"Apa kalian sudah kenyang?" tanya Alea pada anak-anaknya. Sekarang ia sedang berada di teras masjid usai sarapan di sebuah warung dekat terminal. Karena makan di sana, kini Alea tidak mempunyai uang lagi.
"Adek kenyang bangeet soalnya makanannya enak."
"Kakak juga." Davino mengangguk antusias.
"Kalau begitu kalian tidak keberatan ibu tinggal sebentar?"
"Ibu mau ke mana?" tanya balik Davino.
"Mencari kontrakan untuk kita tinggal. Nanti setelah mendapatkan tempat tinggal, ibu akan menjemput kalian di sini." Alea melirik putranya yang pikirannya sudah cukup benar meski usianya baru 6 tahun. "Kakak bisa jaga adek?"
"Bisa, Ibu. Kakak akan menjaga adek dan menunggu ibu pulang. Di sini banyak orang, apalagi kalau waktunya shalat."
"Pintar anak ibu. Kalau begitu ibu pergi ya." Alea mengecup kening anak-anaknya sebelum meninggalkan masjid tersebut.
Ia berjalan di antara teriknya matahari hanya untuk mencari tempat tinggal yang nyaman dan jauh dari perkumpulan ibu-ibu tukang gosip, yang sering kali mengurusi orang lain. Senyuman Alea melebar melihat sebuah baliho kos-kosan di pinggir jalan, terlebih harganya cukup terjangkau setiap bulannya.
"Aku harus ke sana sebelum kos-kosanya penuh." Alea merogoh ponselnya kemudian menghubungi pemilik kos-kosan. Sangat diuntungkan pemiliknya cekatan sehingga Alea tidak harus menunggu terlalu lama.
Namun, senyuman Alea pudar ketika pemilik kos-kosan meminta uang sewa sebelum ia masuk ke rumah itu. Ia lupa di tempat ramai seperti ini, janji tidak diperlukan. Ia melirik jari-jari tangannya, ia masih punya satu barang berharga lagi.
Sepertinya Alea akan menjual cincin pernikahannya demi menghidupi anak-anak yang sedang aktif-aktifnya belanja dan menginginkan sesuatu.
"Hanya sebuah cincin, lagi pula cincin ini tidak ada artinya lagi," gumam Alea meyakinkan diri bahwa cincin pernikahan yang diberikan Rocky bukanlah barang berharga lagi untuknya.
Alea mengotak atik ponselnya untuk mencari pegadaian terdekat, kemudian mengunjunginya untuk menjual cincin tersebut. Ia berharap cincin sekitaran dua gram di matanya itu bisa memenuhi kebutuhan hari-harinya setidaknya untuk beberapa hari ke depan.
Alea mengambil napas panjang ketika memasuki pegadaian, menyerahkan benda bulat tersebut, kebetulan tidak antri. Mungkin karena banyaknya pangadain tersebar di tempat itu.
"Ingin menggadaikan atau menjualnya?"
"Menjual ...." Lidah Alea terasa keluh untuk mengatakan hal tersebut. "Menggadaikan," ucapnya kemudian.
"Baik, tunggu sebentar, akan saya periksa."
Alea mengangguk, dia duduk di kursi tunggu sambil meremas jari-jari tangannya. Tidak berselang lama dia di panggil lagi.
"Bagaimana, mbak? Kisaran berapa yang saya dapatkan?"
"Kisaran paling tinggi 25 juta, Mbak. Apa anda ingin mengambil semua atau hanya separuh?"
Alea terdiam, ia mengerjapkan matanya perlahan lantaran sedikit terkejut dengan harga diberikan pegadaian. Dulu ia membawa pergi uang Rocky, sekarang hal itu terulang lagi meski kali ini tidak sebesar saat pertama kali ia kabur.
"Mbak?"
"Li-lima juta saja," ucapnya sedikit gugup.
"Baiklah, akan saya proses, tolong sertakan ktp nya."
Alea segera memberikan kartu identitasnya, kemudian kembali duduk dan menunggu uang. Ia sangat bersyukur di tengah-tengah kesusahan seperti ini, ia mendapatkan rezeki tidak terduga. Selama ini Alea mengira cincin pernikahan yang tersemat di jari manisnya, hanya sebuah emas biasa dengan harga paling besar 2 juta jika dijual.
Alea meninggalkan pengadain setelah menyelesaikan semua prosedur. Ia bergegas menemui anak-anaknya di masjid dengan senyuman yang tidak pernah surut di wajahnya.
...
Kota Jakarta ....
Tampak sepasang manusia sedang menikmati makan dalam diam. Hanya dentingan sendok dan pisau yang terus beradu di antaran mereka. Rocky sama sekali tidak ada niatan berbicara, ia sedang tidak mood karena menunggu kabar dari Adrian tentang keberadaan Alea sebenarnya.
"Kenapa diam saja?" tanya Arumi.
"Kamu mengajak untuk makan malam, bukan berbicara," jawab Rocky tanpa melirik Arumi. Sebenarnya ia bingung dengan perasaannya.
Setiap kali Arumi meminta, dia akan datang karena pikirannya berkata bahwa ia harus menuruti keinginan gadis itu agar tidak pergi lagi dari hidupnya. Namun, saat bertemu, hatinya malah memikirkan perempuan lain.
"Apa aku harus menyerah sekarang?"
"Terserah!"
"Setidaknya katakan iya, maka aku akan pergi dari hidupmu, Rocky! Apa kau tidak sadar sikapmu yang seperti ini menyakitiku? Kau seolah-olah menginginkanku, tetapi di waktu yang bersamaan kau seakan ingin membuangku."
"Selesaikan makan malam kamu dan pulanglah! Saya masih ada urusan." Rocky meletakan pisau dan garpunya di sisi piring. Hendak beranjak, tetapi tangannya digenggam oleh Arumi.
"Berhenti!"
"Ada apa?"
"Melihatmu dari samping, mengingatkanku pada anak kecil yang aku temui di Terminal Baranangsiang Bogor pagi tadi. Andai kamu memiliki istri, mungkin di adalah anakmu yang hilang."
"Sepertinya kau sedikit mabuk setelah menghabiskan segelas anggur!"
"Aku tidak mabuk, melihatmu, seakan aku melihat gadis mengemaskan itu. Dia terlihat lucu tadi, saat kebingungan."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 157 Episodes
Comments
~**Alfi_Pjm** ~💜💜💜
🤩🤩🤩
2024-02-23
0
Wirda Wati
lanjuut
2024-02-11
0
𝓐𝔂⃝❥🍁●⑅⃝ᷟ◌ͩṠᷦụᷴfᷞi ⍣⃝కꫝ🎸❣️
lahh kukira arumi kecil ternyata arumi besar salah aku, kalau rocky liat pasti dia akan berasa yg sama soalnya kembar mirip rocky ya kan.
2024-02-08
1