Penderitaan Azura

Jangan lupa Like nya ya kakak.....

Terus ikutin ReigAzura ya....

Di dalam gudang kosong yang penuh dengan debu Azura meringkuk memeluk tubuhnya di dinding paling pojok. Azura menatap takut saat ia melihat ada wanita berbaju putih sedang merangkak dari atap lalu turun menghampirinya.

Azura berusaha menyembunyikan ketakutan nya di wajah yang ia buat seolah tak melihat wanita itu yang kini sudah berada tepat di hadapan wajah Azura.

Azura menarik nafas panjang saat tangan dingin itu menyentuh kepala nya. Wanita dengan separuh darah yang menutupi wajah kembali menyentuh pipi chubby Azura membuat sang empu membaca ayat kursi dalam hatinya.

Wanita seram itu pun pergi menghilang saat merasa tubuh nya terbakar. Azura pun bernafas lega, tubuhnya seketika lemas di lantai dengan badan kembali bergetar.

"Ayah.... hiks.... Azura mau peluk ayah, hiks...., Azura takut...., bun,,,,, Azura capek bunda..... Azura ikut bunda aja ya..... Semua jahat bun...." Lirih Azura.

Lelah menangis tanpa sadar Azura pun tertidur lelap sambil mengigau memanggil nama ayah Ilbi dan bunda Hiara. Lantai yang dingin dan ruang yang sembab seseorang sedang menatap Azura sambil bersadar di pinggir pintu di ikuti senyum tipis.

****

Reiga terduduk santai di ruang keluarga dengan tangan yang sibuk berkutat dengan ponsel.

Vara yang baru turun menuju dapur menuang air putih ke gelas lalu meneguknya tandas. 

Pandangan Vara tak sengaja mengarah pada sang anak yang sudah tampan dengan balutan jaket hitam.

Vara menghampiri Reiga ke ruang keluarga yang tak jauh dari dapur. 

Vara menepuk kepala Reiga."Mau kemana?" tanya Vara.

"Mau ke rumah Ica Mom, Reiga mau kasih kejutan ke rumahnya." jelas Reiga yang sedang merencanakan kejutan untuk Ica sahabat nya.

"Oh." balas singkat Vara, Wanita itu menyalakan tv dengan muka cuek, sepertinya Vara tak menyukai sahabat Reiga.

"Gitu dong reaksi Mommy?"

"Terus gue harus ngapain? Lo mau gue salto depan, ha?" kesal Vara pada Reiga yang masih pagi sudah membuat mood nya hancur.

"Ya nggak gitu juga sih, Mom." Reiga menggaruk kepala nya yang tak gatal, wajah Vara terlihat masam. Apakah ia salah ya bertanya seperti itu pada Mommy nya?

Setelah itu Reiga pun berpamitan pada Papa dan Mommy nya. Reiga melajukan motor sport nya menuju Mall.

Sesampainya di Mall besar, Reiga memikirkan motor nya lalu memasuki tokoh yang berisikan banyak berbagai macam boneka. 

"Mbak bisa antarkan boneka ini ke alamat --" ujar Reiga pada Mbak kasir.

"Bisa kok, nanti akan kami antarkan secepatnya." jawab Mbak kasir ramah.

Tadi Reiga memesan satu boneka beruang besar berwarna pink. Pria itu juga membeli buket Bunga lili putih yang melambangkan kesucian, persahabatan dan kesetiaan.

Boneka besar di dalam kotak yang berbentuk kado itu telah sampai di depan rumah Ica. Reiga menyembunyikan buket bunga di belakang nya. 

Reiga mengetuk pintu lalu keluarlah gadis cantik dengan rambut sepunggung sedang mengelus kedua matanya. Sepertinya gadis itu baru saja bangun.

Melihat sahabat yang ia rindukan, Reiga menahan tawa nya saat melihat rambut berantakan Ica dengan sepasang sandal yang gadis itu gunakan dengan terbalik.

"REIGA!!" pekik Ica dan langsung menerjang tubuh jangkung pria itu. Reiga dengan senang membalas pelukan Ica. 

"Hiks, Ica kangen tau sama Reiga. Reiga kenapa keluarnya lama banget sih, hiks..." Ica terisak di ceruk leher Reiga, Ica mengeluarkan semua tangisan nya akibat rindu yang mendalam.

Beberapa bulan lalu Ica berencana untuk menjenguk sahabat nya itu di dalam sel. Namun gadis itu harus pulang dengan langkah kecewa saat penjaga tak mengizinkan nya untuk menemui Reiga. Sebab Reiga masih dalam masa proses.

Dan sekarang secara nyata, orang yang dia rindukan berada tepat di pelukan nya. Ica harap jika ini mimpi dia tak mau terbangun dari mimpi indah nya ini.

Ica melepas pelukan nya, dia menangkup wajah Reiga sambil menatap nya dengan serius.

"I-ini beneran lo, ga?" tanya Ica dengan nada sesegukan.

Reiga tersenyum simpul, ia membenarkan rambut Ica yang amburadul.

"Ini gue ca, Reiga sahabat lo." jawab pria itu.

Mendengar suara Reiga yang nyata Ica kembali memeluk erat Reiga. Ica merasa sedih sekaligus bahagia.

Reiga mengelus punggung Ica yang masih menangis, ia membiarkan gadis itu memeluknya sepuasnya.

****

Di lain tempat pintu terbuka membuat cahaya terang memasuki rentina Azura. Azura mengerjapkan mata sendu nya.

Bi Yanti yang melihat anak majikan nya itu seketika memeluk Azura."Maafin bibi ya non, non pasti lapar?" tukas bi Yanti sambil mengelus kepala Azura lembut.

"Astagfirullah, non demam!!" bi Yanti berteriak panik saat tadi ai menyentuh kuning Azura yang terasa begitu panas.

Azura yang merasa kepalanya pusing dan tubuh yang lemas hanya bisa menatap bi Yanti yang terlihat panik.

Bi yanti pun membantu Azura berdiri lalu membawa Azura ke dalam kamar nya.

Namun belum sempat masuk Sinta sudah bersedekap dada tatapan garang di hadapan mereka berdua.

Bi Yanti mematung takut, Sinta sekarang terlihat lebih menyeramkan daripada hantu, bi Yanti menunduk.

"Siapa yang nyuruh lo keluarin dia, ha?!!" sentak Sinta yang membuat bi Yanti tersentak kaget.

"M-maaf nyonya, tapi non Azura lagi demam. Saya hanya takut jika tuan tahu akan berakibat fatal pada Nyonya. Jadi saya mengeluarkan non Azura, belum lagi Non Azura belum makan mulai kemarin." jelas bi Yanti mencari alasan sebaik mungkin agar bisa keluar dari amarah Sinta.

Mendengar penjelasan itu Sinta pun mengangguk."Bener juga kata lo, kalau semua terbongkar entar gue sendiri yang celaka." Sinta setuju dengan pendapat bi Yanti. Sinta pun beranjak menaiki Lift menuju lantai dua.

Hal itu membuat bi Yanti pun bernafas lega, sebab Sinta sudah termakan ucapanya. Di kadang bi Yanti menidurkan tubuh Azura di ranjang lalu menyelimutinya.

Bi Yanti beranjak ke dapur dan kembali dengan bak kecil berisi air untuk mengompres Azura.

Bi Yanti mengompres pelan pipi chubby Azura yang memar, Azura meringis pelan saat rasa perih menyerang.

Selesai mengompres bi Yanti menyuapi Azura hingga sekarang Azura pun tertidur lelap dengan selimut tebal.

Taman asri nan hijau di kelilingi berbagai banyak bunga berwarna-warni. Kupu-kupu yang bertebangan di ikuti suara gemercik sahutan burung di padukan dengan suasana gunung.

Azura menghirup udara dingin dengan bau rumput sehabis hujan. Ia membuka mata dan berhadapan langsung dengan seorang wanita cantik bergaun putih tulang. Wanita yang ia rindukan kini tepat di hadapan Azura dengan senyum yang mengembang.

Di ulurkan kedua tangan lebar senyum indah itu seakan tak akan pernah pudar. Azura tersadar dengan genangan air mata. 

Azura berlari sekencang mungkin, lalu jatuh ke rengkuhan sang bunda. Pelukan hangat bunda membuat Azura tak berhenti menangis. Sungguh ia sangat merindukan ibunya ini.

"Sayang, sini lihat bunda, jangan nangis ya? Bunda tau kok anak bunda kuat." Hiara menangkup pipi chubby Azura, mata indah itu terlihat suram.

Azura menggeleng kuat, ia melepaskan tangan sang bunda dari wajahnya."Nggak bun, Azura nggak sekuat itu, Azura capek bun sama semua ini, hiks.... Azura capek....." tangis Azura menatap bunda dengan kesedihan mendalam.

Hiara menitihkan air mata, ia mengelus pipi Azura."Azura.... Azura balik ya, nak. Kasihan nak, ayah pasti lagi nungguin Azura." bujuk Hiara agar Azura mau kembali ke dunia nya.

Azura menggeleng keras, ia kembali memeluk erat Hiara."Nggak bun, Azura nggak mau kembali..... Azura mau sama bunda aja disini. Azura nggak papa kok nggak balik, asal Azura selalu di samping bunda." Azura menolak untuk kembali, sudah terlalu banyak sakit batin dan fisiknya yang terkikis oleh perbuatan keji Sinta dan Diana yang justru bahagia di atas penderitaan yang ia terima.

Di kamar bi Yanti menangis khawatir saat melihat tubuh Azura yang kejang-kejang. Ia tak tau harus berbuat apa, mau menghubungi Ilbi juga ia tak berani takut terkena omelan Sinta dan berakhir ia bisa saja dipecat. Dan bi Yanti tak mau itu terjadi sebab ia sudah berjanji pada nyonya nya dulu, bunda Hiara untuk selalu menemani non Azura.

"Nggak sayang, kamu Nggak nggak boleh ikut bunda, kamu harus kembali. Ada seseorang yang menunggumu, nak." pinta Hiara pada Azura yang kini berlutut di hadapan wanita itu.

Di balik pintu kamar bi Yanti seseorang berbaju kebaya, cantik, namun dengan baju penuh darah menatap sendu Azura yang terbujur tak sadarkan diri.

Lo harus kembali, gue butuh bantuan lo..... Azura. Batin seseorang.

********

Jangan lupa Like kakak.....

next👇

komen....

Terpopuler

Comments

Fujoshita UnUHastaloshuesos

Fujoshita UnUHastaloshuesos

Jam sibuk di kantor seketika menjadi ringan setelah membaca kisah ini.

2023-12-15

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!