Pembunuhan berantai!

°°

°°°°

°°°°°°

Ada baiknya sebelum membaca jangan lupa tekan tombol Like dan komen...

Berita pembunuh berantai kembali diberitakan lagi, kali ini korban nya adalah anak laki-laki berumur 5 tahun. 

Mayat korban ditemukan polisi di ruangan kepala sekolah dengan keadaan anak itu berpakaian sobek-sobek, namun badan penuh darah dan di gantung di atas atap. 

Sekarang polisi kembali mencari bukti di TKP. Ibu korban mengatakan jika sang anak tak pulang dari sekolah sejak kemarin. 

Sang ibu sudah mencari anaknya kemana pun bahkan menanyakan nya ke beberapa guru dan orang tua mau murid lain nya. 

Sang ibu yang sempat frustasi akhirnya melaporkan ke kantor polisi, namun polisi baru bisa menangani kasus ini jika anak itu sudah menghilang selama 24 jam. 

Hingga tiba pagi hati sang anak temukan sudah tak bernyawa oleh seorang guru yang kebetulan ada piket pagi. Bahkan guru itu sempat pingsan dan dilarikan ke rumah sakit. 

Reiga ddk yang mendengar itu langsung menuju tkp saat selesai kelas siang. 

Saat memasuki tkp Reiga diberi izin sebab ia sudah melapor dan bekerja sama untuk menangkap pembunuh itu. 

Tangan Reiga mengepal marah bahkan kuku-kukunya menancap di kulit hingga membuat telapak tangan nya memerah. 

Reiga merasa bersalah saat ia melihat bercak darah yang masih berceceran, Reiga kecewa pada dirinya yang tak bisa menangkap pembunuh yang sudah merenggut nyawa banyak korban. 

Reiga tak habis pikir dengan pembunuhan yang tega sekali membunuh anak kecil, Reiga bahkan bisa merasakan ketakutan anak itu. 

"Gue janji bakal cari lo, sialan. Sampai gue ketemu lo, gue harap gue bisa bunuh dia dengan tangan gue sendiri!!" suara dingin Reiga membuat Alvin merinding. 

****

Di ruang bawah tanah, Vara memukul kepalanya frustasi. 

"Astaga!! Kenapa gue harus lengah sih, Mit. Gue bodoh banget, ngapain juga gue tidur waktu itu. Issh bodoh, bodoh!!" lirih Vara yang terus memukul kepala nya karena rasa bersalah. 

Geisha menahan lengan Vara untuk berhenti menyakiti dirinya sendiri. 

"Gue tau kita semua salah, tapi gue mohon jangan sakiti diri lo, ra?" mohon Geisha dengan air mata yang mengalir. 

Semua wanita itu tak sanggup menahan tangisan mereka, mereka semua merasakan betapa sakitnya di tinggalkan seorang anak. Bahkan Vara yang biasa gengsi menangis, kini menangis sambil memeluk lutut nya. 

Semalam Vara sudah mendapatkan pemberitahuan dengan bunyi alarm bahaya dari headset tersembunyi yang ia pakai di telinga nya.

Pelacak itu mereka sambungkan dengan ponsel pembunuh yang kemana saja perginya mereka akan mengetahui. Hm, mirip GPS sih, namun lebih mudah bagi nya. 

Vara yang tertidur terlalu lelap sebab ia harus mengerjakan penyelundupan senjata api di markas nya untuk berjaga-jaga jika ada musuh yang menyerang kapan saja.Walau sengaja itu ilegal, tapi Vara sangat membutuhkan nya. 

Vara segera menghapus air mata nya kasar. 

"Sekarang perkuat situs pelacak, gue bakal minta bantuan Senora kali ini. Gue butuh dia buat memata-matai orang itu saat kita lagi sibuk, atau lengah." jelas Vara yang disetujui semua sahabat nya. 

Vara merogoh sakunya lalu menelpon seseorang di seberang sana. 

"Halo? Ada apa Mom?" 

"Gue butuh bantuan lo sekarang?" perintah tegas Vara. 

"Oke Mon, otw." balas orang itu.

Selesai menelpon seseorang yang Vara sebut Senora. Wanita itu kembali ke dalam markas untuk membuat rencana agar pembunuh itu tak kepada dari cengkraman nya. 

Malam pun tiba, Vara ddk yang sedang makan dikejutkan dengan langkah kaki. Semua beranjak waspada mengeluarkan senjata masing-masing. 

"Hella M---

Jleb!

Satu belati menancap tepat di tembok, seorang gadis berkacamata hitam memancungkan bibirnya kesal. 

Bagaimana tidak kesal, Senora baru saja datang dan langsung di sambut oleh belati yang menancap tepat di tembok samping lengan nya. 

Kayla menghampiri anak gadis nya. 

"Astaga, sorry sayang. Tadi Mom kira musuh jadi reflek deh." sahut Kayla tersenyum cengengesan sambil mencabut belati yang hampir mengenai Senora. 

Senora tersenyum saat melihat Vara, dia pun memeluk erat Mommy nya itu. 

"Mommy, i miss you so much." ujar Senora dan di balas pelukan Vara sayang. 

"Aku juga merindukanmu, anak kecil?" balas Vara yang membuat Senora menatapnya kesal. 

"Aku bukan anak kecil Mom, aku sudah besar, apakah kau tak melihat aku sudah dewasa sekarang." cicit Senora yang tak Terima dipanggil anak kecil 

Vara menggeleng tak setuju."Tidak. Kau akan tetap menjadi anak kecil di mataku." balas Vara mengelus kepala Senora sayang. 

Senora adalah anak angkat yang vara temukan di Amerika saat mereka sedang memata-matai pembunuhan keluarga terkaya. Kedua orang tua Senora telah meninggal dan hanya tinggal dia seorang. 

Dan Vara ddk itu dibayar oleh Buddy ayah Senora untuk mencari dalang atas pembunuhan ayah nya. 

Hingga mereka pun menemukan pelaku itu yang ternyata adik Buddy sendiri. Dika yang sudah mengetahui rencana sang kakak. Ia pun terpaksa membunuh Buddy dan juga istri nya. 

Saat Dika juga mau membunuh Senora kecil beruntung Vara ddk yang datang terlambat tetap menangkap Dika hingga di penjara bawah tanah. 

Sebagai ganti rasa bersalah Vara, wanita itu memutuskan untuk merawat Senora seperti anak nya sendiri. 

Vara yang waktu itu baru saja melahirkan Reiga yang baru berumur 7 bulan memutuskan untuk merawat dan mengajari beladiri Senora di markas nya dahulu. Andra pun mengetahui hal itu, namun tak dengan Reiga. 

Hingga Senora pun tumbuh dewasa tanpa kekurangan kasih sayang. Gadis itu kini tumbuh menjadi wanita yang tangguh. Senora juga menjadi anak tersembunyi Vara di dunia bawah tanah. 

Sekarang Senora menjadi ketua mafia di tempat nya sendiri. Gadis itu juga sudah lulus kuliah dan menjadi yang terbaik di kampus nya.

Panggilan 'anak kecil' adalah panggilan kesayangan Vara pada Senora, walaupun ia akan kesal jika di panggil nama itu. Namun kalau itu Mommy nya Senora tak akan menolak. 

*****

Dua orang beda genre itu berjalan bak bodyguard kece. Dengan stelan full hitam kedua membenarkan letak kacamata dengan anggun. Bahkan banyak orang yang menatap mereka keren atau aneh. 

"Alvin?!"

Teriakan menggelegar itu membuat sang nama menegakkan dan memeluk nenek dan kakek nya. 

Mereka adalah Alvin dan Safa yang terpaksa ikut untuk menjemput sang kakek dan nenek pria itu. Awalnya Safa menolak. Namun Alvin mengancamnya jika ia tak mau menemani nya menjemput kakek dan nenek ia akan menyebarkan vidio di club, di mana saat itu Safa lagi di kerumuni banyak pria. 

Takut video itu tersebar, Safa pun menuruti saja keinginan pria itu. Walau di dalam hati nya dia sedang mengumpati pria itu. 

"Astaga, cucu nenek ganteng banget ya, padahal baru juga beberapa tahun kamu tinggal, kamu udah berubah dewasa banget." heran nek Wati mengelus sayang kepala cucu kesayangan nya.

Sedangkan sang kakek, menepuk bahu Alvin."Kamu ngapain pakai baju hitam semua, emang kamu kira kita mau ke pemakaman ha?" kesal Kek Voke pada cucu nya yang cengengesan itu.

Alvin tertawa canggung."Ya, biar keren gitu kek, kayak bodyguard yang di film-film itu loh?" celetuk nya yang di balas gelengan kepala Voke yang tak habis pikir dengan Alvin. 

"Ini siapa? Pacar kamu?"celetuk Wati menatap Safa yang sedikit canggung. 

"Buk----.

"Iya nek pacar Alvin. Kenalin Nek , Kek, dia Safa." potong Alvin memperkenalkan Safa yang melototkan matanya tajam pada Alvin. 

Alvin mengalihkan pandangan nya seakan dia tak melihat tatapan Safa. Safa mengambil tangan lalu mencium punggung tangan Nek Wati. 

"Sopan ya, udah gitu cantik lagi. Fiks Nenek merestui hubungan kalian. Kalau perlu cepet-cepat dilamar vin, biar nenek cepat dapat cucu." jelas Wati tersenyum lebar. 

"Betul tuh kata Nenekmu cepat dilamar sebelum di embat orang. Entar kamu juga yang nyesel." sahur Kakek Voke menyetujui. 

"Insya Allah, kek, nek, doain Alvin aja ya." ucap Alvin sambil menetap Safa yang sudah malu dengan pipi semerah tomat. 

Kakek menepuk punggung Alvin, 

"Kakek selalu mendoakan kamu nak, bahkan setiap hari kakek, dan nenek selalu berdoa agar kamu mendapatkan jodoh yang terbaik. Tak seperti Gilang dan Nila." jawab Voke dengan senyum tulus. 

Setelah itu Alvin mengantarkan sang kakek dan nenek menuju mobilnya. 

Sesampainya di rumah megah Alvin, kakek dan nenek duduk di sofa untuk beristirahat sebentar. 

Belum juga sampai 30 menit, Gilang dan Nila datang. 

"Bu, bagaimana warisanku?" pinta Nila pada ibu kandungnya dengan raut wajah bahagia. 

Wati menghela nafas sambil mengelus dadanya sabar."Aku baru saja datang, bukanya kau tanyakan apakah ibumu ini masih hidup. Kau justru lebih mementingkan warisan itu?"

"Ck, ck, Voke, sepertinya aku salah mendidik anakku selama ini. Apakah karena aku selalu memanjakan nya sejak dulu. Dan inilah balasan yang anakku berikan pada ibunya yang sudah tua ini." lanjut Wati menatap sang anak dengan tatapan kecewa. 

Nila menunduk. "Maaf Bu, aku terlalu sibuk dengan masalah keluargaku. Tapi aku butuh uang itu bu, untuk anak-anakku yang sedang belajar di luar negri."balas Nila yang sudah terlihat frustasi sebab sang anak yang selalu menagih uang mereka. 

"Lalu apakah Alvin itu bukan anakmu, hm?" sahut Voke menatap anak nya serius. 

"D-dia---"

******

Next Komen?

( Safa Nafizah / 20 tahun )

Kakak Bella, Judes, gengsi an, Stay cool

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!