Keesokan harinya, Alea benar-benar membawa anaknya ke kota Jakarta untuk verifikasi ke pesertaan pada yayasan yang tengah mengadakan lomba. Kini ia dan anak kembarnya telah berada di kereta api dan menikmati perjalanan.
"Ibu, apakah di sana adek bisa pamer gambar tanpa dimarahi?" tanya Devina di sela-sela menikmati roti pemberian ibunya.
"Benar, Sayang. Saat berada di atas panggung, atau pun ditanya oleh seseorang. Adek bisa memamerkan gambar sepuasnya, begitupun dengan kakak." Alea beralih pada putranya yang sejak tadi menatap dengan wajah mengemaskan. "Kakak bisa menjawab semua matematika dan dihargai, tidak seperti di kampung."
....
Berhasil mengosongkan semua jadwal untuk hari ini, Rocky bersiap-siap untuk ke bogor menemui anak dan istrinya yang entah sedang apa. Namun, sebelum itu, ia menunggu kedatangan seseorang.
"Apakah aku terlambat?" tanya Arumi yang baru saja datang membawa paper bag lumayan besar di tangannya.
"Sedikit."
"Sekarang pergilah. Hari ini aku akan menemani Arumi kemanapun yang dia mau, karena hari ini adalah hari spesialnya."
"Jaga dia untuk saya" ucap Rocky.
"Tentu, menyukai ayahnya, aku juga harus menyukai anaknya." Arumi tersenyum lebar. Gadis itu rela datang dari bogor hanya untuk memberikan hadiah pada Arumi, meski sering kali keberadaannya tidak disukai oleh gadis kecil nan manis itu.
"Hm."
Rocky bergegas meninggalkan apartemennya, berjalan cepat menuju mobilnya yang terparkir rapi di basemen. Langkahnya terhenti lantaran berpapasan dengan Adrian yang sepertinya akan menemuinya.
"Ada apa?" tanya Rocky.
"Tuan Cakra mengundang anda untuk datang ke rumah. Katanya akan merayakan ulang tahun nona Arumi bersama tuan Eril."
"Katakan saya sedang sibuk!"
"Tapi Tuan ...."
"Tidak ada yang lebih penting dari memastikan keberadaan Alea sekarang."
Rocky masuk ke mobilnya tanpa mendengarkan kelanjutan dari Adrian. Padahal Adrian ingin mengatakan, bahwa Tuan Cakra mengundang nona Alea untuk hadir di ulang tahun Arumi yang ke delapan tahun.
***
Jam sepuluh pagi, Alea dan anak kembarnya telah sampai di kota Jakarta. Tanpa istirahat barang sejenak, ia langsung menuju yayasan untuk menyelesaikan semua pendaftaran. Sebenarnya jantung Alea sejak tadi berdetak tidak normal lantaran takut bertemu dengan Rocky secara tidak sengaja.
"Kenapa Ibu diam? Orang itu terus mengajak ibu bicara," tegur Davino.
"Ah ya, maaf pak. Kenapa?" tanya Alea guna staf di hadapannya mengulang pembicaraan.
"Apakah gambar nona Devina sudah jadi? Jika belum, selambat-lambatnya di setor sehari sebelum hari H, artinya satu minggu lagi."
"Baru setengah jalan, Pak. Putri saya akan mengusahakan selesai sebelum hari H. Apakah nanti gambarnya harus diserahkan secara langsung, atau lewat surel saja?"
"Bisa lewat surel jika rumah anda jauh, Bu. Tetapi harus membawa aslinya saat hadir satu minggu lagi."
"Saya mengerti." Alea mengangguk. Ia meraih nomor peserta yang diberikan oleh staff yayasan tersebut. Jujur saja, Alea semakin bersemangat untuk mengikutkan putra dan putrinya setelah melihat secara langsung yayasan itu. Terlebih ketika mencarinya dari google. Di mana anak-anak yang sekolah di sana benar-benar pintar tanpa campur tangan orang tua yang berkuasa. Entah siapa yang membangun yayasan tersebut, ia berharap, semua pemilik yang bersangkutan mendapatkan kebahagiaan.
"Untuk Davino Alen, belajar dengan giat, semoga minggu depan, kamu menjadi salah satu pemenangnya." Staff itu memberikan semangat pada Davino sambil menyerahkan nomor peserta.
Sebenarnya staff itu bertanya-tanya di mana pernah bertemu dengan dua anak kembar tersebut, ia seakan tidak asing dengan wajahnya.
"Maaf Nona, apa suami anda sering berkunjung ke yayasan ini?" tanya staff.
"Kenapa bertanya demikian?" tanya Alea balik.
"Wajah anak-anak anda ...."
Ucapan staff itu terhenti lantaran ponsel Alea tiba-tiba berbunyi. Ia segera menjauh untuk menjawab panggilan dari nomor tidak di kenal.
"Alea?"
Alea terdiam, suara itu, suara yang pernah memberikan nasehat padanya saat akan menikah dengan Rocky.
"Ny-nyonya Liora?"
"Hm, kamu tahu hari ini hari apa?"
"Tahu, hari ini adalah ulang tahun Arumi." Mata Alea sedikit berkaca-kaca jika mengingat putri angkatnya yang ia tinggalkan saat berusia 1 tahun lebih.
"Apa kamu tidak berniat untuk bertemu dengannya dan memberikan selamat?"
"Maaf Nyonya, tapi sepertinya saya harus memblokir kontak Anda." Alea langsung memutuskan sambungan telepon, kemudian memblokir nomor Liora.
Ia benar-benar tidak ingin berurusan dengan orang-orang terdet Rocky yang mulai menemukannya satu persatu. Teringat akan anak-anaknya, Alea segera berlari menghampiri, takut ada yang mengambil anaknya secara diam-diam.
"Ibu kenapa lari-lari? Ibu melihat hantu?" tanya Devina.
"Tidak, ibu hanya takut adek dan kakak dijahatin sama orang."
"Ibu, di sini tidak ada yang mengenali kita, jadi tidak mungkin ada yang memarahi seperti di desa." Davino tersenyum lebar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 157 Episodes
Comments
Nurhasanah
bingung tuan cakra dan istri tau keberadaan alea tp gk membantu apa2...?🤔🤔
2024-02-19
3
Wirda Wati
lanjuut thor
2024-02-11
0
Yunia Afida
rocky terlalu gegabah g dengerin adrian ni, alea kok gitu dibantu g mau
2023-12-14
1