Arwah Nek Yati

°°

°°°°

°°°°°°

Ada baiknya sebelum baca jangan lupa Vote dan Komennya......

Hari yang cerah seperti bisa Azura berangkat sekolah namun kali ini agak berbeda sebab ia akan berangkat bersama Reiga suami nya.

Keduanya menaiki bus, ban motor Reiga bocor dan harus di bawah ke bengkel. Sedangkan Azura ingin menaiki taksi seperti biasa.

Namun dia di larang oleh Mommy Vara yang menyuruh mereka berangkat bersama.

Didalam bus keduanya tak mendapatkan kursi, terpaksa mereka harus berdiri berhadapan.

Azura menunduk takut menggenggam erat ujung hijab yang menjuntai menutupi dada nya.

Azura takut sebab ada seorang nenek bungkuk, rambut menjuntai panjang, baju bagian perut penuh darah, dan wajah nya yang rusak setengah penuh dengan belatung.

Nenek itu menatap Azura tanpa henti, lalu ia terbang dan kini tepat di belakang punggung Azura.

Badan Azura bergetar, punggung lehernya terasa panas."Bantu saya menghabisi dia anak kecil?" lirih Nenek itu lalu tertawa dengan suara serak dan seram.

Bahkan Reiga meresa bulu kuduk nya tiba-tiba merinding.

Azura memejamkan mata nya dengan tetap berpegangan handle sambil terus berzikir dengan tasbih digital di jari telunjuk nya.

Azura juga membaca surah al-fatiha dengan lirih. Bahkan Reiga dapat mendengar walau sekilas.

Hantu Nenek tadi semakin mendekat untuk berusaha merasuki tubuh Azura. Azura seketika lemas ia hampir limbung kebelakang.

Namun dengan sigap Reiga menahan pinggang istri nya. Azura pun reflek menggenggam erat baju kemeja Reiga.

Azura pun lanjut membacakan ayat kursi. Dapat Azura rasakan jika Amel sedang mendorong keluar Nenek itu untuk menjauh, Amel membantu Azura yang menahan kesakitan.

Nenek itu terpental, dia menatap Amel tajam. Nenek seram mengelurkan kuku tajam nya yang runcing berwarna hitam pekat.

"Pergilah?!! Jangan pernah menggangu temanku. Pergilah?!! Jika kau tak mau badanmu aku buat hancur terbakar menjadi abu." ucap Amel yang membuat Nenek itu pun segera menghilang.

Amel mendekat, Azura membuka mata nya, lalu ia segera melepaskan pelukan Reiga yang berada di pinggangnya. Azura hanya takut jika ada orang yang melihat hal tak pantas tadi. Apalagi dia sedang memakai hijab.

Walaupun sebenar nya mereka berdua sah di mata hukum dan agama.

"Lo ga papa?" tanya Amel khawatir. Azura balas dengan anggukan.

"Dia adalah Nek Tuti, semasa hidup nya ia selalu di siksa oleh menantunya hingga saat dia mau melapor pada sang anak tentang hal yang telah di lakukan suami anak nya. Menantu nya itu segera menusuk Nek Tuti hingga wanita tua itu pun meninggal dunia,"

"Dan itu menantu nya, kamu pasti terkejut mengapa seorang pembunuh masih berkeliaran di luar sana. Jawaban nya adalah dia memanipulasi bukti dengan pernyataan bahwa dia menemukan Nek Tuti telah tergeletak dengan darah yang mengalir deras di bagian perut dan di tuduh sebagai kasus perampokan. Sedangkan bukti pisau Bimo mengubur di halaman rumah nya. Hal itu lah yang membuat Nek Tuti tak terima dan ingin membalaskan dendam nya." lanjut Amel.

"Astagfirullah hal adzim." ucap Azura sambil melirik sekilas pria yang duduk tak jauh darinya. Pria itu menggunakan kemeja rapi.

Azura pun turun dari bus saat ia sudah sampai di depan sekolah. Tapi sebelum itu Azura sudah berterimakasih pada suaminya sekaligus pamit.

****

Reiga sudah sampai di kampus, Diana yang entah dari mana langsung memeluk lengan Reiga manja.

"Reiga.... Nanti makan bareng ke rumah yuk? Sekalian bawa Azura." bisik Diana setelah di kata Akhir.

Reiga juga sudah mengetahui jika Azura istri nya itu mempunyai saudara tiri. Awal nya dia tak tau tapi Mommy yang menceritakan pada nya.

"Maaf kalau untuk saat ini gue belum bisa. Soalnya gue ada tugas dari dosen." tolak Reiga, lalu beranjak meninggalkan Diana yang menghentak kaki kesal.

Jam istirahat sudah tiba, Reiga ddk menuju kantin.

"Reiga?"

Ica berlari dengan rambut yang naik-turun lucu. Bahkan bibir mungil itu mengerucut menggemaskan.

Bruk.

Ica tak sengaja menyenggol seseorang dengan Earphone ditelinga nya. Semua roti dan beberapa permen seketika jatuh berhamburan. Alvin yang melihat itu ikut membantu Ica.

Saat mau mengambil coklat yang tergeletak di kolong meje, tangan keduanya tak sengaja saling menyatu lalu saling tatap. Seorang gadis seumuran nya itu lebih dulu berdiri. Lalu melengang pergi begitu saja. Tak dengan Alvin yag terdiam membeku.

Entah mengapa saat tangan nya tak sengaja bersentuhan dengan tangan lembut gadis itu seketika membuat jantung Alvin seperti tersengat listrik hingga membuat nya berdetak tak karuan.

Belum jauh dari tempat kejadian wanita tadi berdecih. "Munafik." lirih nya menatap sekilas seseorang.

°°°°

Di tengah jalan seorang pria sedang melawan tiga pria bertubuh gempal dengan membawa benda tajam.

Salah satu dari mereka Menodongkan pisau di leher Alvin. Alvin tadi berniat untuk ke tongkrongan para sahabat nya.

Namun pria itu tiba-tiba di serang tiga preman yang mau memalak uang atau bahkan bisa motor nya.

Alvin terdiam membeku saat pisau tajam itu menyentuh kulit leher nya. Alvin menyerah, dia sudah tak punya kesempatan untuk melawan preman itu. Pergerakan nya telah di kunci.

Bugh!

Seorang dari arah samping menendang wajah preman yang menyandera Alvin hingga terpental ke tumpukkan batu bata yang menjulang tinggi.

Alvin terkejut saat dia melihat gadis yang tadi di temui dikampus kini sedang menggulung lengan hodie nya.

Lengan berotot dengan tatto bunga yang di ukir menghitam bercampur busur panah yang menancap di tengah nya.

Gadis itu maju, mengepalkan tinju nya. Lalu berhadapan langsung dengan dua pria sekaligus.

Bugh!

Krek!

Gadis itu menendang perut, wajah secara bergantian. Tak sampai situ dia juga memelintir tangan keduanya lalu menendang nya.

Kedua nya babak belur lalu segera melarikan diri bersama satu kawanan nya yang sudah lemas di aspal.

Gadis berhodie coklat tua menepuk telapak tangan nya seperti menghapus sesuatu. Lalu mengeluarkan hand sanitizer dari saku hodie dan menyemprotnya di kedua telapak tangan.

Setelah itu gadis berhodie beranjak, tapi sebelum itu Alvin lebih dahulu menahan lengan nya.

"Thanks. Kalau boleh tau siapa nama lo?" tanya Alvin yang sudah penasaran akan nama gadis itu sejak awal mereka bertemu.

Gadis itu menghempas tangan Alvin kasar."Lo nggk perlu tau." jawab dingin nya lalu beranjak pergi.

Alvin menatap punggung gadis berhodie yang mulai menjauh, Alvin tersenyum tipis.

Menarik. Batin Alvin.

****

Azura termenung dibalkon dengan segelas susu hamil yang baru ia buat. Angin kencang menghembus bulu kuduk Azura pun merinding.

Azura memutar kepala nya ke sebelah kanan, dapat ia lihat seorang wanita dengan jubah putih yang lusuh mirip seperti Amel. Namun bedanya wanita itu mengendong bayi di pelukan nya.

Seserong menepuk pungung Azura.

"Astagfirullah!!" Azura terlonjak kaget, ia melihat Amel yang sudah berada di belakang nya sambil cengegesan.

Dengan wajah kesal Azura menepuk punggung Amel, namun tembus. Amel tertawa ngakak, tak dengan Azura yang berwajah masam.

"Hahaha, udah tau gue tembus, masih aja mau lo pukul. Wleee... nggk bisa kan?" Amel lanjut meledek Azura, wanita itu mengalihkan wajah nya dengan bibir cemberut kesal.

"Ish, ish, ish, jangan ngambek dongg. Masagg kakak yuangg cuantikk ini di cuekin siehh?!" Amel berucap dengan nada yang lebay.

Mendegar ucapan Amel telinga Azura seketika terasa geli. Wanita itu pun tertawa.

"Kak, udah. Ucapan kak Amel tadi kedengeran lebayyyy." pinta Azura mengikuti gaya bicara Amel di kata akhir.

Azura memanggil Amel dengan sebutan kakak sebab umur mereka terpaut lebih dua tahun lebih tua Amel.

Kedua nya tertawa bersama. Di balik pintu balkon yang tertutup gorden ada Reiga yang menguping pembicaraan istrinya yang sedang tertawa.

Reiga tadi berniat memberikan selimut pada Azura sebab udara di balkon itu sangat dingin. Dan sepertinya malam ini akan turun hujan.

Namun melihat Azura yang berbica sendiri membuat Reiga yang mengintip merinding. Reiga bahkan ragu untuk memberikan selimut yang sedari tadi ia peluk.

"Ra, lo beneran mau bantuin gue kan?" tanya Amel terduduk bersilah di samping Azura.

Azura mengangguk semangat."Iya, Azura mau. Tapi sepertinya Azura harus bantuin Nek Tuti dulu. Kak Amel mau kan nemenin Azura?" jelas nya.

Azura meminta bantuan pada Amel karena ini kasus pertama dalam hidup nya. Azura merasa kasihan dengan nenek yang malang itu. Entah mengapa Azura ingin sekali membantu nya.

"Gampang itu mah. Gue bakal selalu nemenin lo, kita kan temen." balas Amel dengan tersenyum.

"Makasih kak." ucap Azura yang di balas senyum tulus.

"Oh iya, tuh bocil udah kelihatan aja?" tunjuk Amel pada perut Azura yang mulai terlihat mengembung.

"Bocil nya bunda pinter maem tante.. Biar bocil cepet gede terus ketemu sama bunda deh." cicit Azura menirukan suara anak kecil sambil mengelus perut nya.

Amel tertawa kecil."Oke sehat-sehat ya anak kecil. Tante bakal selalu doain kamu biar cepet ketemu sama bunda mu yang gembul ini." ujar Amel dengan sedikit meledek pipi Azura yang semakin berisi.

Bibir Azura mengerucut, Amel tertawa kembali dengan lepas. Amel memamg hobi sekali membuat Azura kesal.

Masih di balik pintu, jantung Reiga berdesir saar mendengar Azura berbicara dengan bayi nya. Reiga bahkan lupa jika sang istri sedang mengandung.

Reiga bahkan tak acuh untuk bersikap kasar pada wanita itu. Ada sedikit rasa bersalah di dalam diri nya, Reiga pun beranjak, dia tak bisa lagi mendengar tentang sang anak. Entah mengapa hati Reiga lemah jika sudah membahas bayi itu.

*****

Next komen?

( Ica Christin / 20 tahun )

Sahabat Reiga, imut, polos, manja.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!