"Salinan suratnya akan kamu terima setelah acara pernikahan besok hari, " kata Adya lagi.
"Besok? Kenapa cepat sekali? " tukas Alana. Saat ini dia belum siap untuk menikah.
"Tidaklah kita harus saling mengenal dulu? " tanyanya.
"Tidak perlu. Aku sudah kenal kamu, itu sudah cukup, " tandas Adya.
"Sekarang tanda tangan! " dia menunjuk surat perjanjian yang masih belum di tanda tangani Alana.
"Aku mau ada seorang notaris yang akan memastikan apakah perjanjian ini sudah memenuhi syarat atau belum, " kata Alana berusaha mengulur waktu.
Adya pasti tidak akan bisa menghadirkan seorang notaris malam malam begini kan? batinnya.
Huh, gadis ini sungguh merepotkan! geram Adya dalam hati.
Dia mengeluarkan ponsel dari kantong kemejanya.
"Derek, suruh masuk, " perintahnya melalui telepon.
Baru saja Adya mematikan sambungan telepon, pintu sudah terbuka dari luar. Seseorang masuk ke dalam ruangan.
Langkah kakinya bukan langkah kaki Derek. Alana mengangkat wajah untuk melihat siapa yang datang.
Matanya terbelalak. Pak Irfan?
Bagaimana bisa Pak Irfan berada di sini? batinnya heran.
"Pak Irfan? Kenapa anda bisa ada di sini? " tanya Alana. Dia tak bisa menahan rasa penasarannya.
Pak Irfan tidak menjawab. Namun Alana seakan memahami sesuatu saat melihat sikap Pak Irfan yang sungkan terhadap Adya.
"Apa anda sudah bekerjasama dengan orang ini? " katanya menunjuk Adya.
"Anda berkhianat! " serunya marah.
"Dari awal, Pak Irfan adalah pegawai aku, " Adya yang menjawab.
"Oh begitu, " sambut Alana lemas. Dia seakan mengerti kenapa dari pertama kali bertemu, Pak Irfan selalu memintanya menemui Adya.
Dari awal Adya memang sudah merencanakan ini. Dia memberikan pinjaman dengan bunga tidak masuk akal kepada ayahnya. Membuat ayahnya meninggal dan sebagai ahli waris, Alana harus bertanggung jawab melunasi semua hutang hutang itu.
Tujuannya hanya satu, untuk menikahi Aku! Tapi kenapa?
Hati Alana berkecamuk. Dari awal permainan ini, dia memang tidak punya kans untuk menang. Namun dia tak akan menyerah. Saat ini dia memutuskan untuk pasrah, sambil mencari kesempatan untuk melakukan serangan balik.
Tanpa bicara lagi, Alana mengambil pulpen yang tergeletak di sebelah surat perjanjian itu. Dia menandatangani surat itu tanpa membacanya.
Apapun isi surat itu tidaklah penting. Karena Adya pasti tidak akan berbuat sesuai isi perjanjiannya. Laki laki itu pasti akan berbuat sesukanya. Karena dia punya kuasa!
Pak Irfan mengambil kertas itu lalu meneliti nya.
"Tanda tangan Alana sudah sesuai dengan tanda tangan yang tertera di paspornya, " katanya menilai.
Kemudian dia memberikan surat itu pada Adya, lalu melangkah keluar begitu melihat isyarat gerakan kepala Adya yang menyuruhnya pergi.
Pak Irfan pergi dengan perasaan lega. Dia sudah meninggalkan Nania di ranjang dalam keadaan tanpa busana, ketika Derek menelepon nya menyuruhnya untuk datang sesegera mungkin ke resort Adya di kepulauan Seribu.
Sekarang dia bisa pulang untuk kembali menikmati tubuh Nania.
"Apa aku bisa meminta sesuatu? " tanya Alana begitu Pak Irfan pergi.
Mau minta apa lagi gadis ini? batin Adya.
"Mau apa? " ujar nya. "Mau minta tidak di sentuh di malam pertama? Mau minta pesta pernikahan yang megah? "
"Bukan," geleng Alana. "Aku mau minta makan. Aku belum makan dari tadi pagi, " jawab Alana.
Bibirnya memucat. Keringat dingin membasahi tubuhnya. Pandangannya kabur. Kemudian dia pingsan di atas sofa.
***
Di kelas bisnis di dalam pesawat British Airways
Mama Alana duduk sambil merenung. Sikap Alana tadi sangat mencurigakan. Tidak biasanya Alana seperti itu.
Biasanya jika dia mengomel, Alana memang hanya diam mendengarkan namun saat di tanya akan terdengar suaranya agak ketus.
Namun kali ini, entah telinga mama yang salah dengar, tapi suara Alana terdengar bahagia mendengar omelan mama. Tapi suara bahagianya membuat dia kuatir.
Mama Alana menarik nafas panjang. Perjalanan ke Jakarta memakan waktu sekitar 20 jam 35 menit dengan dua kali transit.
Dia sudah berada sekitar 3 jam di dalam pesawat ini. Masih tersisa 17 jam lagi. Dia terpaksa bersabar. Semoga Alana baik baik saja, harapnya.
*****
Kamar utama di Resort Pribadi Adya di Kepulauan Seribu
Alana membuka mata. Dia terbaring di atas ranjang mewah . Di dalam kamar yang tadi dia tempati.
"Bagaimana keadaan kamu? " tanya Dokter Vina yang berdiri di samping ranjang.
"Sudah tidak apa apa, " jawab Alana. "Aku kenapa dokter? " tanyanya.
"Tidak apa apa. Kamu pingsan karena perut kosong. Perut yang kosong membuat tubuh kamu kekurangan bahan bakar untuk energi dan otak. Selain itu terjadinya penurunan kadar gula dan tekanan darah dalam tubuh, " jelas Dokter Vina.
Alana menarik nafas lega. " Apa dokter bisa mengatakan pada Pak Adya, kalau aku butuh beberapa hari untuk beristirahat. Katakan saja sejumlah penyakit , dokter, " pintanya.
"Sementara ini aku tidak ingin menikah dengan dia, " sambungnya memelas.
"Maaf Alana, aku tidak bisa, " tolak Dokter Vina. "Aku seorang dokter. Ada kode etik profesi yang harus di taati. Selain itu aku juga tidak bisa melanggar sumpah Hippocrates, " lanjutnya.
Sumpah Hippocrates adalah sumpah kedokteran yang di ciptakan oleh Hippocrates, bapak ilmu kedokteran.
Alana melenguh kecewa.
Kemudian pintu kamar terbuka. Dua orang masuk kedalam sambil mendorong trolley bertingkat dua yang berisi makanan.
Mereka menata makanan dan minuman itu di atas meja yang terletak tak jauh ranjang.
Setelah mereka menyelesaikan tugasnya, mereka meminta diri untuk pergi.
"Makanlah dulu, Adya sudah menyiapkan makanan, " kata Dokter Vina.
"Aku tidak mau makan. Aku mogok makan, " Tolak Alana.
"Bukankah kamu tadi meminta makan pada Adya? " ujar Dokter Vina. "Lihatlah dulu makanannya, siapa tahu kamu suka, " bujuknya.
"Kata Adya, makanannya menu dinner yang biasa kamu makan, " sambungnya lagi.
"Tidak mungkin dia tahu," balas Alana tak percaya.
"Lagipula siapa yang tahu, entah campuran apa yang dia masukan ke dalam makanan itu. Bagaimana kalau ramuan guna guna? " sambungnya bergidik.
Dokter Vina menahan tawa. "Kamu ada ada saja, " ujarnya.
"Adya tidak mungkin melakukannya. Mana dia percaya hal seperti itu. "
"Dokter yakin? " tanya Alana.
"Baiklah, kalau kamu tidak mau. Makanannya buat aku saja ya? " pungkas Dokter Vina.
"Kabarnya makanan di atas meja itu semuanya merupakan menu dinner favorit di Inggris, " lanjutnya sambil berjalan mendekati meja.
Menu dinner favorit? Telinga Alana berdiri. Benarkah? Dia turun dari ranjang. Ikut berjalan di belakang Dokter Vina.
Dia melihat Yorkshire puding, lanchashire Hotpot, Fish and chips dengan saus Tar tar.... air liurnya seketika menitik.
"Cepat di makan, " kata Dokter Vina sambil menahan tawa. Gadis ini sungguh lucu. Semoga dia baik baik saja selama menjadi istri Adya, harapnya dalam hati.
*****
Ruangan kerja Adya
Adya duduk di meja kerjanya. Dia menatap sebuah foto yang terletak di atas meja. Hatinya pedih saat melihat foto itu.
******
Ceritanya semakin membuat penasaran ya readers? Lanjut bab 11 ya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments
sayang orangtua
smgat alana
2024-04-04
0
Aci Cupi
di kira minta apa trnyata minta makan
2024-03-26
1
Naaa
dokter vina baik
2024-03-19
1