"Melawan atau menyerah! No way out, " kata Adya memberikan pilihan. Suaranya begitu mengancam.
Meski Adya memberikan pilihan, namun jelas dia menginginkan Alana untuk menyerah.
Alana menatap Correa yang masih terkulai dengan mulut berbusa. Gadis itu diam tak bergerak.
"Apakah dia mati? Tidak bisakah kita panggil ambulans dulu? " kata nya dengan mendesak.
Jika perempuan itu bisa selamat, nasibku juga pasti akan selamat, batinnya.
"Sekitar belasan menit lagi polisi akan datang, kalau kamu tidak bisa memberikan jawaban, aku akan menyerahkan rekaman CCTV di dalam restoran ini, " tandas Adya tanpa menghiraukan perkataan Alana.
Gadis ini benar benar menguras kesabaran, batinnya kesal.
Alana berpikir sejenak. Benar kata Laki laki itu. Dia tak punya jalan keluar selain menyerah. Saat ini dia akan menyerah sambil menunggu kesempatan untuk melarikan diri.
"Baiklah, " putusnya akhirnya. "Tapi perempuan itu tolong di selamatkan, " pintanya.
"Tenang saja, " pungkas Adya. "Hapus rekaman CCTV di dalam restoran ini! " perintah nya pada Derek yang berdiri di belakangnya.
"Baik, Tuan! " jawab Derek cepat.
"Ayo, " kata Adya memberikan isyarat pada Alana untuk mengikutinya.
Alana mengangguk . Dia berjalan mengikuti Adya yang sudah lebih dahulu keluar dari restoran.
"Apakah mereka sudah pergi? " tiba tiba Correa membuka matanya.
"Argh... " Jerit Derek tertahan. Dia mundur beberapa langkah. Dia benar benar kaget melihat Correa tiba tiba membuka mata dan berdiri dari kursinya.
"Jangan menjerit begitu, nanti terdengar oleh gadis itu, " kata Correa memperingatkan.
"Apa ini rencana anda, Nona? " tanya Derek.
"Bukan, " geleng Correa. " Ini rencana Kak Adya untuk membuat perempuan itu setuju menikah tanpa ada perlawanan, " jelasnya.
Rencana Tuan? Kenapa aku tidak di beritahu? batin Derek. Pantas Tuan tidak menyuruh aku untuk menelepon polisi atau mobil ambulans, batinnya lagi.
"Kak Adya sengaja tidak memberitahu kamu. Kata Kak Adya kamu tidak bisa berakting, " jawab Correa seakan tahu pikiran Derek.
"Bisa menganggu rencana Kak Adya, " jelasnya.
"Bagaimana akting aku tadi? Bagus kan? " tanya nya dengan nada manja.
"Lumayan, " sahut Derek. Dia merasa sedikit lega.
Correa ini berasal dari keluarga lumayan terpandang di kota ini. Meski Tuan di pandang tinggi di negara ini, tetap saja mengurus sebuah kasus pembunuhan akan menguras energi. Apalagi Tuan akan menikah.
"Ayo kita pergi dari sini, sebelum Alana menyadari sesuatu, " ajaknya.
******
Ruangan kerja Adya di lantai 1
Alana duduk di sofa dengan perasaan terguncang. Kenapa perempuan itu tiba tiba keracunan? Apa motifnya?
Satu satunya tersangka adalah laki laki itu! Hanya dia yang punya kuasa untuk melakukan itu. lagipula perempuan itu keluar dari ruangan ini sebelum ikut masuk ke dalam restoran.
"Bukan aku pelakunya! " kata Adya seakan tahu pikiran Alana. Dia duduk di hadapan Alana.
"Sebaiknya kita siap siap meninggalkan tempat ini sebelum polisi datang. Polisi pasti akan memeriksa semua tempat di resort ini untuk mencari bukti, " lanjutnya.
"Apakah perempuan itu sudah mendapatkan perawatan? " tanya Alana. Perempuan itu tidak boleh meninggal. Hidup aku di pertaruhkan, kata hatinya risau.
"Jangan pikirkan Correa. Pikirkan dirimu sendiri. Sidik jari mu ada di tangannya. Ingat, hanya sidik jari kamu! " tegas Adya.
"Katanya anda akan membantu aku, " tukas Alana.
"Jika kamu menurut, aku akan menyuruh Derek untuk menghapus sidik jari kamu di tangannya Correa, " balas Adya.
"Iya, saya setuju, " angguk Alana pasrah.
"Bagus, " senyum Adya. " Ayo kita pergi, " katanya sambil berdiri dari atas sofa.
*****
Hotel Inn Paradise, front office
Dari resort pribadi Adya di kepulauan seribu, mereka menuju Hotel Inn Paradise, di tengah kota Jakarta. Hotel yang memiliki 48 lantai dengan tinggi 215 meter ini merupakan salah satu hotel milik Adya di negara ini.
Alana langsung di antarkan ke lantai teratas di hotel itu. Dia menempati kamar penthouse di hotel itu.
Penthouse adalah kamar paling mahal dan paling mewah di hotel. Memiliki perabotan dan pemandangan terbaik.
Di dalam kamar itu dia melihat sebuah manekin tubuh manusia yang mengenakan sebuah gaun pengantin berekor panjang.
Gaun itu berbahan sutra halus dan satin, berwarna pink candy yang manis. Di hiasi ribuan mutiara dan bertaburan berlian putih 5 karat yang sangat langka yang memenuhi bagian dada dan pinggang.
Alana tidak bisa memperkirakan berapa harga gaun penganten itu. Dia hanya bisa berdiri takjub memandangnya.
"Anda sungguh beruntung, Nona, " terdengar bisikan di belakang telinganya.
Alana sontak menoleh. Dia melihat seorang perempuan berumur awal empat puluhan dengan wajah ramah dan berpenampilan elegan.
"Maaf, jika saya mengagetkan anda. Saya Kim Ikrima, saya adalah perancang busana gaun penganten ini, " katanya sambil mengulurkan tangan.
"Saya di minta pak Adya untuk menunggu anda di kamar ini, " lanjutnya lagi.
"Oh, iya, " angguk Alana sembari menjabat tangan Kim.
Kim Ikrima adalah perancang busana asli Indonesia yang sudah mendunia. Dia bahkan menjadi kepala departemen kreatif di sebuah rumah mode di Paris.
Alana sudah lama mendengar namanya. Namun baru kali ini bertemu secara langsung.
"Anda ternyata lebih cantik dan lebih mempesona dari pada di foto, " senyum Kim.
"Terimakasih, " Alana balas tersenyum.
"Silahkan anda coba dulu gaun penganten ini. Karena saya hanya mengira ngira ukuran tubuh anda dari foto yang di kirimkan pada saya tiga bulan yang lalu, " ujar Kim.
"Foto tiga bulan yang lalu? " kata Alana sambil mengernyit.
Tiga bulan yang lalu itu berarti jauh dari waktu Pak Irfan menghubungi ibunya.
Apakah Pak Adya sudah lama memata matai aku? batinnya gelisah.
Sepertinya orang itu dari awal sudah berniat tidak baik, batinnya lagi.
"Iya, tiga bulan yang lalu. Apakah saya mengatakan sesuatu yang salah? " balas Kim hati hati. Mendadak dia merasa tidak enak.
"Boleh saya melihat foto itu? " tanya Alana . Dia ingin memastikan sesuatu.
"Boleh, " jawab Kim. Dia mengambil ponsel dari tas tangannya. Lalu membuka ponsel itu dan memperlihatkan sejumlah foto Alana yang tersimpan di dalam galeri ponselnya.
Alana kaku di tempat. Beberapa foto itu di ambil di depan apartemen ibunya di London dan di luar kantor ibunya di daerah kawasan bisnis dekat London.
Foto itu seperti di ambil dari jarak dekat. Objek fotonya fokus, tidak blur. Pencahayaan nya juga bagus. Tidak ada noise atau bintik bintik putih.
Apa laki laki itu menyuruh anak buahnya membuntuti aku sampai ke London? batinnya ngeri.
"Ada apa, Nona Alana? " tanya Kim hati hati. Dia merasa was was melihat Alana terpaku melihat foto di dalam galery ponselnya.
"Oh, tidak apa apa, " jawab Alana cepat. Dia tidak ingin menimbulkan kecurigaan Kim.
"Sebaiknya aku mencoba gaun itu. Dalam satu bulan ini berat ku sudah bertambah beberapa kilo, " lanjutnya mengalihkan pembicaraan.
***""
Apakah upacara pernikahan Alana akan berjalan lancar?
Cari jawabannya di bab 13 ya gaes🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments
Naaa
gaun penganten yg cantik
2024-03-19
0
anindya cintya
alana campuran indo dn Inggris. pastilah cantik
2024-01-20
0
Nana Thihani
dl aku pernh punya mainan kesayangan tp ini bukan tentang mainan
2024-01-17
5