Benih Tuan Arogan
"Terimakasih untuk makan malamnya."
Alea mengangguk sambil menatap wajah sang suami yang selalu saja terlihat sangat tampan. Sampai saat ini dia dan suaminya masih saja pisah rumah karena permintaannya sendiri saat pertama kali menikah dengan alasan membenci suaminya.
Namun, seiring berjalannya waktu, Alea mulai luluh dengan sikap penuh tanggung jawab Rocky, pria yang dulunya adalah majikannya sebelum tragedi pria itu merebut kesuciannya secara paksa dan mengumamkan wanita lain.
Alea pernah kabur sebelumnya, tetapi ditemukan hingga terpaksa harus menikahi pria arogan dan tutur katanya kasar hingga menembus jantung.
"Apa malam ini kamu tidur di sini seperti sebelumnya?" tanya Alea memastikan. Pasalnya beberapa bulan terakhir, Rocky selalu saja tidur dengannya dengan alasan nyeyak tanpa harus kehausan tengah malam.
Mungkin karena afek kehamillanya, Rocky mengalami ngidam simpatik yang aneh. Hanya makan jika makanan itu di buat dari tangan Alea langsung. Jika dari orang lain, suaminya akan merasakan mual berlebihan dan lemas sendiri.
"Malam ini tidak, saya kedatangan tamu di apartemen." Rocky beranjak dari duduknya kemudian meninggalkan apartemen sang istri yang kebetulan berseberangan dengan apartemennya.
"Baiklah."
Alea bergegas memberaskan bekas makan suaminya dan berniat istirahat sejenak, terlebih perutnya yang membesar membuat dia kesulitan melakukan sesuatu, tetapi untuk menyiapkan makanan untuk Rocky dia selalu siaga karena tidak tega melihat wajah pucat suaminya. Suami yang telah berhasil mengambil hatinya sejak beberapa minggu yang lalu, hanya saja belum berani berterus terang, terlebih Rocky pun seakan tidak peduli akan keadaanya.
Pergerakan Alea terhenti ketika melihat benda cukup tebal tergeletak di samping kursi yang di duduki Rocky tadi. Ia mengambilnya dan memperhatikan secara seksama.
"Dasar ceroboh, dompet saja dia lupa," gumam Alea.
Wanita ber perut besar itu segera menyusul suaminya ke apartemen sebelah. Mengetikkan sandi sebelum akhirnya menerobos masuk dan mendapati ruangan luas tersebut cukup sunyi seperti biasanya.
Awalnya Alea akan meletakkan dompet tersebut di atas meja ruang tamu, tetapi urung mendengar pembicaraan seseorang di sebuah kamar. Ia berjalan mendekat dan menempelkan telinganya pada daun pintu sehingga mendengar obrolan di dalam sana.
"Apa kamu benar mencintaiku, Rocky? Kalau begitu nikahi aku secepatnya atau aku akan benar-benar pergi dari hidupmu! Kau mencariku, memancingku untuk mendekat dan sekarang kembali mengabaikanku!"
"Aku akan menikahimu, Rumi. Tapi tidak sekarang. Tunggu tiga bulan lagi, setelahnya kita akan hidup bahagia."
Alea menitikkan air mata mendengar pembicaraan dua pasang manusia di dalam kamar suaminya. "Rumi? Apa dia Arumi yang terus dia sebut saat mengambil kesucianku? Dia kembali?" batin Alea terus saja bertanya-tanya.
Dia bergegas meninggalkan apartemen suaminya dan kembali ke apartemennya sendiri. Ia duduk di balik pintu, menangis sambil mengelus perutnya yang membesar, kata dokter, sisa satu bulan lagi dia akan melahirkan.
"Kenapa rasanya sakit mendengar pembicaraan Rocky? Bukankah aku yang meminta perjanjian ini sebelum menikah? Cerai setelah melahirkan dan hak asuh jatuh kepadanya."
"Tidak, aku tidak akan memberikan anakku pada siapapun bahkan papanya sekalipun!" Alea mengusap air matanya yang terus berjatuhan.
Meski sebelum menikah ada perjanjian di mana setelah melahirkan dia akan pergi, tetap saja Alea tidak bisa melakukannya lagi, terlebih dia adalah calon ibu.
"Aku harus pergi."
...
Alea menyiapkan segala sesuatunya di apartemen seperti biasa. Membuat sarapan untuk Rocky karena yakin pria itu akan berkunjung sebelum berangkat ke kantor. Dalam diamnya, Alea sedang memikirkan akan pergi ke mana agar Rocky tidak menemukannya seperti sebelumnya.
Lamunan Alea buyar ketika mendegar suara pintu terbuka.
"Hari ini saya akan ke luar kota, jadi tidak perlu menyiapkan makan malam atau pun siang."
"Hm."
"Arumi. Apa dia belum bangun?" tanya Rocky lagi.
Alea tampak diam sejenak. Hampir saja dia lupa bahwa Rocky memiliki putri angkat bernama Arumi, persis seperti perempuan di masa lalu pria itu.
"Dia masih tidur. Makanlah, aku akan ke kamar sebentar." Alea beranjak karena tidak kuasa melihat wajah Rocky. Wajah itu hanya akan mengingatkannya pada pembicaraan semalam.
Hingga Rocky meninggalan rumah pun, Alea masih saja berada di dalam kamar. Bukan menangis, melainkan memeriksa semua barang-barangnya agar tidak ada satupun yang ketinggalan.
Jam 9 pagi, barulah Alea meninggalkan apartemen bersama Arumi, anak angkat Rocky yang akan dia titipkan pada adik Rocky sebelum benar-benar pergi dari hidup pria yang tidak punya perasaan tersebut. Kedatangan Alea di rumah adik iparnya di sambut ramah oleh wanita berhijab besar yang sedang menyiram bunga di depan rumah.
"Alea, apa kabar? Lama tidak bertemu?" sapa Rahma, istri dari adik Rocky.
"Baik."
"Ayo masuk dulu!"
"Tidak perlu, saya datang cuma mau menitipkan Arumi sebentar. Nanti bakal dijemput sama Rocky, saya ada urusan."
"Oh begitu, ya udah. Hati-hati ya, kabarin kalau ada apa-apa soalnya kamu lagi hamil tua."
Alea hanya membalas anggukan setiap perkataanya iparnya. Dia bergegas meninggalkan rumah mewah tersebut. Perasaanya cukup lega lantaran tidak ada yang mencurigai gerak-geriknya.
Sepanjang perjalanan, Alea terus mengusap perutnya, terlebih saat merasakan gerakan-gerakan kecil dari dalam sana. Dia tersenyum meski hatinya sedang sakit.
"Maaf karena akan membawamu pergi dan hidup menderita, Nak. Ibu hanya tidak ingin ayahmu nanti akan memisahkan kita. Cintanya yang hilang telah kembali, cinta ibu tidak berarti untuknya," batin Alea terus mengusap perutnya.
Ia turun dari taksi setelah sampai di terminal yang akan menuju sebuah desa kelahirannya dulu. Hanya itu satu-satunya tempat teraman yang dia tahu agar tidak ditemukan oleh siapapun. Alea sengaja menonaktifkan ponselnya juga mengganti kartu.
Wanita berusia 22 tahun itu berjalan tertatih sambil menarik kopernya juga menenteng tas cukup besar.
"Tujuan ke mana, Mbak?" tanya salah satu sopir bus.
"Terminal ...." Alea menyebutkan terminal yang paling dekat dengan desanya.
"Kalau begitu naiklah, kita akan segera berangkat."
Tanpa pikir panjang akhirnya Alea naik ke bus yang hampir penuh tersebut. Duduk dengan nyaman di kursi penumpang sambil menatap lalu lalang orang-orang di luar sana.
Alea tahu tindakannya ini hanya akan membuat Rocky murka seperti kejadian beberapa bulan yang lalu, di mana pria itu menyuruhnya melompat dari tebing hanya karena dia ingin membunuh janin dalam kandungannya. Tetapi apa boleh buat, Alea tidak ingin dipisahkan oleh anaknya.
Wanita berambut sedikit gelombang itu mulai memejamkan matanya ketika bus mulai melaju perlahan-lahan hingga meninggalkan terminal. Sesekali Alea mengambil napas panjang karena merasakan sesak di dadanya akibat memikirkan pembicaraan Rocky.
"Kenapa aku harus mendengarnya setelah aku mencintainya? Kenapa, kenapa dia bersikap manis padaku padahal dia telah menemukan wanita yang dia cintai? Apa karena benih yang aku kandung?"
.
.
.
.
Huhuhuu, akhirnya author balik lagi setelah beberapa bulan nggak buat karya baru. Semoga kali ini ramai biar author semangat up gila-gilaan hehehe.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 157 Episodes
Comments
Murai Ateng
kabur ke kampung sma aja oon kabur tuh ke luar negri bukn kekmpung
2024-07-08
0
Bundanya Pandu Pharamadina
sambil nunggu lanjut yg ono lanjut, baca ini dulu yg udah Tamat mbak Author
like favorit
👍💕
2024-06-27
0
Pak Yan
ASSALAMMUALLAIKOM KAK OTHOR YG CANTIK.... BUNDA AI DATANG JUGA MAU IKUTAN NGERAMAIN CERITAMU INI JUGA..... SALAM KENAL DR BUNDA AI DR : PELOSOK PEDALAMAN KAL - BAR( BUMI EQUATOR , WEST BORNEO)......🤔🤔😲😲😲😉😉😉😉😖😖😖☝☝☝☝☝😂😂😂😂😂🙏🙏🙏🙏🙏🙏👌👌👌👌👍👍👍👍👍👍
2024-03-03
2