Alea kembali menemui anak-anaknya setelah menemukan toilet usai keliling dan bertanya pada pengunjung maupun petugas. Maklum saja, ini pertama kalinya ia berkunjung ke Bogor sehingga harus bertanya dan menghilangkan rasa malu.
"Sayang, toiletnya ada di ujung sana. Ayo kita ke sana dan segera pulang," ucap Alea pada anak-anaknya.
Tanpa kenal lelah, ia kembali melangkah bersama kedua anaknya. Membiarkan Devina seorang diri masuk ke toilet, sementara ia berjaga di luar bersama Davino.
"Ibu, tadi ada om-om yang memberikan Es krim pada kakak dan adek, tapi kakak tidak menerimanya karena ibu bilang tidak boleh mengambil pemberian orang asing."
"Anak ibu memang pintar." Alea tersenyum sambil mengusap kepala putranya.
"Tapi Ibu, om-om itu yang memperhatikan kita tadi. Kakak tidak mungkin salah orang. Ibu tahu? Omnya hampir mirip sama kakak."
Alea terhenyak, genggaman tangannya semakin erat di telapak tangan sang putra. Sejak tinggal di bogor, Davino sering kali memergoki seseorang memperhatikan mereka diam-diam.
"Ibu."
"Apalagi, Sayang?" tanya Alea.
"Ayah orang seperti apa?" Pertanyaan itu berhasil membuat lidah Alea terasa keluh.
"Kenapa kakak bertanya seperti itu? Ibu kan pernah bilang bahwa kakak dan adek tidak punya ayah. Ayah kalian ... ayah kalian ...." Alea tidak bisa mengeluarkan hal-hal jelek tentang Rocky meski hatinya sangat sakit.
Ia tidak ada niatan untuk memisahkan anak-anaknya dengan Rocky, hanya saja ia takut kehilangan mereka berdua karena perjanjiannya sendiri. Perjanjian yang telah ia tanda tangani setelah menikah. Tetapi saat itu ia sangat frustrasi dan tidak merasakan kehangatan pada calon anaknya, namun sekarang berbeda.
"Ayah kenapa, Ibu?"
"Ibu tidak ingin kehilangan kakak dan adek." Alea tersenyum, mengecup kening Davino cukup lama dan itu semua tidak luput dari perhatian Rocky sejak tadi.
...
"Arumi kira ayah tidak akan pulang dan merayakan ulang tahun bersama," ucap Arumi kecil langsung memeluk kaki ayahnya yang baru saja melintasi pintu utama rumah om Cakra.
"Saya tidak mungkin melewatkannya," balas Rocky langsung mengendong Arumi kecil. Meski terbilang kaku dan tidak bisa mengekspresikan kasih sayang dan perhatian melalui ucapan, setidaknya ia bisa memperlihatkan melalui perlakuan. "Di mana tante Arumi?" tanyanya.
"Tante Arumi udah pulang Ayah, Arumi tidak suka sama dia. Kenapa ayah terus menitipkan Arumi padanya? Kenapa juga nama Arumi sama dengannya?" gerutu Arumi kecil sambil mengalungkan tangan di leher Rocky.
"Apa kau sudah bertemu dengannya?" tanya Cakra yang duduk di meja makan.
"Sudah, Tuan."
"Alea setuju untuk kembali?" tanya Liora-istri Cakra.
"Saya belum bicara, Nyonya. Apa tidak sebaiknya kita tiup lilin dan makan malam? Saya sudah lapar," ucap Rocky dengan wajah lempengnya.
Semua orang yang berada di meja makan panjang tersebut diam-diam tersenyum. Di antara mereka semua, memanglah Rocky yang paling kaku. Makan malam bersama dan tiup lilin ulang tahun ke delapan Arumi berjalan lancar tanpa hambatan. Gadis berusia 8 tahun itu pun mendapatkan banyak hadiah dari om dan tantenya.
"Makasih hadiahnya, Om Cakra, Om Eril," ucap Arumi. Gadis itu beralih pada sang ayah. "Mana hadiah dari ayah?"
"Di apartemen, setelah ini kita akan pulang."
"Kenapa tidak menginap saja, om? Liam masih ingin bermain dengan Arumi," tanya Liam, putra sulung Cakra dan Liora.
"Arumi harus sekolah Tuan Muda."
Rocky membawa anak angkatnya pergi dari kediaman Cakra, tidak lupa mengangkut semua hadiah yang telah memenuhi jok mobil.
"Ayah, kapan Rumi bisa bertemu ibu?"
"Sebentar lagi."
"Rumi punya ibu, tapi kenapa ayah pacaran sama tante Arumi?"
Rocky terdiam, pria itu tidak ada keinginan untuk menjawab pertanyaan Arumi, lantaran ia pun tidak tahu apa jawaban pastinya. Ia terus mencari keberadaan Alea, tetapi tidak bisa melepaskan Arumi begitu saja. Mungkinkah semuanya hanya demi anak? Mungkin iya mungkin juga tidak.
Pria itu sampai di apartemen saat jarum jam telah menunjukkan angka sepuluh malam. Ketika membuka pintu, ia menemukan seorang gadis tertidur di sofa dengan desain berserakan di atas meja. Sepertinya Arumi besar tidak kembali ke bogor, tetapi menyelesaikan pekerjaannya di rumah.
"Sebenarnya apa yang aku inginkan?" batin Rocky sambil menatap wajah terlelap Arumi. Ia bingung pada hatinya sendiri.
"Ro-rocky?" Arumi besar terkesiap ketika menyadari keberadaan Rocky. Gadis itu langsung bangun dan merapikan rambut dan pakaiannya.
"Masuk ke kamar!" perintah Rocky pada putrinya, kemudian memutari sofa untuk membereskan semua kacauan di meja, barulah setelahnya duduk di hadapan Arumi.
"Tidurlah di kamar Arumi, dan Arumi tidur di kamar saya. Pulang ke Bogor sudah terlalu larut."
"Hm." Arumi menguap sambil menutup mulutnya. "Apa yang kamu lakukan di Bogor? Teman aku tidak sengaja melihatmu di stasiun tadi. Awalnya aku ingin menyusul, tapi terlalu banyak perkerjaan yang harus aku selesaikan."
"Mengurus pekerjaan. Tidurlah, saya yang akan mengantarmu besok."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 157 Episodes
Comments
Bonny Liberty
emang ya,umur ga jaminan seseorang mengenal dirinya sendiri dan berpikir dewasa
2024-03-12
1
ℳ𝒾𝒸𝒽ℯ𝓁𝓁 𝒮 𝒴ℴ𝓃𝒶𝓉𝒽𝒶𝓃🦢
dih aneh lu, ya kalo ga bisa lepasin arumi nikahin aja sekalian, malah masih mau sm alena, emang kalo ketemu sm alena mau lu apain
2024-02-12
1
𝓐𝔂⃝❥🍁●⑅⃝ᷟ◌ͩṠᷦụᷴfᷞi ⍣⃝కꫝ🎸❣️
begok rocky pria planplin, buat apa cari alea kalau ngak mau lepasin arumi. alasan anak kau bisa buat tuh sama arumi huh ngadi2.
2024-02-08
9