Alana membuka mata.
"Benarkah, dokter? " tanyanya cepat. Matanya menatap penuh berharap.
Mata hijau yang cantik, gumam dokter pelan.
"Ya, " angguk dokter meyakinkan.
"Bagaimana dengan kepalamu, apakah masih sakit? " tanya nya lagi.
Nada suara dokter perempuan itu ramah dan bersahabat.
Alana mengangguk.
"Sakitnya bagaimana, apakah berdenyut? " tanya bu dokter.
"Tidak, hanya sedikit pusing, " jawab Alana.
"Apakah parah dok? " tanyanya kuatir.
"Saya belum bisa memastikan sebelum melakukan serangkaian pemeriksaan seperti foto radiologi, CT- scan dan MRI, " sahut Bu dokter.
"Saya akan memantau kamu selama beberapa hari untuk melihat apakah ada penurunan gejala atau peningkatan gejala, " jelasnya.
"Saya tidak bisa berada di sini lama lama, dok, " desis Alana pelan.
"Saya akan meminta kamu untuk melakukan sejumlah pemeriksaan di Rumah sakit, " ujar bu dokter setelah memahami keberatan Alana.
"Saya akan bicara pada Adya, " lanjutnya lagi.
Tidak adil jika gadis ini harus menanggung dosa masa lalu. Dia tidak bersalah. Aku harus mengeluarkan dia dari sini, batinnya bertekad.
"Terima kasih dokter, " ujar Alana sambil menyalami bu dokter dengan bersemangat.
Thanks God, akhirnya aku bisa selamat, batinnya sumringah.
Tok... tok
Pintu di ketuk sopan sebelum di buka dari luar. Bu dokter memberikan isyarat pada Alana untuk kembali tidur. Dia memberikan menepuk tangan Alana dengan lembut untuk menenangkan gadis itu.
"Bagaimana hasil pemeriksaan nya, Dok? " tanya seorang laki laki. suaranya sama dengan suara yang tadi mengantarkan Dokter masuk ke kamar ini.
"Aku akan mengatakan langsung pada Adya, " jawab Bu Dokter sambil berjalan ke arah pintu.
"Kalau begitu anda harus menunggu, beliau sedang dalam perjalanan ke sini, " jawab laki laki itu sambil menutup pintu.
Setelah tidak terdengar suara, Alana kembali membuka matanya.
Pak Adya? siapa lagi itu? kata hatinya. kenapa rasanya nama itu tidak asing bagi ku?
***
Kantor notaris Irfan Haidar
Pak Irfan sedang sibuk membaca dokumen yang baru saja di serahkan oleh asistennya.
Ada beberapa dokumen yang harus dia teliti dengan seksama sebelum bertemu dengan klien besok hari.
Tiba tiba pintu ruangannya terbuka. Tanpa menengadahkan kepala, dia sudah tahu siapa yang masuk. Satu satunya orang yang berani masuk tanpa mengetuk pintu adalah dia!
"Sayang, " suara manja seorang perempuan terdengar .
"Hm.. " jawab Pak Irfan sambil terus membaca dokumen yang ada di atas meja kerjanya.
"Apa anak sialan itu sudah datang? " kata perempuan itu lagi. Dia berjalan mendekati Pak Irfan lalu duduk di pangkuannya.
Mau tak mau Pak Irfan berhenti membaca dokumennya.
"Sudah, " sahut nya pendek.
"Terus? " ujar perempuan itu dengan raut wajah penasaran.
"Terus bagaimana? Kamu kan sudah tahu nasib anak itu jika menjadi perempuannya Pak Adya, " terang Pak Irfan tak sabar.
"Dia akan di buang begitu Pak Adya bosan! "
"Aku heran kenapa Pak Adya lebih memilih anak sialan itu dari pada Grieta. Jelas jelas Grieta lebih cantik dan lebih pintar dari anak sialan itu, " sungut perempuan itu tak rela.
Grieta cantik jika di lihat dari Puncak Monas, batin Pak Irfan.
"Kamu tidak perlu iri dengan anak itu. Kamu tahu kan bagaimana nasib perempuan perempuannya Pak Adya, " sahutnya menenangkan.
"Nanti aku akan mengenalkan Grieta dengan laki laki yang lebih baik dari Pak Adya, " sambungnya lagi.
"Benarkah? " wajah perempuan itu berbinar. Jika Grieta bisa mendapatkan laki laki kaya, dia tidak perlu lagi menjadi gundik laki laki tua ini, hatinya berkata.
"Memangnya ada? " tanyanya menegaskan.
"Sedikit di bawah Pak Adya, " ujar Pak Irfan mengoreksi.
"Semuanya tergantung performa kamu nanti malam, " sambungnya sambil mengedipkan mata.
"Baiklah, " kata perempuan itu sembari berdiri dari pangkuan Pak Irfan.
"Aku tunggu kamu nanti malam di apartemen, " lanjutnya dengan nada menggoda.
"Ok, hehehe.. " balas Pak Irfan seraya tertawa.
Sudah beberapa hari ini istrinya tidak bisa melayani nya karena sedang PMS. Dia akan berbuka puasa nanti malam.
******
Resort pribadi Tuan di Kepulauan Seribu
Tuan baru saja melangkahkan kaki menuju lobby resort ketika melihat Derek tergopoh gopoh mendatanginya.
"Apa apa? " tanyanya.
"Ada sedikit masalah, Tuan, " ujar Derek dengan suara pelan.
"Kata Dokter Vina, Alana harus segera di bawa ke rumah sakit untuk melakukan pemeriksaan kepala. Di takutkan karena mendapatkan pukulan di belakang kepala, Alana bisa mengalami cedera otak permanen, " sambungnya dengan suara tambah pelan.
"Maaf Tuan, saya bersedia menerima hukuman, " lanjutnya sambil menundukkan kepala.
"Damn! " teriak Tuan kesal. Dia menatap Derek dengan wajah marah.
"Aku harus ketemu Vina dulu sebelum menentukan hukuman buat kamu, " katanya lagi.
"Dimana dia? " tanya nya.
"Dokter Vina sudah menunggu anda di ruang kerja, " jawab Derek.
Dengan langkah kaki bergegas Tuan berjalan menuju ruang kerjanya di ikuti Derek.
Ruang kerja terletak tidak berapa jauh dari pintu masuk resort.
Tuan membuka pintu dan melihat Dokter Vina sudah berada di dalamnya. Dia duduk di atas sofa di seberang meja kerja.
"Ada apa? " kata Tuan dingin. Dia duduk di sebarang Dokter Vina.
"Aku hanya ingin mengatakan kondisi Pasien yang kamu suruh periksa, " jawab Dokter Vina dengan nada tenang.
Kemudian dia menceritakan bagaimana keadaan Alana. Dia sengaja menceritakan dengan kalimat dramatis yang membuat Derek merasa ngeri.
Sementara itu di dalam kamar, Alana bangun dari ranjang. Perutnya terasa lapar. Sehari ini dia baru makan di pagi hari.
Dia menatap berkeliling. Kamar ini hanya di penuhi perabotan. Meja, lemari, televisi tapi tidak ada satupun makanan.
Dia turun dari atas ranjang. Ada sendal kamar terletak di bawah ranjang. Dia memakai sendal itu lalu berjalan ke arah pintu.
Aku harus mencari makanan kalau tidak aku bisa mati, katanya sambil membuka pintu kamar.
Dengan mengendap endap, Alana terus berjalan. Sambil berjalan dia menolehkan kepalanya kearah kiri dan kanan.
Tempat ini terlihat sepi. Tidak ada orang yang berlalu lalang. Tapi tempat ini tidak terlihat seperti rumah. Karena tadi dia melewati sebuah tempat yang di pintunya tertempel tulisan Mineral spring spa
Mineral spring spa adalah spa yang mempergunakan bahan bahan alami untuk perawatan dan kesehatan tubuh.
Dia berjalan terus ke arah depan tapi kemudian berhenti. Dia sudah sampai di pintu depan. Di luar tampak gelap. Sepertinya hari sudah malam.
Dia memutar lagi langkahnya. Tak berapa jauh dari pintu masuk, dia mencium aroma yang wangi dan segar dari sebuah ruangan yang pintunya terbuka sedikit.
Kopi! Itu wangi kopi Arabica, gayo! batinnya bersorak.
Dia hafal wangi kopi ini, karena mama suka minum kopi jenis ini.
Itu pasti dapur! batinnya lagi.
Dia segera membuka pintu ruangan itu.
****
Apakah Alana benar benar menemukan sebuah dapur?
Lanjut baca di bab 7 ya readers😍
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments
Black Jack
kadang bingung mau komen apa, secara novelnya menurut aku tuh bagus banget
2024-01-30
3
anindya cintya
pengen punya mata hijau
2024-01-20
3
Nana Thihani
kopi gayo adalah salah satu kopi termahal di dunia. Bukan termahal d indo ya
2024-01-17
3