Pulang dari menemani anak kembarnya untuk memenuhi kebutuhan otak masing-masing, ia memilih istirahat di rumah sambil memperhatikan kedua anak-anaknya yang duduk berhadapan di atas tempat tidur. Sementara ia duduk di dekat pintu, lantaran kos-kosan yang ia tempati hanya satu petak saja dan dapur ada di luar.
Senyuman Alea sejak tadi tidak surut melihat keantusiasan anak-anaknya belajar sesuai hobi masing-masing. Andai saja mempunyai uang yang banyak, ia akan menyekolahkan Devina dan Davino.
"Kakak, liat gambar adek!" pinta Devina setelah melukis dua gambar orang dewasa yang bergandengan tangan.
"Gambar adek cantik, itu siapa?"
"Ayah sama Ibu."
Kening Davino mengerut. "Memangnya Adek tahu wajah ayah?"
"Tidak, tapi adek gambar sesuai pikiran adek aja yang penting cocok sama Ibu."
"Gambar kakak juga!" pinta Davino.
"Siap kakak, tapi adek lanjut ini dulu."
Pembicaraan keduanya selalu menjadi alunan indah di telinga Alea, terlebih kedua anak-anaknya sangat akur dan saling menyayangi. Alea bangkit dari duduknya ketika mendengar pintu diketuk beberapa kali.
"Siapa ibu?" tanya Davino.
"Ibu juga tidak tahu, kalian lanjutkan saja belajarnya. Biar ibu yang membuka pintu." Alea lantas membuka pintu dan terkejut melihat sosok pria tampan berdiri di depannya. Pria tampan yang dulu memaksanya menikah bersama Rocky, dengan alasan demi kebaikan anak-anaknya suatu hari nanti.
"T-tuan Cakra?" Suara Alea tampak bergetar.
"Kenapa terkejut?"
"Sa-saya ...."
"Saya tidak akan memberitahukan keberadaan kamu pada Rocky, tetapi saya ingin menawarkan sesuatu. Kembalilah dan bahagiakan anak-anakmu tanpa kekurangan apapun, jika yang kau takutkan adalah hak asuh. Semuanya akan jatuh ke tanganmu."
Alea terdiam, ia masih tidak menyangka seseorang yang sangat dekat dengan suaminya, bisa menemukan dia begitu mudahnya.
"Maaf, Tuan. Tapi saya tidak ingin kembali apapun alasannya."
"Saya tidak akan memaksa. Saya datang karena permintaan istri saya. Kalau begitu, pergilah sejauh mungkin jika kau memang tidak mencintainya." Cakra segera meninggalkan kos-kosan tersebut. Andai saja bukan permintaan istrinya, ia tidak akan repot-repot ke bogor untuk menemui Alea.
Istrinya pernah berkata. "Jangan lihat hanya dalam satu sisi Mas, mungkin mas menyembunyikan keberadaan Alea dari Rocky untuk memberikan pelajaran dan menyadarkan Rocky tentang perasaannya, tetapi mas tidak pernah berpikir bagaimana menderitanya Alea jika harus membesarkan dua anak seorang diri, belum lagi gunjingan para tetangga di luar sana."
Ucapan itulah yang membuat Cakra sadar akan semuanya sehingga menemui Alea juga tidak menghalangi penyelidikan Rocky tentang keberadaan Alea melalui Adrian. Mungkin jika Cakra masih bergerak, Adrian belum menemukan Alea.
"Siapa ibu?" tanya Davino lagi ketika ibunya kembali menutup pintu.
"Orang salah alamat."
"Adek kira ayah datang."
"Kenapa adek sangat ingin bertemu dengan ayah?" tanya Davino dengan kening mengerut.
"Karena ayah terus datang ke mimpi adek, Kakak. Ayah bilang, dia akan datang dan membawa kita ke istana kerajaan."
"Jangan percaya mimpi adek, kata ibu, mimpi hanya bunga tidur."
Devina memanyungkan bibirnya, gadis kecil itu tidak suka jika membicarakan ayah tanpa wujud yang selalu datang ke mimpinya, pada Davino dan ibunya. Mereka berdua selalu mematahkan semangatnya. Sehingga ia memutuskan untuk menyalurkan mimpinya pada sebuah lukisan.
"Waktunya tidur siang, kalian harus tidur."
"Baik, Ibu."
Davino dan Devina bergegas membereskan barang masing-masing, kemudian menyimpannya di sisi kasur. Barulah setelahnya berbaring di atas kasur sambil berhadap-hadapan. Sementara Alea kembali berselancar pada sosial media untuk mencari pekerjaan.
Namun, alih-alih menemukan pekerjaan, ia malah melihat sebuah banner yayasan yang merekrut siswa melalui karya-karya dan keterampilan masing-masing.
"Kenapa yayasannya harus di Jakarta?" gumam Alea ketika melihat alamat yang tertera di dalam banner.
Semua syarat yang diajukan yayasan ada pada diri anak-anaknya, hanya saja kota Jakarta adalah kota yang tidak ingin Alea kunjungi. Ia menggelengkan kepalanya, berusaha menekan ego dalam diri agar tidak membunuh masa depan si kembar
"Penderitaanku tidak masalah, yang penting mereka bisa sukses dan menekuni keahliannya," gumam Alea setelah lama berpikir.
Ia segera mengunjungi situs web yang tersedia pada postingan. Mengisi dua formulir pendaftaran untuk anak-anaknya. Ia tersenyum setelah semuanya berhasil dan di arahkan agar segera ke Jakarta besok dengan batas waktu jam 4 sore untuk verifikasi data.
Alea meletakkan ponselnya di atas toples, kemudian mengemas satu tas yang akan dia bawa besok naik kereta api, tentu saja dengan anak-anaknya.
"Ibu mau kemana?" tanya Davino yang ternyata belum tidur.
Alea terkesiap, ia menghentikan kegiatannya. "Ke Jakarta, kakak pengeng sekolah kan? Kakak mau bakatnya dilihat semua orang tanpa dikucilkan?"
"Mau ibu."
"Ada lomba menghitung cepat, kalau kakak menang artinya bisa sekolah."
"Kalau begitu kakak harus belajar yang rajin!" seru Davino penuh semangat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 157 Episodes
Comments
aira aira
seru
2024-02-19
1
Dewi Anggya
klo tuan Cakra tau knp gk dr dulu menolong Alea
2024-01-02
8
Enung Samsiah
kalau bos peduli dan tau, hrsnya beri tmpt tinggl yg layak dn tdk mnderi percuma tau klu nggk peduli,,, mencari tau preetttttt
2023-12-27
2