Gawat!
teriak Derek dalam hati.
Dia mempercepat langkahnya memasuki ballroom yang berada tak jauh dari lounge.
Di dalam ballroom, suasana sedang hiruk pikuk. Semua orang berdiri, banyak di antara mereka yang sedang mengangkat tangan, seperti hendak menangkap sesuatu.
"Mana gadis itu, " desis Derek pelan. Dia mengedarkan seluruh pandangannya.
Namun, banyaknya orang yang berdiri menghalangi pandangan nya.
"Tangkap! " teriak seorang laki laki. Suaranya terdengar nyaring di dalam ballroom.
Seiring dengan suara teriakan itu, sebuah hand bucket bunga dahlia berbagai warna melayang di udara.
Hand bucket adalah kumpulan bunga yang di rangkai menjadi satu untuk menjadi buket dan di pegang oleh tangan.
Beberapa orang berebut mengejar buket itu. Buket itu terus melayang di udara.
Buket itu terbang menuju ke arah di mana Derek berdiri. Secara refleks dia mengangkat tangan lalu menangkap buket itu. Karena tingginya yang menjulang, dia tidak perlu berebut dengan orang lain untuk mendapatkan buket itu.
"Yang mendapatkan buket itu adalah, " terdengar suara seorang laki laki panggung. Ternyata dia pembawa acaranya.
"Laki laki di ujung sana!! " teriaknya di sertai sebuah lampu menyorot wajah Derek.
Semua orang memalingkan wajahnya melihat Derek.
Astaga, apa ini? batin Derek kaget.
Derek, kenapa dia ada di sini? decak Adya kesal dengan suara pelan. Seharusnya dia bersama gadis itu, dia membatin.
"Sepertinya Derek akan menyusul sebentar lagi, " kata Alana mengomentari. Dia merasa senang melihat wajah Adya yang mendadak kecut.
"Selamat kepada Mas yang baru saja mendapatkan buket bunga dan wah, sudah ada penganten nya, " celoteh pembawa acara saat melihat seorang gadis berpakaian penganten mendatangi Derek.
"Ternyata sudah ada penganten nya, " bisik Alana dengan raut muka kaget.
Beruntung tamu yang hadir para pengusaha yang bermartabat, jika tamunya anak anak alay, pasti Derek akan di soraki untuk segera menikahi gadis itu, batinnya.
"Tapi kenapa aku sepertinya mengenal gadis itu? " ujarnya sambil menatap Adya.
"Oh ya? " balas Adya santai. " Dari panggung ini ke tempat Derek berdiri cukup jauh, kamu pasti salah mengira orang! "
"Dari mana anda tahu aku salah mengira orang? Aku bahkan belum menyebut nama, " pungkas Alana cepat.
"Karena semua orang yang datang ke acara ini adalah kolega bisnisku. Kamu tidak mungkin mengenal mereka. Satu satunya yang kamu kenal adalah Pak Irfan dan dia tidak di undang. Paham? " tandas Adya.
"Huh! " Alana berdecak. Meski gadis itu memakai make up tebal tapi dia yakin kalau dia mengenal gadis itu.
Aku harus memastikannya, batinnya.
"Aku pergi sebentar, " ucapnya pada Adya.
"Mau kemana kamu? " tanya Adya sambil menahan tangan Alana.
"Sebentar lagi sesi salaman dengan para undangan, " sambungnya mengingatkan.
"Aku harus memastikan sesuatu, " jawab Alana. " Hanya sebentar saja. Setelah itu aku akan kembali lagi ke sini, " sambungnya.
"Mereka sudah pergi! " tunjuk Adya kearah di mana Derek dan gadis itu berdiri.
Alana mengikuti arah telunjuk Adya. Dia melihat Derek menarik gadis itu keluar dari ballroom.
Seperti nya ada yang tidak beres, kata hatinya. Kenapa Derek buru buru menarik gadis itu pergi? Apa takut jika gadis itu akan mengacaukan acara pernikahan ini? kata hatinya lagi.
"Apakah anda tidak merasa aneh? " ujarnya.
"Jika yang datang ke acara ini adalah kolega anda, kenapa ada seorang gadis berpakaian penganten datang ke sini? Apakah dia temannya Derek? Tapi dari cara Derek menarik gadis itu keluar seperti nya bukan, " sambungnya berargumentasi.
Gadis ini jeli juga, batin Adya. Ke depannya, aku harus lebih berhati hati dengannya!
"Kenapa? Apa kamu cemburu? " tanyanya menggoda.
"Kalau iya bagaimana? " balas Alana tersenyum manis.
"Jangan coba coba bermain api! " tukas Adya marah.
"Aku kan hanya menjawab yang anda tanyakan, " sahut Alana merasa menang.
Hah, di kira aku tidak berani menjawab perkataan nya, kekehnya dalam hati.
Tapi kemudian nyalinya ciut saat melihat wajah Adya yang begitu kaku.
*****
Kamar penthouse
Krek, pintu di buka dari luar. Mama Alana segara menoleh. Dia kecewa ketika melihat siapa yang datang.
Dua orang pegawai hotel datang mendorong sebuah troli makanan bertingkat tiga ke dalam kamar.
"Makan Malam Nyonya, " kata petugas hotel dengan badge nama Siti Anggraini di dada kanannya.
"Terima kasih, " jawab Mama Alana . "Apakah acara pernikahan di ballroom hotel sudah selesai? " tanyanya.
"Karena live streaming nya sudah selesai dari tadi, " lanjutnya.
"Maaf, Nyonya, kami tidak tahu, " senyum Siti ramah.
" Kami hanya di perintahkan untuk membawakan anda makan malam, " sambungnya sopan.
"Ya sudah, " sahut Mama Alana kecewa.
Tadinya dia berharap Alana yang akan datang. Sesuai perkataan Adya sebelum laki laki itu pergi meninggalkan nya di dalam kamar ini.
"Apakah ada yang anda butuhkan lagi, Nyonya? " tanya Siti.
Dia sudah di beritahukan oleh General Manager hotel ini jika Nyonya yang berada dalam kamar penthouse Pak Adya adalah orang yang sangat penting . Mereka harus melayani Nyonya itu dengan sebaik baiknya.
"Tidak, Terima kasih, " jawab Mama Alana.
" Jika anda perlu sesuatu anda bisa menelepon front office melalui telephone kamar, " kata Siti memberitahu. Dia menunjuk sebuah telephone yang terletak di atas meja di bawah televisi.
"Kami pamit dulu, Nyonya, " lanjut Siti begitu Mama Alana mengangguk.
"Bagaimana keadaan kamu, Nak? " desis Mama Alana resah.
***
Basement Parkiran hotel
"Kenapa anda masuk ke dalam Ballroom? Bagaimana jika Nona Alana melihat anda? " kata Derek dengan suara gusar. Dia menekan stir mobil dengan kuat.
Jika Alana mengenali gadis ini, aku pasti akan di telan Tuan! desisnya dalam hati.
"Aku tidak sengaja masuk ke sana, " ujar gadis itu membela diri. Dia melirik ke bangku belakang. Melihat hand bucket yang di dapat Derek di ballroom tadi.
"Hand bucket itu pertanda jika kamu memang harus sudah menikah, " katanya sambil melirik Derek.
"Itu mitos, " sergah Derek sambil menghidupkan mesin mobil.
"Anda akan aku antarkan pulang, " putusnya mengalihkan percakapan.
"Jika itu dengan kamu, aku mau di bawa. kemana saja, " balas gadis itu menggombali Derek.
Derek menatap gadis yang duduk di sebelahnya dengan heran.
Kenapa gadis ini begitu tidak tahu malu? Dengan status sosial yang tinggi dan mempunyai wajah yang menarik kenapa dia harus merendahkan diri untuk mengejar seorang bodyguard?
"Hei, aku ketinggalan mahkota ku di dalam, " ujar gadis itu sambil meraba raba kepalanya.
"Mahkota kain bahan nyilon itu? " kata Derek cepat.
"Biarpun mahkota kain, tapi bahan kainnya berharga mahal dan ada butiran berlian di setiap sudutnya, " jawab gadis itu.
"Aku pergi mengambilnya sebentar, " ujar gadis itu sambil membuka pintu mobil lalu berlari keluar tanpa bisa di cegah Derek.
"Aku tidak akan lama! " serunya seraya menoleh ke belakang.
Oh, s***t! " geram Derek.
*****
Mau tahu lanjutannya? baca Bab 21 ya gaes🥰
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments
anindya cintya
tak d sangka yg dapat buket nya adalah derek
2024-01-20
0
Nana Thihani
yg ga pengen nangkep malah dapet😁
2024-01-17
1
WWH jin
lanjut thor
2024-01-16
1