Lelah menunggu seharian di depan sebuah kos-kosan, akhirnya Rocky memutuskan untuk menghubungi Adrian demi menanyakan keberadaan Alea yang tidak kunjung pulang. Dari informasi yang ia dapatkan dari sekitar, Alea pergi sejak pagi dan hingga siang ini belum menampakkan batang hidungnya.
"Kau mencoba membohongi saya hm?" tanya Rocky setelah panggilannya dijawab oleh Adrian.
"Apa maksud anda, Tuan?"
"Alea tidak ada di sini!"
"Maaf Tuan, saya lupa mengabari bahwa nona Alea sedang ada di jakarta sekarang, dan beberapa menit yang lalu telah kembali ke Bogor menggunakan kereta api. Jika anda ingin, datanglah ke stasiun untuk ...."
"Dasar tidak becuh!" maki Rocky kemudian memutuskan sambungan teleponnya begitu saja.
Ia benar-benar tengah dibuat kesal oleh Adrian yang tidak gercep bergerak. Rocky melajukan mobilnya meninggalkan lingkungan kos-kosan Alea menuju stasiun kereta api. Membutuhkan waktu lama untuk Rocky sampai di tempat tujuan lantaran bertemu kemacetan di jalan akibat kecelakaan pengendara bermotor.
Pria itu berlari memasuki stasiun dan berdiri di pintu keluar untuk menunggu kedatangan seseorang. Bebertepatan jalur jakarta-bogor telah tiba, ponselnya berdering beberapa kali. Ia menjawab, sambil retinanya fokus pada pintu.
"Tuan, nona Alea ...."
"Saya sudah menemukannya."
Rocky berlari dengan kaki panjangnya untuk menghampiri wanita cantik yang selama ini selalu menganggu hatinya, mampir dimimpinya juga membuatnya sedikit kesepian. Wanita itu tengah mengenggam tangan seorang gadis yang mirip dengannya, sementara gadis itu mengenggam tangan anak laki-laki yang sama persis.
"Alea?" panggil Rocky, berhasil menghentikan langkah Alea dan anak-anaknya.
Wanita itu berbalik, membuat ia dengan leluasa memeluk tubuh yang sedikit kurus tersebut. "Kenapa kamu pergi terlalu lama? Apa kamu tahu segila apa saya mencarimu, hm?" tanya Rocky semakin mengeratkan tubuhnya.
Namun, Alea bergeming, wanita itu tidak kunjung membalas pelukannya, dan semakin mengenggam erat tangan anak-anaknya agar tidak ke mana-mana.
"Nona Alea ke jakarta untuk mendaftarkan anaknya ke yayasan Smart Company," ujar Adrian di seberang telepon, berhasil menyadarkan Rocky dari hayalan singkatnya untuk memeluk Alea layaknya suami yang sedang merindukan istrinya.
"Besar kemungkinan nona Alea akan kembali ke ibu kota jika tidak terjadi sesuatu," lanjut Adrian.
"Informasimu kali ini sangat berguna."
Rocky memutuskan sambungan telepon, hayalan yang sejak tadi bersemayang di hatinya buyar seketika. Alih-alih menghampiri dan memeluk, ia hanya memperhatikan dari jauh istri dan juga anak kembar yang sangat mirip dengannya. Namun, bulu mata lentik itu mirip ibunya. Sungguh si kembar bagaikan putri dan pengeran.
...
"Ibu, kenapa om-om berjas putih itu terus memperhatikan kita?" tanya Davino pada ibunya yang fokus menatap ke depan.
Alea lantas mengedarkan pandangannya dan tidak menemukan pria berjas putih seperti yang diucapkan sang putra.
"Kakak mungkin salah mengira. Kakak yang bilang bahwa tidak ada yang mengenali kita, artinya tidak mungkin ada yang memperhatikan kita diam-diam," jawab Alea mengurangi kecurigaannya, padahal ia was-was sedang diintai oleh seseorang. Mungkin saja ada yang ingin mengambil anak-anaknya.
"Ibu, adek mau pipis."
"Tunggu sebentar, ibu mencari toilet dulu. Kalian duduk dan jangan pernah percaya pada siapapun!" titah Alea pada anak-anaknya.
Sebenarnya bisa saja ia mengajak anak-anaknya untuk keliling mencari toilet, hanya saja ia tidak tega jika si kembar kelelahan. Sudah cukup dengan membawanya lintas kota tanpa istirahat.
Davino dan Devina mengangguk, dua anak manis itu duduk anteng di sebuah kursi tunggu. Mengayung-ayungkan kakinya sambil bercerita bersama. Keduanya sedikit terkejut ketika seseorang tiba-tiba datang memberikan dua cup es krim yang sangat lezat di mata anak-anak. Jika di lihat-lihat es krim itu sangat mahal.
"Buat kalian," ucap Rocky tanpa senyuman.
Davino dan Devina mendongak untuk melihat pemilik tangan.
"Buat adek?" tanya Devina. Gadis yang mudah luluh akan makanan tersebut, segera menerima pemberian Rocky. "Makasih om," ucapnya.
"Adek tidak boleh ambil pemberian orang sembarangan!" Davino merebut cup es krim di tangan adiknya, kemudian menyerahkan pada Rocky. "Ibu tidak membiarkan kita makan es krim, om. Kata ibu Es krim bisa buat kita batuk dan sakit."
"Tapi es krimnya pasti enak kakak."
"Hanya makan satu cup tidak akan membuat kalian sakit," bujuk Rocky. Pria itu memberikan es krim karena melihat si kembar tampak ke lelahan.
"Boleh ya kakak?" Devina menatap kakaknya penuh harap, tetapi sepertinya Davino tidak mudah luluh begitu saja.
"Kata ibu kita bukan pengemis, Adek. Kalau kita mau makan sesuatu harus minta sama ibu, kalau ibu tidak punya uang, kita harus sabar menunggu." Davino mengingatkan.
"Karena adek bukan pengemis, adek tidak mau menerima es krimnya. Om bisa makan sendiri."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 157 Episodes
Comments
Ami Kerto Surat
gak mudah mmg menjadi single parent...
2024-03-12
1
Nurhasanah
thor mf..mnrt saya alea teledor sllu ningalin anak y d stasiun walaupun takut cape..mang y gk takut anak y d culik😔😔
2024-02-19
3
Wirda Wati
vino keren
2024-02-12
0