Pembalap Idola

Pembalap Idola

PEMBALAP IDOLA & Pengenalan Tokoh

...PENGENALAN TOKOH...

...NICKEN NAMIERA BRAMANTYO...

...Anak bontot dari 4 bersaudara. Siswi SMU Canopus. Pembalap termuda Nascar Jakarta....

...SATRIA RIVANDRA...

...Pembalap Firelli Jogjakarta. Pewaris tunggal perusahaan besar. Siswa SMU Capella. High quality jomblo....

...IVAN ZACHERY...

...Murid pindahan di SMU Canopus. Suka sama Nicken karena ingin membalas dendam ke Nathan yang pernah sekolah bareng di Paris....

...TRISTAN NATHANIEL...

...Pacar & mantan Nicken. Cemburuan, over protective namun selingkuh dengan Sara....

...SARA TANIA...

...Rival Nicken di SMU Canopus. Selalu merebut cowok yang berpacaran dengan Nicken....

...MAIRA LARASATI...

...Mantan pacar Satria yang menghosting Satria setelah berpacaran selama 4 tahun. Pembalap Blackhawk Lombok....

...NICKY ADHYA BRAMANTYO...

...Kakak pertama Nicken. Ketua Keamanan SMU Canopus. Pembalap terbaik Nascar Jakarta. Sahabat Satria....

...NICHOLAS DIANDRA BRAMANTYO...

...Kakak kedua Nicken. Kapten basket di SMU Canopus. Sedang usaha untuk masuk timnas basket....

...VICKY SATYA BRAMANTYO...

...Kakak tiri Nicken. Mantan kapten basket di SMU Canopus. Sudah menjadi tim inti basket di timnas....

...RENO SASTRAWIJAYA...

...Pemilik sirkuit Nascar Jakarta. Yang mengenalkan dan menjadikan Nicky dan Nicken pembalap terbaiknya....

...DUDE ADITYA...

...Pemilik sirkuit Firelli Jogjakarta. Sudah dianggap kakak oleh Satria karena berhasil menggembleng Satria menjadi pembalap terbaiknya....

...AXELINO NUGRAHA...

...Sepupu Satria. Siswa SMU Capella Jogjakarta....

...***...

JAKARTA.

Nicken menatap layar TV tanpa berkedip sedikitpun melihat pembalap cowok yang sedang diwawancara karena berhasil memenangkan Kejuaraan Nextel.

Ganteng banget sih. Komentarnya berkali-kali. Tapi pasti ceweknya juga cantik.

Iapun cemberut membayangkan ada cewek cantik yang menggandeng tangan pembalap idolanya itu. Nicken pun menghela nafas.

Enggak mungkin banget gue jadi ceweknya.

“Damn, dia menang lagi, De?" Sahut Nicky, kakak pertama Nicken yang tiba-tiba duduk di sampingnya tanpa ada tanda-tanda kehadirannya. Apa karena ia sibuk melamun ya?

"Iya, mencetak waktu tercepat juga." Jawab Nicken dengan mata masih menatap TV. "Dia jago banget ya, Kak?" Tanyanya penasaran.

"Saat ini dia pembalap paling bersinar dari Firelli, kenapa?"

"Sudah punya cewek lagi belum?" Tetep, usaha!

"Setahu gue, dia enggak pernah terbuka soal ceweknya, jadi media enggak pernah tahu dia lagi pacaran sama siapa setelah putus sama Maira."

Nicken pun terdiam.

Mana mungkin gue bisa menggantikan Maira, satu-satunya pembalap cewek paling berbakat dari Blackhawk Lombok itu? Sudah cantik, berbakat, kurang apa coba? Nicken pun lagi-lagi hanya bisa menghela nafas. Menghayal saja deh.

JOGJAKARTA.

Satria melangkah masuk ke dalam rumah setelah yakin mobil balap ungunya sudah terkunci dengan aman di depan garasi. Mobil Papanya sudah lebih dulu masuk ke garasi dan itu artinya mobilnya harus rela diparkir beratapkan langit yang untungnya lagi bertabur bintang dan cahaya bulan karena kapasitas garasinya hanya untuk 2 mobil saja, punya Eyang dan Papanya. Satria keliatan capek banget soalnya kejuaraan tadi siang di Cherokee Semarang menguras tenaganya banget. Dan dia juga mesti langsung balik ke Jogja karena besok harus sekolah.

"Satria." Panggil Papa.

Dengan malas Satria menghentikan langkahnya tanpa berbalik ke arah Papa dan Eyang yang sedang duduk di sofa di ruang keluarga.

"Papa mau bicara." Tambah Papa.

"Satria capek, Pa, Satria mau tidur." Satria lalu melanjutkan langkahnya menuju tangga yang letaknya di tengah-tengah antara ruang keluarga dengan dapur dan ruang makan.

"Satria, kali ini Papa serius."

Satria berbalik badan. "Ada apaan sih, Pa? Sumpah, Satria lagi capek banget." Satria melihat Papa sedang duduk di sofa dengan koran ditangannya dan Eyang menonton sinetron di TV lalu ada 2 cangkir teh dan sepiring pisang goreng di meja.

"Sini dulu, Sayang."

Eyang akhirnya angkat bicara dan itu berhasil membuat Satria duduk di sampingnya biarpun dengan muka cemberut.

Ya, di rumah cuma Eyanglah yang bisa membuat pendirian seorang yang berkepala batu seperti Satria jadi penurut dan juga si Bibi tentunya, karena dari Satria masih bayi, Eyang dan Bibilah yang merawat dia sampai sebesar dan setampan sekarang, itu pikirnya. Jadi 2 orang yang akan Satria patuhi di rumah cuma Eyang dan Bibi tercintanya.

"Tapi bisa enggak Satria mandi dulu? Gerah banget."

"Sebentar saja kok, Sayang." Kata Eyang dengan sabar sambil mengelus rambut Satria.

Dengan jutek Satria menatap Papa yang duduk di hadapannya. Seorang pria separuh baya dengan beberapa helai rambut putih di rambutnya yang hitam dan kerutan di beberapa sisi mukanya, namun ketampanannya sewaktu muda dulu masih tergambar jelas di sana. Dan muka Satria yang tampan itu ya turunan dari keluarga papanya.

"Ada apa, Pa?" Tanya Satria lagi dengan nada yang agak kurang ramah.

Papa melepaskan kacamata dan meletakkannya berbarengan dengan koran yang tadi dibacanya. "Darimana saja kamu? Kenapa jam segini baru pulang? Balapan lagi kan?"

Satria menghela nafas, dia sekarang tahu kemana arah pembicaraan papanya.

"Satria tahu Papa mau membicarakan apa, dan kita sudah pernah membahas ini sebelumnya, jadi Satria pikir enggak ada gunanya kita bahas lagi karena Satria tetep sama apa yang jadi keputusan Satria."

Satria ingin berdiri namun tangan Eyang menahannya dan memaksa Satria untuk enggak beranjak dari duduknya.

"Papa sudah peringatkan sama kamu berulang kali, balapan itu berbahaya, Sat."

"Tapi Papa jangan pernah mungkirin kalau anak Papa ini berbakat di sirkuit."

"Bullshit! (Omong kosong!) Itu pikiran kamu, tapi apa pernah kamu memikirkan perasaan Papa, perasaan Eyang waktu lihat kamu kebut-kebutan? Pernah kamu pikirin itu?!" Suara Papa sudah agak meninggi.

Satria hanya bisa tertunduk sambil menahan emosi yang ada di dalam dadanya. Dia bisa saja membalas perkataan Papa seperti yang selalu dia lakukan kalau lagi berbeda pendapat dengan Papa, namun tangan Eyang menggenggam erat tangannya dan itu artinya dia harus menahan amarahnya, untuk saat ini.

"Pokoknya kamu harus hentikan hobi kebut-kebutan kamu itu, pikirkan sekolah kamu, dan Papa tidak mau mendengar atau melihat kamu balapan lagi, dimanapun, mengerti kamu?" Tambah Papa sambil memakai kembali kacamata dan mengambil korannya.

"Memang kenapa sih, Pa? Balapan buat Papa itu haram banget ya?"

"Satria.." Eyang mengusap-usap punggung Satria.

"Dan sejak kapan Papa jadi sok perhatian gini sama Satria?" Satria menatap Papa.

"Satria, sopan sama Papa kamu, Nak." Suara Eyang agak meninggi dengan maksud meredam emosinya Satria.

"Maaf Eyang, tapi benarkan? Sebelumnya Papa enggak pernah kaya gini. Papa enggak pernah mau tahu Satria lagi gimana-gimana. Yang ada dipikiran Papa itu cuma kerjaan, enggak ada yang lain!!" Satria terlihat tidak lagi bisa menahan emosinya. "Jawab Satria, Pa. Kenapa Papa benci banget Satria jadi pembalap?! Hal yang sudah jadi hidupnya Satria!"

Papa melempar korannya ke meja dan berdiri sambil terlihat marah. "Karena Papa enggak mau terjadi apa-apa sama kamu Sat!! Papa sudah kehilangan Mama kamu dan enggak mau kehilangan kamu juga."

Satria mendengus sinis lalu berdiri dan bertatapan dengan papanya. "Papa sudah kehilangan Satria."

"Satria! Jaga bicara kamu!"

Satria tidak menghiraukan Eyang sedikit marah mendengar omongannya.

"Dari dulu, yang Papa pikirin cuma Altezza. Papa enggak pernah memikirkan Satria yang selalu kesepian. Satria cuma punya Eyang sama Bibi, bukan Papa."

Papa pun terdiam begitu juga Eyang. Kayanya dia sekarang mengerti kalau Satria sedang mengeluarkan perasaan yang bertahun-tahun dia pendam, jadi dia kasih kesempatan Satria melakukan itu sampai dia merasa puas.

"Sekarang Satria tanya.." Suara Satria terdengar bergetar menandakan dia sedang menahan amarahnya. "Kapan terakhir Papa meluk Satria?"

"Tapi Papa kerja untuk kamu, Sat."

"Itu bukan jawaban dari pertanyaan Satria, Pa."

Papa pun kembali terdiam lalu terduduk.

"Enggak bisa jawabkan? Karena seingat Satria, terakhir kali Papa memeluk Satria waktu Satria ulang tahun ke-8, itu sebelum Papa sama Mama cerai!!"

Eyang sudah enggak bisa menahan airmatanya. Bibi pun berlinang airmata di balik tembok dapur mendengar semua yang Satria omongin ke Papanya. Wanita 58 tahun ini emang sudah lama banget ikut di keluarga Satria. Dia juga yang memomong Satria waktu bayi. Malah Satria lebih dekat dengan Eyang dan Bibi daripada sama mamanya, jadi dia sudah anggap Satria anaknya sendiri.

"Kalau memang.." Satria mencoba mengatur nafasnya yang sesak. "Kalau memang Papa enggak suka lihat Satria balapan, oke Pa, Satria bakal pergi dari sini."

"Satria! How can be that your decision?! Bisa-bisanya kamu ambil keputusan itu!” Eyang terlihat sangat terkejut.

Satria tersenyum lalu mencium tangan Eyangnya. "I'll be alright, Eyang, don't worry. Aku bakal baik-baik saja." Satria beranjak menuju kamarnya namun Papa menahannya.

"Kalau memang kamu mau pergi, silahkan.. Papa enggak akan menghalangi kamu!"

"For God Sake (Demi Tuhan), Raka!!" Teriak Eyang.

Satria berbalik badan dan tersenyum sinis ke arah Papa. "Makasih, Pa."

Dia pun langsung berlari ke kamarnya dan masih mendengar suara Eyang yang mencoba berbicara sama Papa biar menahan Satria pergi, namun tekad dia sudah bulat banget. Dia sudah terlalu jatuh cinta sama balapan, sama sirkuit, jadi apapun tidak akan bisa menghalangi apa yang sudah jadi keputusannya, yang jadi hidupnya.

Satria duduk terdiam sejenak di pinggir tempat tidur, mencoba mengatur nafas dan menahan rasa sesak di dalam dadanya sambil mengusap airmata yang menggenang di kedua kelopak matanya.

Lalu sesaat kemudian dia mengambil ransel dan memasukkan beberapa potong baju, seragam sekolah dan buku pelajarannya. Setelah selesai, Satria mengambil dompet dari kantong celana jeansnya dan mengeluarkan beberapa kartu kredit lalu melemparnya ke tempat tidur.

Gue pasti bisa bertahan, gue bakal buktikan ke Papa, tekadnya dalam hati.

Satria pun menuju mobil balapnya tanpa menghiraukan panggilan Eyang lalu pergi dengan deru suara khas mobil balap. Hal yang mau dia lakukan saat ini adalah menjauh dari rumah.

Menjauh dari Papanya.

To be continued....

Author : Terimakasih yang sudah mampir. Like dan komen kalian sangatlah berarti 🙏

Terpopuler

Comments

Shio Kelinci 🐰

Shio Kelinci 🐰

ustadz Sholehku

2020-10-27

1

As Pamungkas

As Pamungkas

Hai para penulis novel yang berbakat 😊
mohon kritik dan sarannya untuk novelku:

Kuatnya Kekuatan Cinta

2020-10-04

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!