam atas perlakuan mama dan kakak tiri yang selalu menyakitinya.

"Ayah juga rindu kok sama Azura, Ayah pengen banget peluk Azura sekarang. tapi kerjaan ayah masih banyak nak, Azura tungguin ayah ya. ayah janji bakal telepon Azura saat ayah mau pulang." jelas panjang Ilbi agar Azura mengerti jika dia memang sedang sangat sibuk.

"I-Iya yah, Azura ngerti kok, yang terpenting ayah jangan lupa minum obat, jangan telat makan dan jaga kesehatan yah." pesan Azura pada Iibi yang tersenyum lebar di sana.

Inilah yang Iibi rindukan, rindukan setiap perhatian Azura yang membuat dia mengingat kembali mendiang istrinya. Sifat keduanya itu bahkan sangat sama.

"Yuadah, ayah matiin bentar ya telfon nya, ayah ada meeting penting sekarang. nanti Ayah telpon lagi ya, nak, assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

Setelah menutup telepon dari sang ayah, Azura beranjak untuk melaksanakan sholat ashar.

****

Seminggu berlalu Azura baru saja pulang dari sekolah menggunakan taksi. 

Sebenarnya Azura mempunyai supir pribadi, namun Diana menolak bahkan tak sudi jika Azura duduk di dalam mobil nya. 

Padahal mobil itu sang ayah berikan untuk mereka berdua agar berangkat sekolah bersama dengan supir yang sudah Ilbi tugaskan.

"Azura?!" 

Baru saja memasuki rumah mama Sinta sudah memanggilnya.

"I-iya ma." Jawab Azura menunduk takut, bahkan Azura tak mau menatap mata sinis ibu tiri nya.

"Ganti bajumu lalu memasaklah, aku sudah sangat lapar." Pinta Sinta dan di balas anggukan Azura patuh.

Azura pun menaiki tangga dengan tergesah. Lalu kembali turun setelah berganti baju, langkahnya dengan sedikit pincang membuat Azura harus menahan perih pada luka yang baru ia obati.

Azura pun memasak berkutak di dapur sendiri, ada bi Yanti juga yang membantu nya. 

Masakan Azura pun jadi, Azura memasak Sayur asem, sambal terasi, dengan ikan goreng.

Sinta yang sudah lapar segera menyuapi makanan ke dalam mulutnya. Azura yang tak jauh dari meja mama Sinta merasa senang saat melihat wanita itu memakan makanan nya dengan lahap.

Sinta yang merasa ada seseorang yang memperhatikan nya, wanita itu menatap Azura tajam hingga Azura yang ketahuan kembali menunduk.

"Ck ngapain kamu di situ, sana beresin ruang tamu? Setelah itu baru kamu mendapat makan." ujar Sinta.

"Iya ma." jawab Azura langsung beranjak membersihkan ruang tamu.

Beginilah keseharian Azura, gadis itu tak akan diberi makan jika tidak menuruti perintah Sinta. Bahkan pernah di mana Azura tak makan sehari full karena ia tak bisa mengerjakan pr Diana hingga Diana mendapatkan nilai jelek dan Diana mengadukan semua kekesalan nya itu pada sang mama. Alhasil Azura pun tak diberi makan sekalipun sebagai hukuman. 

"Mama i'm comingg!!" teriak Diana yang baru datang lengkap dengan pakaian ketat. Diana juga membawa banyak tas belanjaan, sepertinya gadis itu baru saja berfoya-foya.

"Hay sayang, sini makan dulu, nak?" pinta Sinta membuat Diana menurut. Namun sebelum itu Sinta sudah lebih dulu menyuruh Azura untuk menaruh semua barang milik nya ke dalam kamar.

Selesai menaruh barang Diana, Azura lanjut membersihkan meja yang terdapat banyak foto-foto dan vas bunga.

Azura menghapus peluh yang membasahi dahi nya, perut Azura sudah berbunyi minta diisi. Azura juga belum makan sejak kemarin malam, saat itu ia kembali tertidur setelah sholat isya dan melupakan makan malam nya.

Melihat Mama dan kakak yang makan lahap, Azura meneguk ludahnya, ia menyentuh perut nya yang kembali sakit akibat lapar. 

Azura tak bisa telat makan sebab gadis itu mempunyai penyakit magh, jadi jika ia makan terlambat perut gadis itu akan kesakitan, Azura juga menyiapkan obat yang disimpan di laci kamarnya untuk berjaga-jaga jika maag nya kambuh kembali saat ia tak diberi makan oleh mama Sinta.

"Azura kamu harus kuat, kita selesaikan secepatnya abis itu makan deh." Batin Azura tersenyum tipis membayangkan makanan kesukaan nya yaitu ikan goreng.

Azura melanjutkan mengelap meja dan,

Crangg!!

Azura tak sengaja menyenggol vas bunga hingga terjatuh dan pecah. Sinta dan Diana yang mendengar suara nyaring itu segera beranjak.

Sinta melototkan matanya saat ia melihat vas bunga kesayangan nya telah hancur berserakan.

"Astaga!! Vas bunga kesayangan gue!!" teriak Sinta, ia menarik hijab Azura kasar hingga Azura mendongak menatap mata Sinta yang memerah padam.

"LO APAIN VAS BUNGA GUE HA!! LO TAU NGGAK VAS ITU MAHAL, AZURA!!! DAN SEKARANG DENGAN GAMPANG NYA LO JATUHIN TUH BARANG BERHARGA GUE.... DASAR ANAK PEMBAWA SIALAN!!" Geram Sinta menyentak Azura yang kini sudah menangis ketakutan akibat tarikan Sinta yang semakin erat hingga membuat ia susah untuk bernafas.

Tak sampai di situ Sinta juga memberi dua kali tamparan keras di kedua pipi chubby Azura hingga gadis itu tersungkur di lantai.

Tangisan Azura pecah, ia menyentuh pipi chubby nya yang terasa perih, Azura semakin takut hingga membuat badanya bergetar saat ia melihat salah satu jari nya yang terdapat bercak darah, sepertinya sudut bibir Azura kembali terluka.

Dengan masih sesegukan Azura bersujud di hadapan Sinta."Maafin Azura ma, hiks, maaf udah buat vas bunga mama pecah. Azura janji bakal gantiin vas bunga mama dengan yang baru." Lirih Azura memohon agar sang mama mengampuninya.

Namun Sinta tak peduli, wanita itu justru menarik kembali hijab Azura kasar bak binatang tanpa memperdulikan tangisan Azura akibat kakinya yang menabrak kaki meja. 

Sinta mendorong bahu Azura hingga gadis itu tersungkur, lalu Sinta mengunci Azura di gudang belakang yang tak jauh dari kamar bi Yanti.

Sedangkan Diana, gadis itu menjadi penonton di sofa dengan santai memakan cemilan. Diana tersenyum senang saat sang mama menampar Azura membuat ia bertambah bersemangat menonton drama yang real, no fake.

"Ya... udah selesai, nggak seru ah mama, harusnya tuh mama tampar lagi tuh jalang sok cantik. Masa harus berhenti gitu aja sih, Dianakan belum puas nonton nya..." monolog Diana sedikit kesal pada sang mama yang beranjak menarik Azura melewati pintu belakang.

Tontonan serunya telah selesai, Diana pun beranjak menaiki tangga menuju ke kamarnya yang terletak di lantai 2 berdekatan dengan kamar sang mama.

Sedangkan di lantai 1 itu kamar khusus Azura yang bersebelahan dengan kamar alm. mama Hiara, ibu Azura.

*********

Ihh... gemes.... 🤗

Selamat datang di cerita aku onnie....

next...👇

komen.....

Terpopuler

Comments

ASH

ASH

Tulisannya keren banget, aku jadi terbawa suasana 😍

2023-12-15

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!