Seperti yang telah direncanakan sebelumnya, Alea membawa anak-anaknya dari desa tengah malam lantaran tidak ingin bertemu para tetangga yang mulutnya tidak bisa dijaga, sehingga selalu menyakiti hati seseorang, termasuk dia dan anak-anaknya.
Sepanjang malam, di dalam bus menuju kota. Alea tidak bisa memejamkan matanya, terus mengelus kepala anak-anaknya secara bergantian yang kini terlelap di samping kiri dan kanannya. Ia berharap setelah sampai di kota, ia tidak bertemu Rocky.
"Apa aku kembali saja bekerja di bandung?" gumam Alea sedikit menimang-nimang tawaran atasannya dulu. "Tidak-tidak, Rocky pasti akan menemukan aku di sana. Aku harus ke kota yang tidak dihuni dan tidak pernah Rocky kunjungi sebelumnya." Alea menggelengkan kepalanya.
Gadis itu baru terlelap saat matahari akan terbit, dan terbangun ketika mendengar suara anak-anaknya yang mengeluhkan lapar satu sama lain.
"Adek sabar ya, Ibu masih tidur," ujar Davino membujuk adiknya.
"Tapi adek lapar, Kakak. Perut adek sakit," keluh Devina sambil memegangi perutnya.
"Kenapa tidak membangunkan, Ibu Nak? Tunggu sebentar ya, Ibu ambil kuenya dulu."
Alea menunduk untuk mencari toples kue kesukaan anak-anaknya, kemudian memberikan berserta air minum. "Sabar ya, beberapa menit lagi kita sampai. Setelah sampai ibu akan membawa kalian makan enak."
"Serius, Ibu?" mata Davino dan Devina berbinar. Alea mengangguk, mengecup kening putra dan putrinya secara bergantian.
Ia membimbing anak-anaknya turun dari bus setelah sampai di terminal tempat ia akan mencari pekerjaan dan menghidupi anak-anaknya.
"Duduk yang tenang dan jangan ke mana-mana, Ibu ambil barang dulu!" titahnya dan dijawab anggukan oleh si kembar.
Kedua bocah kembar itu duduk di sebuah pembatas sambil memeluk botol minum masing-masing. Menunggu sang ibu yang tengah menurunkan barang bawaan susah payah. Sesekali Davino mengedarkan pandangannya kiri kanan, di sini sangat ramai dan ia suka lantaran tidak ada yang mengenalinya. Dengan begitu ia tidak perlu mendengar ibunya dibentak-bentak oleh orang lain.
"Kakak, adek mau itu!" Menunjuk salah satu mainan yang di bawah oleh pedagang.
"Tidak boleh, Adek. Kita harus menunggu ibu dan ...." Belum sempat menyelesaikan kalimatnya. Devina telah berlari untuk mengejar pedagang yang tidak mengidahkan panggilannya, gadis kecil itu hanya menitipkan botol minum.
Gadis kecil itu berlari tidak tentu arah dan mulai menjauh dari tempat semestinya. Devina baru sadar setelah merasa haus dan mencari kakaknya. Ia menggigit bibir bawahnya, mengedarkan pandangan dan menemukan yang lewat hanya orang asing.
"Ibu, kakak?" panggil Devina berulang kali, berlari sambil mengingat-ingat dari mana dia tadi.
"Hey, kamu mencari siapa gadis manis?" tanya seorang gadis cantik berambut panjang tergerai hingga pinggang. Rambut itu sangat lurus dan terawat.
"Ibu dan kakak." Air mata Devina terus berjatuhan karena merasa takut.
"Jangan menangis, saya akan membantumu." Gadis cantik itu tersenyum, mengelus pipi Devina lembut. "Katakan tadi kamu dari mana?"
"Tadi, adek sama kakak dan ibu turun dari bus, dan ibu menyuruh adek duduk menunggunya. Adek melihat penjual balon dan mengejar. Sekarang adek tidak tahu di mana kakak dan ibu." Devina masih saja sesenggukan.
"Kalau begitu, mari kita ke terminal dan mencari ibu dan kakak kamu." Gadis cantik itu menggenggam tangan mungil Devina dan membawanya menuju tempat biasa penumpang turun.
"Itu kakak!" seru Devina menunjuk Davino yang setia duduk sambil melihat kanan kiri.
"Kalian kembar? Benar-benar mengemaskan, tapi kalian mirip seseorang." Gadis itu tampak berpikir. Wajah Devina tampak familier untuknya, tetapi tidak tahu pernah bertemu di mana.
"Arumi, keretanya sebentar lagi akan berangkat!" panggil seorang pria dari arah belakang.
"Ah ya, aku akan segera menyusul." Arumi, gadis yang menolong Devina segera melepaskan genggamannya. "Saya antar sampai di sini saja ya, saya harus pergi." Arumi berlari menghampiri pria yang memanggilnya. Dia ada di sekitar terminal lantaran cukup dekat dengan stasiun kereta api untuk kembali ke Jakarta.
Devina mengangguk, ia berlari menghampiri kakaknya. "Kakak!" panggilnya.
Davino langsung berbalik, dan membalas pelukan Devina yang langsung memeluknya. "Adek ke mana saja? Ibu khawatir dan mencari Adek ke mana pun."
"Maaf."
"Lain kali Adek tidak boleh pergi sendiri. Duduk di sini dan kita tunggu ibu kembali. Kata ibu, setelah setengah jam dia akan kembali untuk melihat kita."
Devina mengangguk dan menggenggam tangan kakaknya cukup erat, ia menyesal telah pergi seorang diri tadi. Untung ada kakak cantik yang bersedia menolongnya.
"Adek!" Alea langsung memeluk putrinya ketika kembali dan sudah melihatnya. Tadi dia pergi mengelilingi terminal sambil menangis hanya karena tidak menemukan putrinya.
"Maafin Adek sudah membuat ibu khawatir."
"Tidak, Nak. Ibu yang minta maaf karena tidak becus menjaga kalian. Ayo, kita mencari makanan enak. Kalian lapar kan?" Davino dan Devina mengangguk.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 157 Episodes
Comments
Arif rahman hakim
akankah rocky bertemu dgn anaknya
2024-03-17
0
Wirda Wati
untung ngga hilang
2024-02-11
0
𝓐𝔂⃝❥🍁●⑅⃝ᷟ◌ͩṠᷦụᷴfᷞi ⍣⃝కꫝ🎸❣️
eh ketemu arumi kecil, pasti pria td rocky.untung juga ngak hilang devinanya.
2024-02-08
1