Kamar Presidential suite di sebuah hotel bintang 5 di Jakarta
Alana melemparkan dirinya ke atas ranjang. Tubuhnya yang sudah berada sekitar 15 jam di atas pesawat, terasa begitu letih. Dia ingin beristirahat sejenak. Sebelum besok memikirkan rencananya.
Dia mengatupkan kedua matanya yang terasa lelah. Musik yang mengalun lembut dari ponsel yang terletak di samping bantal, mulai membawanya ke alam mimpi.
suasana yang begitu relaks di tambah dengan wangi Reed flower diffuser ( wadah stik kayu yang menyerap wewangian) yang terletak di atas nakas di samping ranjang, membuat Alana semakin terbawa mimpi.
Tiba tiba ponsel nya berdering. Awalnya dia membiarkan saja. Tapi kemudian ponsel itu terus berdering sehingga menganggu gendang telinganya.
Dengan mata terpejam, Alana meraih ponsel yang berada di samping bantal. Dengan mata setengah terbuka, dia melihat nama mama tertera sebagai penelepon nya.
"Ma, " katanya dengan suara serak. Matanya masih terkatup rapat.
"Kamu sudah tidur? " kata mama di seberang sana.
"Of course ( tentu saja), di sini sudah jam sebelas malam, " jawab Alana.
"Oh iya, " sahut mama tersadar. " Di sini baru jam 4 sore, " lanjut mama.
"Al mau tidur dulu, bye ma! " putus Alana sambil memencet fitur untuk mematikan sambungan telepon.
"Bye bye bye, tunggu dulu, " cegah mama cepat.
"Ceritakan kejadian hari ini . Apa kamu pergi ke makam ayahmu? Siapa saja yang kamu temui di sana? " cecar mama ingin tahu.
Astaga mama, batin Alana. Tidak tahu kalau ini tengah malam dan aku mau tidur, sungut nya dalam hati.
"Al, kamu dengar mama tidak? " kata mama nyaris berteriak. Anak ini memang kebiasaan tidak suka bercerita kalau tidak di tanya, sungut beliau membatin.
"Ya ma, " sahut Alana malas. "Setelah bertemu Pak Irfan, aku bersama pak Irfan pergi ke makam papa. aku tidak bertemu siapa siapa di sana. Lagipula siapa sih yang mau pergi terus ke makam terus menerus setelah dua bulan? Kemudian aku lanjut ke hotel, Ma, " sambungnya bercerita.
"That's clear (sudah jelas), Ma? " tutupnya.
"Kenapa kamu tidak menginap di rumah itu saja? Baru saja mama lihat tagihan kartu kredit, kamu menginap di kamar president suite, " kata mama nyaris berteriak.
"Harga menginap satu malamnya ... " lanjut mama tak bisa berkata kata saking shock nya.
"Tinggal seorang diri di rumah lantai 2 dengan luas bangunan 500 m , are you kidding (kamu bercanda), Ma? " tukas Alana.
"Tinggal semalam saja aku tak mau, Ma, " jelasnya.
"Lagipula hanya kamar itu saja yang aku dapatkan karena reservasi mendadak. Mama tahu kan kenapa akhirnya aku mau pergi, " lanjutnya mengingatkan.
"Hm.. ya sudah, " jawab mama mengalah.
Mama tidak ingin memperpanjang masalah itu. Memang dia yang memaksa Alana untuk pulang ke Jakarta. Dan dia pula yang memberikan kartu kredit kepada anaknya itu.
"Maksud kamu tidak ada siapa siapa di sana? Maksud mama, tidak ada orang yang mengurus rumah itu? " tanya mama mengalihkan pembicaraan.
"Ya, Ma, " kata Alana membenarkan.
"Kapan kamu pulang? " tanya mama.
"Mungkin sekitar 3 atau 4 minggu lagi, setelah urusan selesai, " sahut Alana.
"Masalah rumah dan lainnya serahkan saja pada Pak Irfan. Kamu jangan lama lama di sana, " kata mama dengan nada kuatir.
"Ya, Ma, nanti juga Pak Irfan yang urus, " jawab Alana menenangkan mama.
Tapi ada masalah yang tak bisa di urus Pak Irfan.
Apakah aku harus mengatakan yang sebenarnya pada mama?
Jika sebenarnya rumah dan perusahaan yang di miliki papa dan mama sekarang sudah tidak menjadi milik mereka lagi? dia membatin.
Setelah ragu untuk sesaat, dia memutuskan untuk tidak memberitahu mama saat ini. Dia tidak ingin mama banyak berpikir.
Lebih baik mama memikirkan perusahaan mama yang saat ini sedang menuju trend positif.
Jangan sampai Mama kehilangan momentum untuk memajukan perusahaan. Fokus mama tidak boleh terbagi, putusnya.
"Ingat, pendaftaran untuk kuliah S2 akan di buka bulan depan, kamu harus mempersiapkan diri untuk mengikuti ujiannya, " ujar mama mengingatkan.
"Iya Ma, " jawab Alana.
Setelah lulus kuliah satu tahun yang lalu, dia membantu mama di perusahaan. Tapi kemudian dia merasa bosan di sana dan ingin melanjutkan kuliah .
"Bye, Ma, " katanya menutup pembicaraan. Dia mematikan sambungan telepon dan melanjutkan tidur.
***
Sebuah kondominium mewah di pusat kota Jakarta
"Tuan, " kata seorang laki laki berbadan tegap. Dia merupakan bodyguard Tuan.
"Kamu sudah tahu di mana Alana tinggal? " tanya Tuan sambil mengisap cerutu cohiba behike.
Cerutu ini merupakan merk paling terkenal di Kuba. Kuba merupakan salah satu produsen cerutu terbesar dan terbaik di dunia.
"Sudah, Tuan, " angguk bodyguard. Matanya menatap tanpa ekspresi.
Dia sudah melatih ekspresi di itu di cermin selama bertahun-tahun tahun.
"Pergi, " usir Tuan pada dua orang perempuan berpakaian minim yang duduk bersimpuh di atas karpet. Mereka tengah membelai belai paha Tuan yang duduk di atas kursi.
"Baik, Tuan, " kata dua perempuan itu serempak.
Mereka pergi dengan bergegas. Merasa lega karena sudah terlepas kewajiban melayani Tuan. Berpakaian minim di ruangan ber AC membuat mereka terpaksa menahan dingin.
"Nona Alana menginap di kamar president suite di hotel S, " lapor bodyguard.
"Hm, masih punya uang juga dia, " kata Tuan dingin.
"Nona Alana membayar dengan kartu kredit atas nama Nyonya Diane Warwick, beliau adalah ibu nona Alana, " kata bodyguard menjelaskan.
Hm, Tuan mendengus. Dia tahu Alana tak akan bisa tinggal berlama lama di kamar president suite, karena Nyonya Diane tak akan sanggup membayarnya.
Meskipun Nyonya Diane merupakan seorang pengusaha namun bisnisnya di negaranya merupakan bisnis kelas menengah.
"Mulai besok semua kamar hotel di seluruh kota, pesan atas nama aku, " perintah Tuan.
"Aku akan membuat Alana tidak ada tempat untuk tinggal. Dia pasti akan segera mencari aku, " katanya lagi.
"Ya, Tuan, " angguk bodyguard.
"Pastikan juga kartu kredit Nyonya Diane tidak di terima di manapun, meski hanya untuk membeli makanan, " titah Tuan lagi.
Aku akan melihat sampai di mana kesanggupan Alana tinggal di kota ini tanpa bantuan aku, dengusnya.
"Baik, Tuan, " kata bodyguard mengangguk.
"Hah, " seringai Tuan sambil menghembuskan asap cerutu. Asapnya yang tebal memenuhi wajahnya.
"Sekarang aku hanya tinggal menunggu Alana datang mengemis padaku. "lanjutnya.
"Ya, Tuan, " jawab bodyguard.
****
Tambahan info ya readers, Alana sering menyelipkan bahasa Inggris dalam percakapan, karena dia kurang fasih berbahasa Indonesia. Dia berdarah campuran Inggris dan sudah tinggal lama di Inggris.
****
Bagaimana lanjutan kisah Alana dan Tuan?Akankah Tuan bisa membuat Alana datang kepada nya?
Baca terus novel ini ya readers. Terima kasih 🙏💕
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments
Naaa
Tuan begitu inginnya Alana datang padanya
2024-03-19
0
siti nurzarah
tagihan kartu kredit yg membuat mm histeris 🤣🤣
2024-03-09
2
istrinya Bo qinggang
kerennn
2024-02-04
3